Tarekat Naqsyabandiah#2: Silsilah Tarekat Naqsyabandiah

 
Tarekat Naqsyabandiah#2: Silsilah Tarekat Naqsyabandiah

LADUNI.ID IKOLOM- Tarekat Naqsyabandiyah yang diazaskan oleh beliau, ajarannya berasal dari Nabi Muhammad, dengan penurunan atau pewarisan secara  berantai seperti yang telah ditulis oleh Muhammad Nazimuddin Amin al-Qurdi di dalam kitabnya, Tanwiru al-Qulub. Di dalam kitab tersebut tertulis secara jelas susunan silsilah  Tarekat Naqsyabandiyah mulai dari Nabi Muhammad hingga sampai kepada Bahauddin Naqsyabandi.

Berkenaan dengan silsilah tarekat ini selengkapnya dapat diperhatikan pada sketsa berikut ini:

  1. Muhammad SAW
  2. Abubakar Shiddiq
  3. Salman Al-Farisi
  4. Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Shiddiq
  5. Ja’far As-Siddiq (w. 148/765(
  6. Abu Yazid Thaifur Al-Bistami (w. 260/874)
  7. Abu ‘Ali Al-Farmadi (w. 477/1084)
  8. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani (w. 535/1140)
  9. ‘Abd. Al-khaliq Al-Ghujdwaini (w. 477/1084)
  10. ‘Arif Al-Riwgari (w.657/1259)
  11. Mahmud Anjir Faghnawi (w.643/1245)
  12. ‘Azizan ‘Ali Al-Ramitani (w. 705/1350)
  13. Muhammad Baba As-Samasi (w. 740/1340)
  14. Amir Sayid Kulal Al-Bukhari (w. 772/1371)
  15. Muhammad Bahauddin Naqsyabandi (717-791/1318-1389)

Bahauddin Naqsyabandi sebagai pendiri tarekat ini, dalam menjalankan aktivitas dan penyebaran tarekatnya mempunyai tiga orang khalifah utama, yakni Ya’qub Carkhi, ‘Ala Al-Din ‘Aththar dan Muhammad Parsa. Masing-masing orang tersebut mempunyai seorang atau beberapa oarang khalifah lagi. Guru yang paling menonjol dari angkatan selanjutanya yang berasal dari khalifah Ya’qub Carkhi adalah Khwaja ‘Ubaidillah Ahrar.

Dalam penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah ia berjasa menetapkan sebuah pola yang banyak diadopsi oleh banyak syekh-syekh Naqsyabandiyah selanjutnya, yaitu menjalin hubungan akrab dengan kalangan istana. Oleh karena demikian ‘Ubaidillah mendapat kekuasaan politik yang luas jangkauannya. Berkat situasi dan pengaruh dari ’Ubaidillah ini, kemudian Tarekat Naqsyabandiyah ini pertama kali meluas ke luar Asia Tengah.

Beliau mengangkat sejumlah khalifah untuk diutus ke negeri-negeri Islam yang lain. Penyebaran Tarekat Naqsyabandiyah kemudian memasuki wilayah India sekitar abad 10, atau tepatnya tahun 1526. Di antara syekh-syekh Naqsyabandiyah yang datang ke India adalah Baqi Billah, ia dilahirkan di Kabul tahun 1564 dan telah belajar pada beberapa tokoh Naqsyabandiyah sebelum ia bermukim di India. Beliau mempunyai dua orang khalifah yang bernama Ahmad Sirhindi dan Taj al-Din, dari kedua orang ini yang paling berpengaruh adalah  Ahmad Sirhindi. Dengan perjuangan beliau, Tarekat Naqsyabandiyah mengalami perkembangan yang pesat di India.

Sirhindi dikenal dengan Mujaddid Alf al-Tsani atau Pembaru Islam awal milenium ke-2 zaman Islam. Di belakang namanya, tarekat ini dikenal sebagai tarekat Mujaddidiyah Naqsyabandiyah sebagaimana dikatakan Syah Waliyullah mengenai beliau, Ia adalah Perintis dalam melenium kedua zaman Islam, dan ia menyebabkan kaum muslim berutang budi yang tidak mungkin bisa dilunasi. Barang siapa yang mengingkari kewaliannya, maka ia sesungguhnya adalah seorang durjana.”

 Ketika Sirhindi berhasil mengukuhkan dirinya sebagai penerus Baqi’ Billah di Delhi, Taj al-Din yang dianggap sebagai saingannya yang gigih dalam membela konsep wahdatulwujud, dengan kecewa meninggalkan Delhi kemudian menetap di Makkah. Di sana, seorang sufi yang cukup masyhur, Ahmad bin Ibrahim bin ’Allan, menjadi muridnya dan kemudian menjadi khalifahnya.

Helmi Abu bakar El-langkawi, penggiat lietrasi asal Aceh