Mengisi Tahun Baru Islam dengan Semangat Kerja Keras, Kerja Strategis, Kerja Cerdas

 
Mengisi Tahun Baru Islam dengan Semangat Kerja Keras, Kerja Strategis, Kerja Cerdas

Oleh: Dr.Wajidi Sayadi

Wakil Rais Syuriah pwNU Kalbar

Beragam makna dan kreasi yang bisa dilakukan dan diambil manfaat dan hikmah dalam memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1440 H.

Kalender tahun Islam menggunakan Hijriah karena didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW. dari Mekah ke Madinah. Hijrah ini merupakan tonggak awal kebangkitan dan kemajuan Islam dan umat Islam.

Memperingati tahun baru Islam ini adalah membangkitkan dan meningkatkan gairah kembali merevitalisasi nilai-nilai semangat perjuangan Hijrah Rasulullah SAW. dengan Kerja Cerdas, Kerja Strategis dan Kerja Ikhlas, bukan sekedar Kerja Kerja Kerja!

Hijrah Rasulullah SAW. bukan sekedar pindah tempat, tapi bagian dari kerja strategis, kerja cerdas dan kerja ikhlas, makanya Beliau sukses dunia akhirat.
Umat Islam boleh jadi belum sukses dalam berbagai hal karena jejak perjuangan ini diabaikan. Mengabaikan proses, lebih suka besenang-senang pada hasil yang sesungguhnya tidak substansial, Bahkan lebih aneh lagi suka berdebat dalam masalah yang tidak produktif, hanya lebih banyak teriak retorika seremonial dengan segala macam simbol dan bendera warna warni.

Bagaimana hijrah perjuangan Rasulullah SAW dengan kerja strategis cerdas dan ikhlas?

Kalender Tahun Islam tidak didasarkan pada Lahirnya Rasulullah SAW, tidak didasarkan pada turunnya pertama kali ayat Al-Qur’an, tidak didasarkan pada pertama kali turunnya perintah shalat, mengapa justru didasarkan pada Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah?

Salah satu jawabannya, karena dengan hijrahnya ke Madinah merupakan tonggak awal kebangkitan dan kemajuan Islam dan umat Islam, bahkan di Madinah bisa terbentuk sebuah Negara Madinah.

Mengapa shalat dhuhur dan ashar tidak dikeraskan bacaannya, sedangkan shalat jumat dikeraskan bacaannya bahkan ada khutbahnya?

Para ulama menjelaskan, karena kewajiban shalat lima waktu ditetapkan di Mekah, dimana orang-orang Arab musyrik suka mengganggu, menyakiti dan menyiksa umat Islam yang ketahuan kedengaran bacaan Al-Qur’an. Shalat magrib, isya dan subuh dikeraskan bacaannya karena orang-orang Arab musyrik sudah tidur pada waktu magrib.

Adapun shalat jumat pertama kali dilaksanakan di Madinah, selama di Mekah tidak pernah shalat jumat walaupun perintah shalat jumat dalam Al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 9 adalah ayat Makkiyah, karena suasana tidak kondusif, umat Islam masih lemah belum mempunyai kekuatan yang memadai.

Mengapa di Madinah Islam dan umat Islam mulai bangkit dan maju punya kekuatan yang menentukan, bukan ditentukan oleh kelompok lain?

Di antara jawabannya, karena sedikitnya ada 5 faktor sebagai bagian dari kerja cerdas kerja strategis dan kerja ikhlas:
1. Ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah yang pertama kali dilakukan adalah Membangun Masjid, yakni di Quba. Inilah yang diungkapkan dalam QS. At-Taubah ayat 108
لمسجد أسس على التقوى من أول يوم أحق أن تقوم فيه
Sungguh Masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya.

Dengan membangun masjid sebagai pusat pembinaan spritual, mental, moral dan intelektual.
Rasulullah SAW bersabda:

أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد
Seorang hamba sangat dekat dengan Allah pada ia sedang sujud. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Generasi yang dibanggakan masa depan akan mengukir sejarah peradaban yang penuh etika adalah generasi selalu dekat masjid. Makin banyak sujud makin lembut hatinya makin tumbuh kesadaran untuk selalu taat pada aturan.
Generasi yang jauh dari masjid dikhawatirkan hanya cerdas retorika dan intelektual tapi gersang dan kering spritual sehingga menjadi generasi yang pintar tapi kurang ajar, tidak tahu adab, tidak tahu etika menghargai orang lain.

Dengan membangun masjid sebagai pusat pemersatu segala potensi kekuatan keragaman umat Islam. Dalam konteks inilah Nabi SAW bersabda:

صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian. (HR. Muslim dari Ibnu Umar).

Kelemahan sebagian umat Islam terkadang, awal perselisihan dan perpecahan justru berawal dari masjid. Mulai dari pengurusnya, terkadang ada masjid dikuasai oleh kelompok tertentu dan kelompok lainnya tidak diakomodir. Demikian juga terkadang khutbah dan ceramah isinya adalah orasi politik praktis untuk kepentingan sesaat dan kepentingan kelompok tertentu. Begitu juga Group WA Masjid isinya justru banyak postingan dan gambar yang isinya menjelek-jelekkan kelompok lain, cacian, mengumbar aib orang lain, terlebih lagi berita Hoax, berita palsu dan hal-hal negatif lainnya.

Selama praktek seperti ini tumbuh dan berkembang di masjid-masjid, maka idealnya masjid sebagai pilar kebangkitan umat Islam, tidak akan terwujud sebagaimana pesan dan hikmah Hijrah Rasulullah SAW.

2 Setelah Rasulullah SAW tiba di Madinah, Beliau mempersaudarakan masyarakat Anshar sebagai penduduk lokal Madinah dengan masyarakat Muhajirin Pendatang dari Mekah. Inilah basis kekuatan sosial budaya yang meminimalisir, mengurangi dan menghilangkan sekat-sekat psikologis perbedaan yang bisa berpotensi perselisihan.
Dalam konteks inilah Nabi SAW bersabda:

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Tidak beriman di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dari Anas bin Malik).

Dalam konteks inilah kemudian para sahabat seringkali makan bersama-sama dari satu nampang, satu tempat hidangan makanan.
Perbedaan dan keragaman lebur dalam kebersamaan baik di masjid maupun di luar masjid.
Bahkan sebagian masyarakat lokal Madinah membagi kebun kurma dan harta kekayaan lainnya untuk diberikan kepada saudaranya dari Muhajirin yang berasal dari Mekah. Inilah indahnya aplikasi kebersamaan.

3. Setelah hampir 2 tahun Nabi SAW di Madinah, Beliau membuat Piagam Madinah sebagai basis kekuatan politik. Piagam Madinah dokumen politik berupa kontrak perjanjian antara Anshar dan Muhajirin, antara umat Islam dengan Yahudi, Nasrani dan Majusi.
Piagam ini terdiri dari 47 pasal sebagai konstitusi yang mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat yang pluralitas.
Di antara isi Piagam Madinah ialah
(1) Semua umat Islam meskipun berasal dari banyak suku tetap satu.
(2) Hubungan umat Islam dengan umat lain didasarkan atas prinsip: bertetangga baik, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan umat beragama.

4. Di Madinah Nabi SAW membangun banyak pasar sebagai basis kekuatan ekonomi. Masyarakat Madinah dikenal sebagai petani, dengan adanya pasar maka hasil pertanian mereka bisa menjadi uang dan modal dalam berbagai usahanya. Kekuatan spritual, kekuatan sosial dan politik tapi tidak didukung oleh kekuatan ekonomi, maka hasilnya tidak maksimal. Kebijakan Rasulullah SAW membuat pasar sehingga ada di antara sahabat bernama Abdurrahman bin Auf menjadi pengusaha sukses konglomerat yang menjadi penyokong dan donatur tetap setiap perjuangan Rasulullah SAW. Dalam konteks inilah Beliau bersabda:

ان الله يحب الغني التقي الخفي
Sesungguhnya Allah mencintai orang kaya lagi bertakwa dan rendah hati. (HR. Al-Bazzar dari Sa’ad).

5. Nabi SAW di Madinah menyusun strategi perjuangan dengan sistem manajerial yang sangat bagus. Beliau mempunyai 65 orang sekretaris. Ada sekretaris mencatat wahyu al-Qur’an, ada sekretaris mencatat Hadis, ada sekretaris menulis surat diplomasi politik yang dikirim kepada para raja di negeri lain, dan seterusnya. Begitu juga Nabi SAW mempunyai beberapa intelejen sebagai sumber informasi dan komunikasi.

Inilah di antara kerja strategis, kerja cerdas dan kerja ikhlas yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam perjuangan hijrahnya. Mudah-mudahan dengan peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H umat Islam mencontoh dan merasakan kebangkitan dan keberhasilan.

Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H
Semoga Semangat Hijrah selalu menjadi motivasi dan landasan dalam aktivitas sehari-hari.

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW

أي الهجرة أفضل؟ قال أن تهجر ما كره ربك عز وجل

Manakah hijrah yang paling utama? Beliau menhawab: Hijrah yang paling utama adalah engkau meninggalkan apa yang dibenci oleh Allah Maha Mulia Maha Agung. (HR. Nasai dari Abdullah bin Amr bin Ash).
Semoga.

Pontianak, 1 Muharram 1440 H
10 September 2018 M