Mulianya “Sang Pelacur “ di Mata Jamaah Zikir Bahkan Ikut Minta Tabarruk  #4

 
Mulianya “Sang Pelacur “ di Mata Jamaah Zikir Bahkan Ikut Minta Tabarruk  #4

LADUNI.ID, CERPEN- Sebelum pamit para Ibupun tidak alpa ambil berkah, jamaah ibu-ibu bergantian cium tangan bolak balik bahkan cipika kiri kanan dan lututpun turut dicium. Nini tambah terkejut ibu jamaah setiap ciuman tangan tidak lupa menyelip amplop berisi. Bayangkan jamaah perempuan hampir ribuan. Entah berapa jumlahnya.

Nini pikir itu amplop di sebutkan nama di doain dan ditulis hajat dan namana, semisal hajat cepat dapat jodoh, mudah rzeki, selamat iman dan lainnya dia pun tidak terbayangkan itu sedekah para ibu-ibu,  hingga amplop itu di biarkan jatuh, namun para ibu sudah sangat mengerti dan lazimnya amplop itu dikumpulkan dalam tas plastik kemudian disodirkan ke mobil. Akhirnya “Ummi” diantar dengan penub hormat sampai masuk mobil Maybach Exelero .

Dalam perjalanan pulang,  selama perjalanan di mobil tersebut, sang wanita penghibur itu menangis tersedu dan tidak seperti biasanya sesenggukan dengan air mata bercucuran. Walidi  membiarkannya hingga suara tangisan reda. Setelah suasana agak tenang, Walidi menasihati,

“Nyak Nini, Apakah  tidak melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukanmu, menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu, dan rela juga mereka antri hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu, bahkan minta keberberkah untaian doa dar kamu, padahal  Nini tahu sendiri kamu siapa?”

Belum habis menasihati, wanita pelacur itu kembali menetes air mata sambil menangis, ia tiba-tiba bagaikan dicambuk penyesalan, merasa hina, miris, dan sedih mengingat perbuatan dosa yang selama ini dilakukannya. Tapi Allah menutup aibnya, Allah sangat menyayanginya.

“Biar Nini tahu, Hari ini,” lanjut Walidi, “Alhamdulillah dan bersyukur Kamu dapat nasihat yang mungkin paling berharga selama hidupmu, maka segeralah Nini taubat dan  pasti Allah menerima. Ingat, jangan sampai nyawa merenggut sebelum taubat dan menyesalinya serta tinggal kan dunia yang selama ini Nini geluti, ”, Walidi menasihati dengan lembut dan bijaksana.

Ternyata tangisnya kian deras. Walidi membiarkannya.Sambil terisak wanita pelacur itu berkata, “Terimakasih Teungku atas nasihatnya, dan berkah dari kejadian ini. Mulai hari ini saya bertaubat dan berhenti dari pekerjaan durjana dan murka ini. Sekali lagi terimakasih Teungku .”

Mobi mewah itupun kembali melaju dengan kencang dan Walidi mengisyaratkan kepada supir untuk mempercepat laju mobil langsung menuju dayah Walidi. Istri Walidi sempat curiga dengan sosok wanita berjilbab itu dan setelah turun dari mobil langsung mencium tangan Istri Walidi. Tidak lama beberapa Santriwati langsung menyapa Nini untuk di bawa ke ruang tamu untuk istirahat.

Walaupun istri Walidi sempat marah dengan kehadiran wanita tidak dikenal jejak itu,  namun setelah di jelaskan secara detail dan panjang lebar, Istripun ikut terbawa lepas saat diceritakan Nini di cium dan di mulaiakan para ibu-ibu jamaah pengajian.

Wanita penghibur itu ditemani Santriwati dan di bimbing dan diapun telah menyatakan taubat, pelan-pelan dia belajar kembali baca al-quran dan doa shalat serta kewajiban syariat lainnya secara privat oleh Santriwati senior disana. Hari-hari  Nini tetap menjadi Santriwati dan juga ikut belajar menjahit yang kebetulan ekstrakulikuker wajib di dayah Walidi.

Pernah saat bulan Ramadhan Nini melewati seputaran dayah tersebut namun di dayah lain terlihat para nenek dan ibu terlihat berpakaian putih dengan kain menutup kepala sambil duduk bersela sangat ramai, diapun menjadi terheran ada apa ini, “Kok ada nutup-nutup diri dengan kain putih?” pintanya dalam hati.

****Helmi Abu Bakar El-Langkawi penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.