Nama Sungai Ini Diganti Otoritas China karena Dianggap ‘Terlalu Islami'

 
Nama Sungai Ini Diganti Otoritas China karena Dianggap ‘Terlalu Islami'

LADUNI.ID, Jakarta - Pihak otoritas China mengubah nama sebuah sungai yang dianggap 'terlalu Arab.’ Hal demikian dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh Islam di China. Sungai yang memiliki panjang 180 KM dan melintasi enam kabupaten di China Barat Laut ini awalnya bernama 'Aiyi' kemudian diganti menjadi 'Diannong' oleh pemerintah otonomi Ningxia. Ningxia merupakan satu provinsi di China yang mayoritas penduduknya Muslim. Setidaknya, ada sekitar dua juta Muslim Hui yang tinggal di provinsi ini. 

Seorang peneliti di Institut Studi Hui Universitas Ningxia Wang Genming mengatakan, kata Aiyi dianggap memiliki karakteristik suara yang sama dengan kata Aisha. Aisha sendiri adalah nama salah satu istri Muhammad, Nabi panutan umat Islam.

Namun demikian, Genming ‘mengritik’ otoritas setempat. Bagi Genming, Aiyi merupakan nama bagi wanita Hui yang cantik. Tidak lebih.

Menurut Genming, “Mengubah nama menunjukkan ketidaktahuan dan kebodohan pemerintah setempat. Aiyi hanyalah nama yang mengingatkan seorang wanita Hui yang cantik”, sebagaimana dilansir Aljazeera, Selasa (2/10).

Sementara, kata Diannong merupakan nama ibu kota Ningxia pada saat Dinasti Han Lama (206 SM-220 M). Saat ini, wilayah tersebut bernama Yinchuan.

Terkait dengan perubahan nama sungai tersebut, pemerintah lokal mengaku menerima permintaan dari departemen sumber daya air setempat berdasarkan peraturan tentang nama-nama lokasi publik.

Pada tahun 2013 lalu, pemerintah Ningxia mengesahkan sebuah peraturan yang berisi larangan bagi otoritas lokal menamai lokasi publik dengan nama atau figur asing.

Seorang Profesor studi etnis di Minzu University of China Beijing, Xiong Kunxin menyatakan, pengubahan nama sungai itu sudah sesuai dengan peraturan yang ada dengan budaya setempat.

“Ini sesuai dengan kebijakan Cina untuk menyucikan agama dan menyesuaikannya dengan masyarakat sosialis serta sesuai dengan sejarah dan budaya setempat," katanya.

Kunxin menilai, perubahan nama ini menunjukkan tekad pemerintah pusat untuk memperbaiki kecenderungan islamisasi.