Ustadz Faris Khoirul Anam : Warga Internet dan Muslihat Propaganda Bagian 2

 
Ustadz Faris Khoirul Anam : Warga Internet dan Muslihat Propaganda Bagian 2

LADUNI.ID - The devices of propaganda atau muslihat propaganda itu meskipun ditampilkan hampir puluhan tahun lalu, namun sampai sekarang masih menjadi bahan kajian dan banyak tercantum dalam berbagai literatur, karena pada kenyataannya memang banyak yang mempraktikkannya (Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, hal 67-68)

Pada situasi selain perang, adanya propaganda bukan sesuatu yang tak mungkin. Propaganda dengan memanfaatkan aspek komunikasi dapat terjadi pada perang pemikiran, benturan budaya (clash civilization), konflik kepentingan, persaingan dalam dunia politik, termasuk pada proses penciptaan perang proksi (proxi war).

Pada era perkembangan media sosial saat ini, tidak jarang netizen atau warga internet yang terjebak dalam pusarannya. Oleh karena itu, propaganda menjadi hal urgen dipahami dalam ilmu komunikasi yang berkembang signifikan dan massif di era media sosial ini.

Tujuan berkomunikasi pada beberapa tataran memang bersifat positif, namun tak dapat dipungkiri pada hal lain dapat pula bergeser dari maksud idealnya. Maka cermat dalam menyikapi pertukaran informasi dan mengetahui ke mana arahnya menjadi hal yang perlu diperhatikan bersama-sama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ، قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di mana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan di zaman itu para Ruwaibidhoh berbicara.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu?” Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.” (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah [Lebanon: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t.], jilid 2, hal. 1339)

Wallahu A’lam