Riset 2012 telah Memetakan Desa di Palu yang Tanahnya Berpotensi Tinggi Likuifaksi

 
Riset 2012 telah Memetakan Desa di Palu yang Tanahnya Berpotensi Tinggi Likuifaksi

LADUNI.ID,Gempa berkekuatan 7,5 pada Jumat 28 September yang mengguncang Donggala dan Palu di Sulawesi Tengah menyebabkan tsunami dan kehancuran yang menelan korban lebih dari 1700 orang. Tak lama, banyak masyarakat terkejut melihat di media sosial gambar dan video dari lokasi bencana yang memperlihatkan tanah yang mengalir seperti sungai menyeret bangunan rumah, pohon dan langsung menenggelamkannya. 

Proses bergeraknya tanah itu disebut likuifaksi, yaitu kondisi tanah yang kehilangan kekuatannya akibat gempa sehingga daya dukung tanah turun secara mendadak. Selain guncangan dan potensi air bah dari tsunami, likuifaksi adalah fenomena alam yang juga perlu diwaspadai ketika terjadi gempa.

Kompas TV melaporkan luas kawasan yang terdampak likuifaksi di Palu mencapai 320 hektare. Walau likuifaksi baru menjadi populer minggu ini, kerentanan daerah Palu terhadap likuifaksi sebenarnya sudah dikaji. Pada 2012, peneliti Risna Widyaningrum dari Badan Geologi Indonesia  melakukan kajian geologi teknik potensi likuifaksi di Palu. Risna menyimpulkan bahwa daerah di Palu sebagian besar memiliki potensi sangat tinggi terhadap likuifaksi.

Tekstur tanah
Ilmu tanah dapat menjelaskan bagaimana tanah yang padat, kuat, dan diduduki bangunan bisa menghanyutkan ribuan rumah.

Tanah terdiri dari partikel-partikel berbagai ukuran yang lebih kecil dari 2 milimeter. Partikel-partikel tersebut dikelompokkan berdasarkan ukurannnya: yang terbesar adalah pasir (diameter 0,05 sampai ≤ 2 mm), debu (2 mikron sampai ≤ 0,05 mm), dan yang paling halus disebut liat (≤ 2 mikron).

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN