Dalil Membaca Istighfar sesudah Melaksanakan Ibadah Shalat

 
Dalil Membaca Istighfar sesudah Melaksanakan Ibadah Shalat
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Masih ada orang yang menyoal tentang kebiasaan membaca istighfar usai melaksanakan ibadah shalat. Menanggapi hal ini, maka kita awali dengan pembahasan sumber utama yang menjadi dasar amalan tersebut, yakni dalil berikut ini:

عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنْصَرِفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

"Dari Tsauban, budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah SAW, menceritakan bahwa jika Nabi selesai dari melaksanakan shalat, maka beliau membaca istighfar 3 kali." (HR. Muslim)

Sedangkan bentuk bacaan istighfar dijelaskan dalam riwayat berikut ini:

قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلأَوْزَاعِىِّ كَيْفَ الاِسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ

"Al-Walid bertanya kepada Al-Auza'i tentang bacaan istighfar. Lalu Al-Auza'i menjawab: 'Aku meminta ampunan kepada Allah (أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ), Aku meminta ampunan kepadda Allah (أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ)." (HR. Muslim)

Imam Abu Dawud menulis tentang bab beberapa bacaan istighfar dari Nabi SAW, di antaranya adalah berikut ini:

عَنْ بِلاَلَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِى يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّى أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ

"Dari Bilal bin Yasar bin Zaid, kakeknya mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Barang siapa membaca ‘Aku meminta ampunan kepada Allah, Tiada Tuhan selain Dia, yang Maha Hidup, Maha Mengurus segala hal dan aku bertaubat kepada-Nya’ (أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ), maka ia akan diampuni meski ia lari dari perang." (HR. Abu Dawud)

Hadis tersebut dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani, ulama yang kerap kali dijadikan rujukan oleh kelompok Salafi. Lalu kalau ditanya mana lafadh "Al-Adzim" (العَظِيْم) seperti yang biasa dibaca? Maka, hal ini bisa dijawab ada, dan terdapat dalam riwayat Al-Hakim, dan hal itu dinilai shahih. Sedangkan, Al-Hafidz Ad-Dzahabi tidak memberi komentar apapun.

Selanjutnya, apakah boleh bacaan istighfar tersebut diamalkan sesudah salat? Tentu jawabannya adalah boleh. Hal ini sebagaimana juga difatwakan oleh ulama Salafi, dengan penjelasan berikut:

أَوَّلًا: أَسْتَغْفِرُ اللهَ 100 مَرَّةً، ثُمَّ أَقُوْلُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِائَة مَرَّةً، ثُمَّ أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَقُوْلُ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقًيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ. فَهَلْ يَجُوْزُ ذَلِكَ؟

“(Seseorang bertanya) pertama, saya membaca (أَسْتَغْفِرُ اللهَ) 100x, saya membaca juga (أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِائَة مَرَّةً) ‘Aku meminta ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya’, 100x. Kemudian saya shalat 2 rakaat. Lalu membaca (أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقًيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ). Apakah hal itu boleh?”

وَالْمَطْلُوْبُ مِنْكَ أَنْ تَسْتَغْفِرَ مِنْ جَمِيْعِ ذُنُوْبِكَ السَّالِفَةِ، وَلَكِنْ لَوْ تَذَكَّرْتَ ذَنْبًا عَظِيْمًا وَزِدْتَ فِي الْاِسْتِغْفَارِ مِنْهُ خَاصَّةً فَلَا حَرَجَ فِي ذَلِكَ، وَأَمَّا كَيْفِيَّةُ الْاِسْتِغْفَارِ فَالْأَمْرُ فِيْهَا وَاسِعٌ، وَالطَّرِيْقَةُ الَّتِيْ تَسْتَخْدِمُهَا صَحِيْحَةٌ وَللهِ الْحَمْدُ. وَاللهُ أَعْلَمُ. المفتي: مركز الفتوى بإشراف د.عبدالله الفقيه (فتاوى الشبكة الإسلامية - ج 151 / ص 261)

“(Jawaban Fatwa) .... Dianjurkan bagi anda untuk membaca istighfar dari semua dosa terdahulu. Jika anda mengingat dosa besar dan anda menambahkan bacaan istighfar secara khusus, maka boleh. Sedangkan cara istighfar dalam masalah ini luas. Cara yang anda lakukan sudah benar. Segala puji bagi Allah. Dan Allah yang lebih tahu.” (Mufti Dr. Abdullah Al-Faqih, Fatawa Syabkah Al-Islamiyah, jilid 151, hlm. 261)

Jadi, membaca istighfar setelah melaksanakan ibadah shalat merupakan anjuran yang tidak bisa dibantah. Adapun istighfar yang paling baik adalah Sayyidul Istighfar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut lafadh lengkapnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam An-Nasai:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu."

Kemudian dari sini, bisa diperluas pemahamannya dengan membaca dzikir yang lainnya. Sebab salah satu waktu yang mustajab adalah sejenak setelah melaksanakan ibadah shalat, dan berdzikir dengan kalimat-kalimat thayyibah itu disunnahkan, begitu juga kemudian dilanjutkan dengan berdoa. 

Memang dzikir yang paling utama adalah tetap dzikir yang dibaca oleh Rasulullah SAW, sebagaimana Sayyidul Istighfar itu. Tetapi membaca dzikir lainnya juga tetap diperbolehkan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam riwayat yang juga dinilai shahih oleh Syaikh Albani berikut:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّى ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى ».

"Dari Anas bahwa ia bersama dengan Rasulullah SAW sembari duduk. Dan ada seseorang sedang salat. Lalu berdoa dengan doa berikut (اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ). Kemudian Nabi SAW bersabda: 'Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung. Jika Dia diminta dengan doa itu, maka Dia akan mengabulkan. Dan jika Dia diminta dengannya, maka Dia akan memberi.'" (HR. Abu Dawud)

Jadi, dalam keterangan Hadis di atas, meski ada seorang sahabat yang membaca dzikir sesudah melaksanakan shalat bukan dengan dzikir yang dibaca oleh Nabi, tapi ternyata beluau tidak menyalahkannya, dan tidak melarang, justru memuji dan mengungkapkan keutamaannya. Kalau begitu, sebenarnya orang-orang yang mencibir atau menyoal bacaan dzikir, khususnya istighfar setiap selesai melaksanakan ibadah shalat, mereka itu mengikuti siapa dan dalil apa yang dijadikan pedoman? []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 20 Desember 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim