Baik Buruk Ibuku Dia Tetap Surgaku, Baik Buruk Ayahku Dia Tetap Pahlawanku

 
Baik Buruk Ibuku Dia Tetap Surgaku, Baik Buruk Ayahku Dia Tetap Pahlawanku
Sumber Gambar: Ilustrasi Laduni.ID

LADUNI.ID, Jakarta - Setiap orang pasti merindukan sosok yang mampu menjadi teladan dan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Sosok tersebut dapat kita temui melalui ayah dan ibu di rumah yang telah merawat dan menjaga kita mulai dari kecil hingga menuju ke puncak kesuksesan.

Setiap orang tua hanyalah manusia biasa yang juga tidak selalu benar dalam ucapan maupun tindakan. Untuk bisa menjadi orang tua yang baik, bijaksana dan teladan bagi anaknya memang tak selalu menjadi hal yang mudah untuk diwujudkan karena jika salah atau sedikit saja, bukan efek positif yang akan didapat tetapi justru sebaliknya.

Orang tua merupakan sosok yang seharusnya menjadi panutan dan dihormati bagi anaknya, bukan menjadi sosok yang menakutkan dan harus ditakuti. Hal ini tentu memerlukan kesadaran dalam berpikir dengan proses yang tidak sebentar.

Dari sosok tersebut bisa kita jumpai dirumah melalui ayah dan ibu di rumah yang telah merawat dan menjaga kita mulai dari kecil hingga menuju ke puncak kesuksesan.

Namun hal lain yang tidak bisa kita pungkiri bahwa sosok ayah maupun ibu juga tidak luput dari kesalahan dan mungkin membuat kita sakit hati bahkan berniat untuk membenci mereka.

Tapi, apakah tindakan yang membenci orang tua merupakan tindakan yang benar dan terpuji? Terlepas dari baik buruknya kedua orang tua, pengorbanan mereka tak akan pernah terbalas meski dengan apa pun.  
Dari Sahabat Abu Hurairah dari “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda,

لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدَهُ إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ

“Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (Kitab Adab Al MufradImam Al-Bukhari).

Allah SWT Berfirman dalam QS. Luqman 31:14

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ (١٤)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman 31:14).

Konon, ada seorang lelaki bertanya kepada Sahabat Umar Bin Khattab.
“Wahai Amirul Mukminin, ibuku berusia lanjut, akulah yang menjadi kendaraan, menggendong, memapah dan membersihkan kotorannya. Apakah dengan demikian aku sudah berterima kasih atas jasa-jasanya? Beliau menjawab, “Belum!” “Mengapa begitu wahai Amirul Mukminin?” Tanya lelaki itu. Beliau menjawab, “Sebab engkau melakukannya sambil berdo’a agar Allah mengambil nyawanya. Sedangkan, ia melakukan itu dahulu sambil berdo’a agar Allah memanjangkan umurmu.” (HR. Ibnu Abid-Dunya).

Kedudukan dan sikap anak terhadap orang tua bisa dikumpulkan menjadi Empat Macam:
 
Pertama, anak yang beruntung. Mereka anak yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup dalam ketaatan kepada Allah dan mendidik mereka hingga menjadi manusia dewasa.

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ – أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِم

Dari Sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Keridhaan Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR.Imam At-Tirmidzi, hadis ini sahih menurut Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim).

Hadis ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada orang tua dan mencari ridha keduanya, dan membuat mereka senang (bahagia). Karena ridha dan kecintaan Allah itu datang karena keridhaan orang tua, murka Allah itu datang karena murka orang tua. Siapa yang berbuat baik pada orang tua, maka ia telah menaati Allah. Siapa yang berbuat jelek pada orang tua, berarti ia telah membuat Allah murka.

Hadis ini jadi dalil wajibnya berbakti pada orang tua dan diharamkan durhaka kepada mereka. Ridha orang tua didapat dengan bakti, berbuat baik, dan bersikap lemah lembut.

Bentuk berbuat baik pada orang tua adalah tidak mencela dan menghardik mereka ketika mereka sudah berada di usia senja. Di antara bentuk bakti adalah menuruti apa yang orang tua inginkan selama bukan maksiat. Ibu lebih didahulukan dalam berbakti dibanding ayah.

 عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Imam Muslim]. 

Kedua, anak yang kurang beruntung. Merekalah anak yang tak sempat melihat wajah ayah atau ibunya. Mereka lahir sebagai yatim piatu atau piatu karena ayah telah tiada dan ibunya meninggal di saat melahirkannya atau pergi ke negeri nan jauh.

Mereka tidak sempat merasakan belas kasih sayang orang tua hingga besar mereka dalam pengasuhan kerabat atau panti sosial. Namun, mereka tetap merindukan orang tuanya dan selalu berdo’a agar kuburannya dijadikan taman surga dan kelak bertemu di surga.

Ketiga, anak yang tak beruntung. Merekalah anak yang lahir di tengah orang tua yang masih hidup, namun tidak dibesarkan dengan kasih sayang. Mereka diterlantarkan, dibuang, dianiaya hingga ada yang meregang nyawa. Mereka diperlakukan tidak manusiawi dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Begitupun anak yang lahir dari perbuatan zina orang tuanya, dibuang di tempat sampah atau ditinggalkan di jalanan. Hingga dewasa, mereka tak tahu siapa orang tuanya.

Keempat, anak yang tak tahu untung. Merekalah anak yang dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang dan mengenyam pendidikan yang tinggi. Namun, setelah berjaya, mereka justru melupakan orang tuanya.

"Merekalah anak durhaka yang tak tahu diuntung dan tak pandai berterima kasih. Allah akan murka kepada mereka dan mengambil karunia-Nya secara perlahan tapi pasti, dan pada akhirnya kelak mereka tak mencium aroma surga." (HR. Imam Al-Hakim).

Istilah “baik buruk ayahku dia tetap pahlawanku, baik buruk ibuku dia tetap surgaku” mau menggambarkan kepada kita semua bahwa bagaimanapun keadaan orang tua kita. Mestinya kita harus tetap menghargai dan menghormati mereka sebagai utusan Tuhan dalam hidup kita masing-masing.

Setiap manusia pasti pernah melakukan dosa dan kesalahan termasuk kedua orang tua kita, namun kita dianjurkan untuk memaafkan beliau. Sayangi orang tuamu, hormati orang tuamu, bahagiakan orang tuamu.

Akan ada saatnya nanti kamu akan berpisah dengan mereka selamanya, dan semoga perpisahan itu tidak meninggalkan bekas dan luka sehingga membuatmu tidak bisa memaafkan diri sendiri.

Bertobat dan minta maaflah sekarang juga. Cium tangan dan peluk tubuhnya, jika perlu bersujud di kakinya. Sebesar apa pun kesalahannya, orang tua selalu berkenan memaafkan. Nanti, kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga.

 

Sumber : Kitab Adab Al Mufrad – Karya Imam Al-Bukhari
___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Minggu, 23 Desember 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Lisanto
Sabtu Legi , 20 Mei 2023