Menguak Istilah Syair, Syi’ir dan Puisi

 
Menguak Istilah Syair, Syi’ir dan Puisi

Kata “puisi” dan “syair” sudah sangat mashur di telinga kita. “Puisi” di antara pengertiannya adalah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Sedangkan “syair” dalam bayak buku pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu denis puisi, dan jenis ini, dikatagorikan pada puisi lama, seperti; mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, dan talibun. Dan syair adalah tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi sama. Menurut Hooykaas, syair merupakan jenis puisi lama yang berkembang di Indonesia, hanya saja namanya merupakan serapan dari bahasa Arab.

Keduanya memiliki kemiripan namun berbeda, istilah puisi sering digunakan dalam bahasa Indonesia, sedangkan syair digunakan dalam bahasa Arab, walaupun istilah Syair juga sudah menjadi bagian dari puisi, namun dalam bahasa Arab bukan Syair, tetapi Syi’ir, kalau Syair adalah penulisnya, sedangkan Syi’ir adalah karangannya. Kalau “syair” berarti rambut, bukan puisi. He. Tetapi kesalahan itu akan menjadi sebuah kebenaran, bila sudah menjadi kesepakatan bersama. Maka, anggaplah, syair itu syi'ir.

Banyak yang salah memahami, seakan-akan syair itu puisi dan puisi itu adalah syair, bukan hanya syair dan puisi yang melebur dan kabur, tapi istilah yang lain juga demikian, seperti menulis dan mengarang. Menulis dan mengarang pada dasarnya berbeda, kalau menulis seringkali menyelipkan pemikiran orang lain dalam tulisannya, dengan mengumpulkan data dan kemudian menganalisisnya, atau sekedar mengumpulkan yang kemudian mengkompelasikan dengan tulisan-tulisan lain, seperti makalah popular, artikel, opini. Sedangkan mengarang, murni dari pemikiran sendiri seperti novel, cerpen, dan puisi. Namun, mengarang dan menulis sudah dianggap tidak ada bedanya, ya..menulis.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN