Tetaplah Shalat Walau Kepikiran Utang

 
Tetaplah Shalat Walau Kepikiran Utang
Sumber Gambar: Unplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.Id, Jakarta - Menganggap ibadah itu sebuah masalah adalah cita-citanya setan. Sehingga  Imam Syadzili berpendapat bahwa lebih baik ibadah dulu, daripada mempersulit hal untuk ibadah yang sempurna. Ditingkatan tertentu, ada hal yang disebut cukup ekstrim yaitu Imam Syadzili pernah menyebutkan bahwa “Merasa ada yang kurang dalam melakukan ibadah itu adalah kesyirikan”. Karena kita tidak berterima kasih atas diijinkannya ibadah, malah sombong ingin sempurna.

Zaman akhir ada yang sholat, ada yang baca quran itu sebuah kenikmatan dan pemberian yang luar biasa, sehingga patut kita syukuri kenikmatan dari Allah ini. Sehingga janganlah kita berpikir kesusahan karena takut sholatnya tidak sempurna atau tidak khusyuk. Nikmati saja pemberian dari Allah dengan bisa shalat ini. Meskipun terkadang memikirkan utang misalnya, atau memikirkan beban lainnya. Karen jika kita mengeluh, kita lupa bersyukur bisa melaksanakan shalat. Jika yang dikejar adalah kesempurnaan, bisa-bisa ibadah dianggap masalah, bahkan tidak mengenakan. Akhirnya menyifati ibadah sebagai masalah. Ini adalah tujuan cita-cita dari setan.

Imam Syafi’I pernah mengatakan bahwa, jika beribadah tidak usah memaksakan ikhlas, karena jika memaksa dan mengharuskan ikhlas, ditakutkan akan meninggalkan amal tersebut. Sedangkan meninggalkan amal ini adalah cita-cita setan.

Para ulama tasawuf menjelaskan bahwa hendaknya sholat kita adalah atas dasar bahwa kita adalah seorang makhluk yang tunduk mengimani kebesaran Allah dan meng-Esa kan Allah. Sehingga kita bisa bersyukur ditakdirkan bisa sujud, dan mengenyampingkan masalah diterima atau tidaknya sujud kita. 

Di dalam Quran Surat Al Fajr ayat 27-30:

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

Artinya: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Gus Baha menjelaskan, datanglah kepada Allah meskipun itu dengan terpincang-pincang, ter robek-robek. Itu tidak masalah. Janganlah kita sombong bahwa harus menunggu sempurna untuk datang kembali kepada Allah. Hendaknya kita bersyukur bisa ditakdir melakukan amal kebaikan, dan janganlah menunggu sempurna untuk melakukan amal tersebut. Siapakah kita disisi Allah, sehingga menunggu sempurna. Allah tidak membutuhkan kesempurnaan kita.

Wallahu A’lam.


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian Gus Baha. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

_______

Penulis: Athallah Hareldi