Biografi KH. Ali Muchson, Pendiri Pesantren Al Hikam Boyolali

 
Biografi KH. Ali Muchson, Pendiri Pesantren Al Hikam Boyolali

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Terjun ke Politik
3.2  Mendirikan Lembaga Pendidikan
3.3  Mendirikan Pesantren

4.    Perjalanan Organisasi
5.    Referensi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Ali Muchson lahir pada tanggal 10 November 1945, di Kampung Sambiroto, Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Ayahnya biasa dipanggil di kalangan keluarganya dengan sebutan Eyang Ruslan Muhammad Danuri bin Eyang Marto. Sedangkan ibunya, biasa dipanggil dengan sapaan Mbah Nyai Danuri.

Sama seperti tanggal kelahirannya, yang biasa diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan tersebut, KH. Ali memiliki karakter pejuang yang gigih dan konsisten.

1.2 Riwayat Keluarga
Di tahun 1971 KH. Ali Muchson menikah dengan Nyai Muslichah (kemudian disebut sebagai Bu Ali), rekan seperjuangan dari masa IPNU-IPPNU, yang menemani KH. Ali hingga akhir hayat. “Waktu itu yang jadi saksi pernikahan yang hadir, salah satunya KH Ahmad Umar Abdul Mannan, Pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan,” terang Bu Ali.

Dari pernikahannya, KH. Ali dan Bu Ali diakruniai putra-putri, antara lain:

  1. Ulfa Farida (menikah dengan Aris Budhi Hartono),
  2. Aini Kholid (menikah dengan Siti Nurul Azkiyah),
  3. Naila Rahmawati (menikah dengan Yudi Sugihartono),
  4. Salma Dewi (menikah dengan Ahmad Adi Suryo).

1.2 Wafat
Di usianya yang memasuki 70 tahun, KH. Ali beberapa kali masuk ke Rumah Sakit (RS). Namun, meski dalam keadaan demikian, beliau masih istiqomah dalam mengajar para santri. Selain itu, beliau juga masih diminta untuk mengisi kegiatan pengajian di lingkup masyarakat sekitar.

Pada Kamis, 7 Januari 2021 pukul 16.00 WIB, KH. Ali Muchson berpulang ke Rahmatullah setelah sempat dirawat karena sakit di RSUD Pandanaran Boyolali. Jenazah KH. Ali kemudian dimakamkan esok harinya, di Kompleks Pemakaman Yosodipuro Pengging Banyudono Boyolali.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Kyai Ali kecil dibesarkan dan mendapatkan pendidikan dasar agama. Setelah lulus belajar sekolah tingkat dasar dan menengah pertama, beliau kemudian melanjutkan ke jenjang menengah atas di Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) dan lulus tahun 1968. Setelah itu, beliau meneruskan untuk kuliah di Perguruan Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (PTAINU) Surakarta.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Terjun ke Politik
Ketika masa kuliah, tepatnya pada tahun 1971, diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). Pada Pemilu tersebut, Kyai Ali terpilih sebagai Anggota Dewan Permusyawaratan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali dari Partai Nahdlatul Ulama (NU).

Di masa KH. Ali menjadi anggota DPRD, terlebih dari Partai NU, tentu banyak suka duka yang di alami. Menjadi pengurus partai oposisi di masa Orde Baru tersebut, memberikan konsekuensi besar pada kehidupan KH. Ali dan keluarganya. Namun, semua dihadapi KH. Ali dan keluarga dengan penuh ketabahan dan ikhlas.

Ketika NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), KH. Ali masuk di dalamnya, masih sebagai Anggota DPRD dan Bendahara partai. Tercatat beliau menjadi Anggota DPRD dari PPP, tahun 1975 hingga 1982.

Setahun berikutnya, karena NU sudah kembali ke khittah, KH. Ali memilih untuk focus berkhidmat di dalamnya, sebagai Ketua PCNU hingga tahun 1997. Baru, ketika beliau tidak menjadi Ketua PCNU Boyolali, beliau kembali masuk ke ranah politik praktis. Kali ini, beliau menjadi anggota DPRD Boyolali dari Partai Golkar. beliau terpilih selama dua periode (1997-1999 dan 1999-2004).

Meski, KH. Ali lama berkecimpung di dunia politik, namun tidak ada satupun anak-anaknya yang mengikuti jejaknya. Salah satu putri KH. Ali, Naila Rahmawati menuturkan, ayahnya pernah berpesan kepada putra-putrinya. “Bapak ki nang politik, tapi yen emang anak-anakku ora do mudeng politik, ojo pisan-pisan melu ning politik, ngko ndak dipolitiki,” kata anaknya menuturkan pesan dari KH. Ali.

Kemudian terkait pekerjaan, KH. Ali juga berpesan, supaya tidak harus menjadi pegawai negeri. Mendapatkan pekerjaan apapun itu adalah sesuatu yang bagus. “Wong arep mangan ki ora kudu dadi pegawai negeri, lakoni opo sing mbok iso lan senengi, lakoni ora orane awakmu ora mangan,” ujar beliau.

3.2 Mendirikan Lembaga Pendidikan
Selain aktif di organisasi pelajar dan kepemudaan, KH. Ali juga ikut turut serta membidangi lahirnya sejumlah Lembaga pendidikan di Boyolali dan Surakarta. Di antaranya, MI Sambiroto Ngemplak (pendiri), MTs Nurul Islam Ngemplak (pendiri dan Kepala Sekolah), dan ikut membantu dalam merintis MTs Al Muayyad Surakarta.

KH. Ali juga turut menghidupkan Kembali sekolah MTs Yosodipuro Pengging. Kemudian saat beliau menjadi Ketua PCNU Boyolali, berdiri sejumlah lembaga pendidikan di lingkup NU, seperti MTs Al Ma’arif dan STM/SMK Karya Nugraha Boyolali. "Pak Ali, memang banyak berjasa dalam menidirikan banyak lembaga pendidikan," terang Pengasuh Pesantren Al Ihsan Doglo Boyolali, KH. Habib Ihsanudin.

3.3 Mendirikan Pesantren
Menjelang akhir pengabdiannya sebagai Anggota DPRD Boyolali, KH. Ali Muchson dapat mewujudkan salah satu cita-citanya, yakni mendirikan Pondok Pesantren Al Hikam, yang terletak di Sorowaden, Banyudono, Kec. Banyudono, Boyolali. Tepatnya, pada 6 Juni 2003, sesuai yang tercantum dalam akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Al Hikam. KH. Ali bersama salah satu pengusaha bernama H. Soetantyo dan dibantu dengan pengurus lainnya, merintis dan mendirikan Al Hikam.

Berawal dari hanya 4 santri, kini Pesantren Al Hikam berkembang dengan pesat, ditambah sejumlah lembaga pendidikan formal mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, MTs, Madin, hingga MA. Santri dan siswanya kini berjumlah ribuan.

“Ini menjadi cita-cita KH. Ali yang alhamdulillah bisa terwujud. Salah satunya kini memiliki Madrasah Aliyah Terpadu dan ditambah dengan BLK. Dulu, beliau pernah memiliki gagasan untuk mendirikan MA berbasis kejuruan Teknik,” kata Ketua Yayasan Al Hikam dan Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Banyudono, KH. Asikin.

Terkait dengan gagasan pendirian sekolah agama kejuruan tersebut, pernah diungkapkan KH. Ali sendiri, saat diwawancarai wartawan dari Suara Merdeka, tahun 2017 lalu. Tujuannya tidak lain untuk mencetak santri yang mandiri. “Kami yakin, kalau landasan agamanya kuat, maka lulusan itu, bisa bekerja dan mengabdikan ilmunya lebih baik pula,” tutur KH. Ali.

4. Perjalanan Organisasi
Tentu, bukan sebuah hal yang kebetulan bila beliau menjadi anggota DPRD. Sebelumnya, KH. Ali aktif diberbagai organisasi, antara lain:

  1. Ketua Ikatan Pelajar NU (IPNU) Kec. Ngemplak tahun 1965,
  2. Ketua Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) tahun 1966.
  3. Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU Boyolali tahun 1968-1970.

5. Referensi
NU Online Jateng

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya