Khutbah Jumat: Motivasi Beramal Sholeh

 
Khutbah Jumat: Motivasi Beramal Sholeh
Sumber Gambar: ilmfeed.com, Ilustrasi: laduni.ID

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ ثُمَّ الْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ، وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ، إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَأُوْصِيْكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَنَفْسِيْ الْمُذْنِبَةُ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى، أَمَّا بَعْدُ.

فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ فِي مُحْكَمِ تِبْيَانِهِ: تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اَلَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Setelah memuji kepada Allah SWT dan bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, izinkan saya menyampaikan pesan, mengajak kepada saudara-saudara sekalian jamaah shalat jumat, khususnya kepada diri saya sendiri. Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah SWT, dengan senantiasa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Takwa harus tertanam kuat di dalam diri kita, dalam kondisi apapun dan di manapun, baik saat bahagia maupun nestapa, baik saat sempit maupun lapang.

Demikianlah memang yang dipesankan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam sabda berikut:

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

“Bertakwalah kamu di manapun kamu berada.”

Namun, sebagai manusia biasa yang tak bisa lepas dari kekhilafan, maka ketika terlanjur berbuat salah, teruslah tetap berharap mendapat ampunan Allah SWT dengan diiringi perbuatan baik atau amal sholeh. Sebab amal sholeh itulah yang akan menghapus kekhilafan-kekhilafan yang terlanjur dilakukan.

Rasulullah SAW bersabda:

 وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Dan iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan bergaullah bersama manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. At-Tirmidzi)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang, penuh dengan lika-liku, jalan terjal yang penuh kerikil dan batu dalam menapakinya.

Di dalam melakukan suatu perjalanan sudah pasti kita membutuhkan bekal untuk melewati perjalanan itu. Maka apa yang harus kita bawa dalam menjalani perjalanan hidup ini? Ketahuilah bahwa yang akan kita bawa tiada lain hanyalah iman dan amal sholeh.

Hidup di dunia laksana hanya sekedar fatamorgana (angan-angan). Dunia adalah bersifat sementara, sementara kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat adalah nyata. Persiapkanlah diri kita untuk menempuh perjalanan akhirat dengan perbekalan yang sebanyak-banyaknya karena apapun yang kita miliki di dunia, hakikatnya adalah titipan semata.

Dan ketahuilah bahwa hidup dan mati adalah ujian dari Allah, siapakah yang benar-benar paling bagus amalnya.

Allah SWT berfirman:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اَلَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Maha Memberkahi Dzat yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 1-2)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Sebagaimana kita ketahui bahwa dunia adalah persinggahan dan tempat sementara, di mana kita akan menjelang kehidupan yang kekal nanti di akhirat. Dan tentu di akhirat itu kita memerlukan bekal yang diperlukan.

Sungguh bekal tersebut tiada lain adalah iman dan amal sholeh. Bahkan kita juga tahu bahwa untuk mencapai suatu kebahagiaan dan kesenangan di dunia pun kita harus senantiasa beriman dan beramal sholeh. Sebagaimana dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Amal sholeh adalah amal yang ikhlas dan diterima oleh Allah SWT. Jika memperhatikan ayat di atas tersebut, maka kita akan mendapati beberapa hikmah atau pelajaran yang bisa kita ambil, yaitu:

Hikmah yang pertama, bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang keduanya adalah sama dalam kaidah amal dan balasan, sama dalam hubungannya dengan Allah SWT dan pahala keduanya. Hal tersebut dibahas dalam Surat Al-Qur’an yang menceritakan tentang kebejatan orang-orang Jahiliyyah dalam memperlakukan kaum wanita, dan kedangkalan mereka terhadap kaum hawa. Juga rasa malu yang amat sangat bagi siapa saja (dari kaum Jahiliyyah) yang memperoleh kelahiran anak wanita. Sehingga, mereka menjauh dari masyarakat sekitar dengan menanggung rasa sedih, gundah, malu, dan tercoreng aib. Tetapi dengan ayat di atas, secara tegas kita tahu bahwa laki-laki dan perempuan itu sama kedudukannya di dalam hubungan dengan Allah SWT. Hanya ketakwaanlah yang membedakan kadar hubungan itu, dan bukan karena jenis kelamin.

Hikmah yang kedua, bahwa beriman kepada Allah menjadi kaidah dalam beramal sholeh. Tanpa kaidah keimanan tidak akan kokoh, layaknya bangunan yang tidak akan tegak tanpa pilar yang kuat. Tanpa ikatan ini, keberagaman tidak akan bisa bersatu. Tanpa ikatan ini, semuanya ibarat abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Karena itu dengan iman itulah nilai amal sholeh seseorang diperhitungkan. Namun, jika tidak didasari dengan hal itu, maka amal itu tak bernilai sama sekali. Jadi motivasi amal sholeh adalah sebuah keimanan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Hikmah yang ketiga, bahwa balasan amal sholeh yang dilakukan dengan landasan keimanan adalah hayatan thayyiban (penghidupan yang baik) di dunia ini. Bentuknya tidak selalu dengan kenikmatan dan limpahan harta benda. Sebab dalam hidup ini banyak kekayaan selain harta yang melimpah ruah, namun membuat hidup tenang dalam batas yang cukup, yaitu: Ittishal atau senantiasa terhubung dengan Allah SWT, tsiqah atau teguh kepada Allah SWT dan merasa tenteram berada dalam pemeliharaan-Nya, penjagaan, dan ridho-Nya.

Kekayaan lainnya juga bisa dalam bentuk kesehatan, ketenangan, kesejahteraan, keberkahan, tempat tinggal yang nyaman, serta kedamaian hati dan jiwa. Harta hanyalah sebuah unsur yang cukup dimiliki dalam jumlah yang cukup ketika hati sudah terpaut dengan sesuatu yang lebih besar, lebih mulia, yakni di sisi Allah SWT.

Hiikmah yang keempat, bahwa kehidupan yang baik di dunia ini tidak akan mengurangi pahala yang mulia di akhirat kelak. Tentunya pahala yang akan diraih oleh orang-orang yang beriman adalah, selain kebaikan di akhirat, tetapi juga kebaikan di dalam hidup ini. Dan sungguh balasan baik yang akan diterima mereka yang beramal sholeh dan beriman kepada Allah SWT, adalah pengampunan Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan.

Lihatlah betapa mulianya balasan yang diberikan oleh Allah SWT itu. Bukankah cukup semua itu bagi kita untuk menjadi motivasi meningkatkan iman dan takwa, serta selalu gemar dalam beramal sholeh?

Ma’asy iral Muslimin Rahimakumullah,

Allah SWT menjanjikan di dalam ayat di atas tersebut, bahwa hamba-hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal sholeh, selain mendapatkan pahala kelak di akhirat, mereka juga akan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia. Kehidupan bahagia di dunia itu adalah kehidupan yang mana jiwa seseorang memperoleh kesenangan, dan kedamaian, karena merasakan kelezatan dan kenikmatan iman. Hatinya rela dan menerima dengan ikhlas terhadap takdir dan yakin akan janji-janji Allah SWT, sehingga dengan demikian mereka orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan itu, senantiasa akan mendapatkan limpahan cahaya dari Allah SWT.

Adapun di akhirat kelak, mereka akan memperoleh pahala yang besar dan paling baik dari Allah SWT. Hal yang demikian ini dikarenakan amal sholeh yang telah diperbuat sewaktu di dunia dan karena iman yang bersih yang telah mensucikan jiwanya.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيامَةِ.

 اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ، اَللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ، اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ.

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

***

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Oleh Abd. Hakim Abidin, M.A.
(Rais ‘Amm Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik 2014-2015, dan Pendiri Zawiyah Ar-Rifaiyah, Ciputat)
___________

Editor: Roni