Inilah Sumbangsih Para Ulama Klasik dalam Teori Ekonomi Modern

 
Inilah Sumbangsih Para Ulama Klasik dalam Teori Ekonomi Modern

Individu, negara, masyarakat dan pasar merupakan empat elemen menarik yang selalu menjadi topik bahasan dalam wacana ekonomi, baik ekonomi Islam maupun ekonomi konvensional. Uniknya, kedua model wacana ekonomi—baik ekonomi Islam maupun ekonomi konvensional–senantiasa menunjukkan kemiripan dalam wilayah kajiannya. Para sejarawan ekonomi bahkan sempat menaruh kecurigaan, apakah ekonomi Islam yang membajak teori ekonomi konvensional ataukah sebaliknya teori ekonomi konvensional yang membajak teori ekonomi Islam.

Berbicara tentang teori ekonomi Islam, maka tidak bisa meninggalkan pemikiran Abu Yûsuf (w. 181 H/798 M) dari kalangan Hanafiyah, al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) dari kalangan Syafiiyah dan Ibn Qudâmah al-Maqdisî (w. 556 H/1162 M) dari kalangan Hanâbilah. Belakangan, ada Ibnu Taimiyah (w. 728 H/1328 M) yang mendaku pengikut Hanâbilah dalam bidang ekonomi. Memang, ada kesamaan antara teori ekonomi kalangan Hanabilah dengan Ibnu Taimiyah dalam banyak aspek.

Adapun bila kita berbicara soal ekonomi konvensional yang dianggap merupakan tonggak ekonomi kontemporer dewasa ini, maka kita tidak bisa menisbikan nama St Thomas Aquinas (w. 1274 M) dengan Summa Theologica-nya dan Adam Smith (w. 1790 M) dengan teori invisible hands-nya.

St. Thomas Aquinas hidup 1 abad setelah era al-Ghazâli, yaitu di masa setelah banyak terjadi persinggungan besar-besaran dunia Islam dengan dunia Barat. Nama besar Imam al-Ghazâli saat itu sudah bukan hal yang asing lagi bagi kalangan intelektual dunia Barat. Dan sebagaimana diakui oleh penulisnya, Summa Theologica banyak merujuk pada karya besar al-Ghazâli, yaitu kitab Ihyâ Ulûmid Dîn utamanya, khususnya ketika ia membahas soal pasar dan intervensi pemerintah dalam penentuan harga.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN