Tahun 655 M: Peristiwa Bersejarah Pertempuran Laut Pertama Islam dengan Romawi

 
Tahun 655 M: Peristiwa Bersejarah Pertempuran Laut Pertama Islam dengan Romawi
Sumber Gambar: Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Perang pertama antara pasukan Muslim dan Romawi di laut memperlihatkan babak penting dalam sejarah konflik antara dunia Islam dan Kekaisaran Romawi Timur. Ini bukan hanya sekadar pertempuran, tetapi juga merupakan pertunjukan kuat dari persaingan geopolitik yang rumit di wilayah Mediterania pada masa itu. Selain itu, peristiwa ini mencerminkan perubahan dramatis dalam lanskap politik dan militer kawasan tersebut selama periode awal ekspansi Islam.

Wilayah Mediterania menjadi panggung utama dimana kedua kekuatan tersebut saling bersaing untuk mengendalikan rute perdagangan yang kaya dan strategis, serta untuk memperluas pengaruh mereka di wilayah tersebut.

Sebelum kita menyelami detail perang ini, penting untuk memahami latar belakang politik dan sosial dari kedua pihak yang terlibat. Kekaisaran Romawi Timur, yang juga dikenal sebagai Bizantium, telah lama menjadi kekuatan dominan di wilayah Mediterania Timur. Namun, pada abad ke-7 Masehi, kekaisaran ini mulai menghadapi tantangan baru dari bangsa Arab yang muncul dengan kekuatan politik dan agama yang baru, yaitu Islam.

Selama berabad-abad, Kekaisaran Romawi membanggakan dirinya sebagai kekuatan terkemuka baik di darat maupun di laut, dihormati dan diberi julukan sebagai pasukan terbaik. Namun, pada suatu titik dalam sejarah, ketenaran mereka mulai memudar dengan kemunculan kekuatan baru dari dunia Arab.

Setelah pasukan Muslim berhasil merebut banyak daerah kekuasaan Romawi, kekalahan telak yang mereka alami di darat membuat mereka sadar bahwa satu-satunya peluang untuk mendapatkan keunggulan kembali adalah dengan memanfaatkan kekuatan armada laut mereka.

Dalam situasi ini, Romawi menyadari bahwa kendali atas laut Mediterania menjadi kunci strategis untuk membalikkan keadaan dan mengatasi kekuatan Muslim yang semakin membesar di daratan.

Namun, pembentukan armada laut pasukan muslim menjadi berita buruk terbaru bagi Byzantium. Pembentukan angkatan laut pasukan muslim diperkirakan dibentuk pada tahun 648-649 M dibawah naungan gubernur Muawiyah dan diberi izin oleh Khalifah Utsman bin Affan.

Perkembangan pembangunan angkatan laut Pasukan muslim yang semakin pesat, membuat kecemasan Kekaisaran Romawi, Terkhusus Kaisar Constantine II yang memimpin pada masa itu.

Dengan perintahnya, ia mengumpulkan kurang lebih 800 kapal untuk membungkam kekuatan baru angkatan laut tersebut. Romawi juga berniat untuk mengembalikan harga diri mereka dari kekalahan terus-menerus di darat serta mengambil kembali daerah Mesir dari tangan Pasukan Muslim.

Hingga pada tahun 655 M pecahlah perang laut pertama bagi Pasukan Muslim melawan Romawi. Perang ini dikenal dengan Dzatul Syawari (atau bisa disebut pertempuran perang kapal).

Perang ini berlangsung di laut tengah dekat kota Alexandria, Mesir. Pemimpin pasukan muslim saat itu adalah Abdullah bin Abi Sahr, sementara pihak Romawi dipimpin langsung oleh Kaisar Constantine II. Pasukan Muslim membawa kurang lebih 200 kapal sementara Romawi 800 kapal.

Dengan penuh keyakinan dan didukung oleh pengalaman yang melimpah, Constantine II meremehkan armada Muslim yang masih muda dan belum teruji tersebut. Hingga membuatnya enggan untuk repot-repot membuat strategi.

Ketika jarak antara kapal-kapal sudah berada dalam jarak tembak, dimulailah perang dengan saling balas melemparkan tobak dan anak panah. Setelah semua anak panah dan tobak telah habis, Pasukan Muslim membuat sebuah strategi dengan menabrakan kapal-kapalnya ke musuh, mengikat kapal musuh, sehingga perang berlanjut diatas geladak kapal mereka.

Dengan semangat yang membara dan didampingi iman yang kuat, Pasukan Muslim mengungguli pertempuran mereka. Romawi lagi-lagi dibuat kerepotan oleh Pasukan Muslim. Korban berjatuhan kedalam laut, membuat laut menjadi merah. Banyak dari komandan Romawi yang gugur ditangan Pasukan Muslim, bahkan Kaisar Constantine II juga menerima banya luka.

Kaisar Constantine II kabur dengan menukar baju salah satu ajudannya. Tindakan ini tidak hanya menjadi simbol kemenangan besar bagi pasukan Muslim, tetapi juga menjadi momen yang sangat memalukan bagi pihak Romawi, menandai kekalahan yang mengejutkan dalam pertempuran laut mereka yang terhormat.

Sudah jatuh tertimpa tangga” mungkin inilah pribahasa yang cocok dengan Romawi, sudah kalah di darat, kalah juga di laut.

Bagaimana bisa Pasukan Muslim yang sangat minim pengalaman di laut, dan bahkan baru pertama kali bertempur diatas air dapat memenangkan pertempuran tersebut? Ada dua hal yang mendukung mereka:

pertama, Pasukan Muslim dibekali dengan ilmu Astronomi, Keyakinan kaum Muslim dalam keilmuan navigasi memegang peranan penting semakin terampil seorang navigator dalam menentukan posisinya di tengah lautan berdasarkan peredaran matahari, bulan, atau bintang, semakin tinggi akurasi perhitungan waktu dan lokasi yang dituju.

Keterampilan ini tidak hanya membantu dalam navigasi yang efektif, tetapi juga memungkinkan persiapan logistik selama perjalanan menjadi lebih terencana dan matang. Dengan demikian, keahlian navigasi yang cermat bukan hanya menjadi kunci untuk mencapai tujuan, tetapi juga memastikan keberhasilan dan keamanan dalam setiap ekspedisi laut.

Kedua, Pasukan Muslim mempunyai mentor dalam pernavigasian kapal, mereka adalah Bangsa Qibthi, yaitu penduduk asli daerah Mesir. Hal ini yang tentu saja membuat pasukan muslim sedikit banyaknya dapat menguasai tentang ilmu navigasi kapal. []


Penulis: Muhammad Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar