Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun

 
Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun

LADUNI.ID - Tentang pengampunan dosa, Al-Qur'an selalu menggunakan bahasa penekanan dan penegasan berlapis. Tujuannya tentu untuk meyakinkan terutama para pendosa bahwa ketika mereka kembali ke jalan yang benar, Allah akan mengampuni dan menyayangi mereka, sebesar dan sebanyak apapun dosa mereka.

Kata "Ghafuurun" yang didahului oleh "Inna" di ujung banyak ayat adalah salah satu bentuk penegasan tersebut. Kata "Inna" berarti sungguh atau sesungguhnya. Sementara kata "Ghafuurun" bermakna superlatif Maha Pengampun. Gabungan dua kata inilah yang dimaksud dengan penegasan berlapis.

Penegasan berlapis ini diperlukan karena seorang pendosa cenderung merasa dirinya hina dan tidak pantas di mata Allah. Dia kemudian merasa bahwa Allah tidak akan memaafkan dan mengampuninya. Akibatnya, dia semakin hanyut dalam maksiat dan semakin jauh dari Allah. Inilah penjelasan psikologis bahwa setiap dosa menjauhkan dari Allah.

Bagi seorang pendosa, keluar dan melepaskan diri dari maksit itu tidak mudah. Selain karena di stu sisi ia telah membuat jarak dengan Allah, juga karena di lain sisi ia telah membiarkan dirinya masuk dalam cengkeraman syetan. Syetan tentu tidak akan membiarkan hamba yang telah dikuasainya (auliya as-syaithon) kembali kepada Allah.

Perasaan tersebut terus menghadangnya setiap kali terbersit keinginan untuk berubah menjdi baik. Dia akan merasa mesjid dan musholla terlalu suci untuk dia masuki. Dia merasa terlalu kotor untuk dibersihkan oleh air wudhu. Dia merasa gentar untuk berdiri menghadap Alah dalam solat. Dan, secara sosial, dia merasa masyarakat akan curiga dan tidak begitu saja mempercayai perubahan sikap dan arah hidupnya.

Betapa sulit kembali dari dosa. Betapa berat keluar dari kubangan maksiat. Betapa susah lepas dari cengkeraman syetan.

Inilah yang langsung berkelabat dalam benak saya senja itu. Saat azan maghrib berkumandang, kakak ipar saya mendekat, "Sampeyan tahu, yang azan itu adalah bandar narkoba yang kemarin itu" bisiknya sambil menyebut nama dan memberi beberapa isyarat yang membuat saya langsung paham siapa yang dimaksud.

Saya tertegun sambil mengucap Alhamdulillah. Sosok kurus penuh tato, yang sering keluar masuk penjara, yang kalau malam idul fitri mengguncang desa dengan mercon-mercon raksasanya, kini datang ke musholla. Tidak hanya datang, ia kini berdiri di mihrab mengumandangkan azan. Suaranya menyapu seantero desa memanggil orang untuk datang solat berjamaah.

Saya tahu, walaupun rumahnya hanya belasan meter dari musholla, tapi saya yakin dia telah menempuh ribuan mil perjalanan yang penuh pergulatan psikoogis untuk sekedar sampai ke musholla itu. Apalagi kalau kemudian memasukinya, berdiri di mihrabnya, dan mengumandangkan azan disana.

Dalam hati, saya berdoa semoga ampunan dan kasih sayang Allah sudah merengkuhnya dan menutup rapat semua pintu baginya untuk kembali me masa lalunya. Semoga Allah membantunya istiqomah, tidak hanya dalam meniti jalan kembali mendekat kepadaNya, tapi juga dalam meninggalkan dan menjauh kehidupan kelamnya yang lalu.

Semoga dalam hatinya sudah terpatri sebuah keyakinan, bahwa Allah bukan pemaaf dan pengampun, tapi Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

Wallahu A'lam.

Oleh : Nasaruddin Idris Jauhar

Dosen UIN SUnan AMpel Surabaya