Walimah al-Haml: Tradisi Syukur Kehamilan dalam Perspektif Fikih Islam

 
Walimah al-Haml: Tradisi Syukur Kehamilan dalam Perspektif Fikih Islam
Sumber Gambar: pinterest.com

Laduni.id, Jakarta -  Kehamilan merupakan amanah besar yang Allah titipkan kepada seorang ibu. Dalam proses kehamilan, Islam tidak hanya menekankan perhatian pada aspek lahiriyah seperti nutrisi, kesehatan, dan medis semata, tetapi juga memberikan perhatian besar terhadap aspek ruhani dan spiritual janin. Sebab, pembentukan manusia bukan hanya jasad, melainkan juga ruh yang menjadi hakikat keberadaan insani.

Dalam konteks ini, Islam mengajarkan pentingnya memperhatikan keberkahan dan keselamatan ruhani sejak janin masih berada dalam kandungan, utamanya ketika usia kandungan telah mencapai empat bulan, yang dalam tradisi umat Islam Nusantara, khususnya di Jawa, dikenal dengan ritual “ngupati” atau walimah al-haml dalam istilah fikih klasik.

Landasan utama dari tradisi ini bersumber dari hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya:

قَالَ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا... ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ...

Artinya: “Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai nutfah (air mani), lalu menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian diutuslah malaikat, dan ditiupkan ruh kepadanya, serta diperintahkan untuk menulis empat perkara: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasibnya; celaka atau bahagia. (HR. al-Bukhari, No. 3208)

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN