Tata Cara Puasa Daud

 
Tata Cara Puasa Daud

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam ajaran Islam, terdapat puasa yang dikategorikan sebagai wajib, yaitu puasa pada bulan Ramadlan. Disamping puasa wajib, masih banyak puasa yang status hukumnya adalah sunnah. Di antaranya adalah puasa Senin-Kamis, Arafah, puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 atau yang dikenal dengan ayyam al-bidl, dan puasa Dawud.

Puasa Dawud adalah  puasa selang-seling, yakni sehari puasa sehari tidak. Disebut Puasa Daud karena puasa ini merupakan puasanya Nabi Dawud ‘alaihis salam,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

“Puasa yang paling utama adalah puasanya Nabi Dawud AS, ia berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari” (H.R. An-Nasa`i)

Untuk umat Nabi Muhammad, puasa ini hukumnya sunnah merupakan puasa yang paling utama dibanding dengan puasa sunnah yang lainnya. Dibandingkan puasa sunnah lainnya, Puasa Daud lebih disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا ، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ

"Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari. Dan sholat yang paling disukai oleh Allah adalah sholat Nabi Daud. Ia tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya". (HR. Bukhari)

Kenapa puasa Dawud menjadi puasa sunnah yang paling utama? Karena puasa dawud merupakan puasa yang paling berat. Dengan puasa Dawud seseorang bersua dengan apa yang sudah menjadi disenangi sehari kemudian berpisah sehari.

 لِكَوْنِهِ أَشَقَّ عَلَى النَّفْسِ بِمُصَادَفَةِ مَأْلُوفِهَا يَوْمًا وَمُفَارَقَتِهِ يَوْمًا

Karena puasa dawud itu memberatkan jiwa dengan mendapati apa yang disengani jiwa sehari sehari kemudian meninggalkannya sehari pula” (Abdurrauf al-Munawi, at-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, Riyadl-Maktabah al-Imam asy-Syafi’i, cet ke-3, 1408 H/1988 M, juz, 1, h. 374)

Dengan kata lain, seseorang tersebut mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya bisa melakukan apa saja yang sudah terbiasa dilakukan dan dihalalkan seperti makan-minum, menggauli istri, dan lain-lain. Baru sehari merasakan hal itu kemudian pada hari berikutnya harus dihentikan karena melakukan puasa. Hal ini tentunya sangat memberatkan.      

Jika penjelasan singkat ini ditarik dalam konteks pertanyaan di atas, maka puasa sebagaimana dideskripsikan dalam pertanyaan tersebut bukanlah termasuk puasa dawud. Sebab, puasa dawud adalah sehari puasa sehari tidak berpuasa.

Namun apabila anda tetap melakukan puasa sehari kemudian jeda selama dua hari, terus puasa sehari, jeda sehari, lalu puasa sehari dan jeda dua hari lagi itu tidak masalah, tetapi bukan merupakan puasa Dawud.  Dan sebaiknya melakukan puasa sunnah Senin-Kamis saja. Meskipun puasa pada hari sabtu itu juga tidak masalah, tetapi dihukumi makruh kalau sebelumnya tidak berpuasa atau tidak disambung dengan hari berikutnya.

يُكْرَهُ اِفْرَادُ يَوْمِ السَّبْتِ بِالصَّوْمِ فَاِنْ صَامَ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ مَعَهُ لَمْ يُكْرَهْ

Dimakruhkan menyendirikan puasa pada hari Sabtu, tetapi apabila seseorang pada hari sebelumnya berpuasa atau setelahnya berpuasa maka tidak dimakruhkan,” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Jeddah-Maktabah al-Irsyad, tt, juz, 6, h. 481)