Huawei Rekomendasikan Frekuensi Rendah untuk 5G Indonesia

 
Huawei Rekomendasikan Frekuensi Rendah untuk 5G Indonesia

LADUNI.ID - Banyak negara yang sedang mengembangkan jaringan 5G, tak terkecuali Indonesia. Infrastruktur yang harus disesuaikan dengan geografi negara menjadi tantangan sendiri masing-masing negara.

Misalnya Indonesia, terdiri dari ribuan pulau yang secara geografis memiliki luas wilayah sangat luas.

Menurut Profesor Merouane Debbah dari Huawei Mathematical and Algorithmic Sciences Lab, secara umum, penggunaan frekuensi rendah lebih baik dibanding penggunaan frekuensi yang lebih tinggi untuk penerapan 5G di Indonesia.

Dalam sebuah konferensi terbatas bersama Huawei yang membahas seputar jaringan 5G di Paris, Perancis, pekan lalu. Debbah menjelaskan, "Kenapa? Karena ukuran infrastrukturnya juga bergantung pada frekuensi."

Frekuensi rendah memiliki jangkauan yang lebih jauh dibandingkan frekuensi tinggi sehingga memaksimalkan cakupan jaringan (coverage). Jika menggunakan frekuensi tinggi, lanjut Debbah, maka dibutuhkan usaha ekstra untuk memperluas jangkauan.

"Untuk kasus di Indonesia, di mana negaranya sangat besar, frekuensi yang rendah akan lebih baik. Saat ini frekuensi yang cocok ada di 3,4 hingga 3,8 GHz yang cukup masuk akal," sambung Debbah.

Debbah mengatakan frekuensi rendah juga memiliki kekurangan berupa potensi kecepatan yang tak sekencang frekuensi tinggi. Namun, meski memiliki jangkauan yang lebih jauh.

Pemerintah Indonesia sendiri berencana melelang frekuensi 5G pada tahun 2022 dan berencana akan menguji coba pita frekuensi tinggi dan rendah, yakni 26 GHz dan 3,5 GHz pada tahun ini.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags