Taubat Itu tentang Kesalahan Diri Sendiri, Bukan Orang Lain

 
Taubat Itu tentang Kesalahan Diri Sendiri, Bukan Orang Lain
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kita tahu bahwa Nabi Adam AS adalah korban hoax Iblis yang berkata bahwa buah khuldi adalah buah kekekalan. Menurut info Iblis, Allah melarang Adam memakannya agar ia tak hidup kekal. Nabi Adam AS akhirnya terpengaruh hoax itu, sehingga dihukum. Lalu sebagai wujud pertaubatannya, dia dan istrinya mengulang-ulang kalimat munajat sebagaimana yang ada di dalam Al-Qur'an berikut ini:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A'raf: 23)

Demikian juga dengan Nabi Yunus AS. Dia berdakwah di jalan Allah bertahun-tahun, tapi kaumnya begitu keras kepala. Mereka semua tak acuh padanya, hingga beliau pergi dari daerah yang menjadi tempat tugasnya itu dan menyeberangi lautan, tapi naif akhirnya ia ditelan ikan yang sangat besar. Di dalam perut ikan, ia bertaubat dan bermunajat pada Allah sebagaimana diceritakan dalam ayat berikut:

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, 'Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. Al-Anbiya': 87)

Begitulah kedua tokoh mulia ini ketika bertaubat. Nabi Adam AS bisa saja bilang bahwa dia hanyalah korban dan bahwa yang salah sesungguhnya adalah Iblis, tapi ia malah menyatakan bahwa dirinyalah yang zalim dan bersalah. Nabi Yunus AS juga bisa menyalahkan kaumnya yang keras kepala, tapi ia malah menyatakan bahwa dirinyalah yang zalim dan bersalah.

Keduanya mengajarkan pada kita agar fokus pada kesalahan yang kita perbuat meski hanya "setitik" dan "wajar". Kezaliman (kesalahan) kitalah yang menjadi urusan kita dengan Allah sehingga itulah yang seharusnya menjadi materi taubat kita. Adapun kezaliman orang lain terhadap kita, itu adalah urusan yang bersangkutan dengan Allah. Jadi, taubat itu adalah tentang kesalahan diri sendiri kita, bukan orang lain. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Abdul Wahab Ahmad (Aswaja NU Center Jawa Timur)

Editor: Hakim