Ketika Kebodohan dan Kemiskinan Ditutupi Kepalsuan

Laduni.ID, Jakarta - Menjadi orang bodoh sebenarnya bukanlah aib. Sama dengan menjadi orang miskin, menjadi orang bodoh kadang kala adalah bagian dari skenario takdir yang tak terhindarkan meskipun sudah berusaha dihindari. Karena itulah, agama melarang mencela atau meremehkan orang miskin dan orang bodoh. Kalau sudah batas kemampuannya di situ, apa mau dikata?
Yang tercela adalah tindakan malas apabila ada. Bila tak malas tetapi sudah takdirnya begitu, maka tak ada masalah sama sekali. Memang ada yang ditakdirkan menjadi guru dan ada yang ditakdirkan jadi murid. Ada yang ditakdirkan jadi juragan dan ada yang ditakdirkan jadi pekerja. Semuanya adalah posisi baik dan tak ada yang tercela, sebab saling melengkapi.
Karena itu, mengaku sebagai orang bodoh atau orang miskin bukanlah tindakan tercela, justru itu tindakan tawadhu yang terpuji. Yang malah tercela apabila sebenarnya bodoh tetapi mengaku pintar atau miskin tetapi mengaku kaya.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...