Warga Bali Sebut Idul Adha sebagai Galungan Jawa, Ini Sejarahnya

 
Warga Bali Sebut Idul Adha sebagai Galungan Jawa, Ini Sejarahnya

LADUNI.ID, Jakarta - Di Pulau Dewata, tradisi kurban sudah dikenal sejak dulu, yakni sudah dilakukan turun-temurun di dalam tradisi Kerajaan Klungkung. Raja-raja Klungkung sejak waktu itu sudah menyumbangkan sapi untuk Muslim di Klungkung.

Cerita ini disampaikan oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana. Menurutnya, tradisi kurban di Kerjaan Klungkung sudah diikuti Raja Pemecutan di Denpasar, serta Raja Buleleng pada abad ke-17.

Seperti dilansir dari Sejarah Bali, Raja pemecutan memberikan sapi kurban kepada umat Muslim di Kepaon. Kampung Islam Kepaon masuk ke wilayah Desa Pemogan, Denpasar.

Jauh sebelum itu, sekitar abad ke-16, Islam masuk ke Pulau Dewata, tepatnya di masa pemerintahan Raja Gelgel I, yaitu Raja Ketut Ngelesir di Klungkung. Orang-orang Islam pertama kali datang ke Gelgel sebagai pengiring dalem atau raja dari Majapahit.

Mereka tinggal di sebelah timur pusat pemerintahan kerajaan, kemudian mendirikan sarana ibadah sederhana. Lama kelamaan jumlah mereka bertambah banyak, sehingga mendirikan perkampungan yang diberi nama Kampung Gelgel.

Kampung Gelgel merupakan kampung Islam tertua di Pulau Bali. Di sana berdiri Masjid Nurul Huda yang merupakan masjid tertua sekaligus masjid pertama di Pulau Dewata. Pada abad ke-18, Raja Karangasem bahkan memberikan sumbangan hewan kurban secara besar-besaran kepada umat Muslim di sana.

Sudiana menceritakan Raja Karangasem memberikan sapi, kambing kepada penduduk Muslim, bahkan membuatkan mereka kampung khusus yang jumlahnya mencapai 16 kampung, lengkap dengan masjid di dalamnya.

"Idul Fitri dan Idul Adha bahkan dikenal juga sebagai Galungan Jawa (untuk seorang Muslim keturunan Jawa yang tinggal di Bali) atau Galungan Bali (untuk seorang Muslim keturunan Bali)," terang Sudiana.

Selamat Hari Raya Idul Adha…