Ziarah di Makam Syaikh Musthafa, Muasis NU di Sumatera Utara

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam Syaikh Musthafa, Muasis NU di Sumatera Utara

 

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - Syaikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandily adalah Ulama besar, bersahaja, dan ahli agama terkenal dari Sumatera Utara. Beliau pendiri dan pengasuh pesantren Musthofawiyah di Purba Baru, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Sejak saat itu Nahdlatul Ulama (NU) berkembang di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Selatan. Perkembangan Nadlatul Ulama (NU) ini membawa dampak positif bagi misi mempertahankan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah di Tapanuli Selatan. Syaikh Musthafa Husein adalah simbol bagi Nahdlatul Ulama (NU) di Sumatera Utara. Pesantren Musthafawiyah pun menancapkan namanya di bumi nusantara sebagai pusat perkembangan Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara.

Profil

Syaikh Musthafa Husein al-Mandili lahir pada tahun 1886 di Tano Bato Kayulaut. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Husein dan Hj Halimah. Syaikh Musthafa Husein yang pada masa kecilnya bernama Muhammad Yatim adalah anak ke 3 dari 8 orang bersaudara.

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Syaikh Musthafa Mandili

Guru-Guru Beliau

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu:
    1. Syaikh Abdul Hamid
    2. Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
    3. Syaikh Abdul Hamid Lubis Hutapungkut
    4. Syaikh Mukhtar Aththorid Al-Boghori
    5. Syaikh Abdul Qadir bin Shobir Al-Mandili
    6. Syaikh M. Amin Mardin.
    7. Syaikh Ahmad Sumbawa
    8. Syaikh Saleh Bafadhil
    9. Syaikh Ali Maliki
    10. Syaikh Umar Bajuned
    11. Syaikh Abdul Rahman
    12. Syaikh Umar sato

Lokasi Makam

Pada malam Rabu 5 November 1955, Syekh Musthafa Husein terkena serangan penyakit, saat itu usianya mencapai 70 tahun, hingga kemudian dibawa ke Padangsidimpuan untuk dirujuk ke rumah sakit

Di Padangsidimpuan, sebelum dibawa ke rumah sakit, beliau dibawa ke rumah menantunya, yakni Syekh Ja’far Abdul Wahhab yang dikenal sebagai "Ayah Mesir", dalam pengawasan dokter, darah tinggi dan diabetes adalah yang menjadi penyakitnya selama sekitar 1 (satu) minggu.

Ulama bersahaja tersebut menghembuskan napas yang terakhir pada hari Rabu 16 November 1955 / 1 Rabiulawal 1375 H, Pukul 16:15 WIB, di Padangsidimpuan, dan dimakamkan di pemakaman Pesantren Musthofawiyah di Desa Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara.

 

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

 

Fadilah

Makam Syaikh Musthafa banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Medan saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman Pondok pesantren Musthofawiyah.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Syaikh Musthafa, dibukakan akal pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, dimudahkan dalam mencari rezeki, dan dimudahkan dalam mencapai cita-citanya, dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Beliau adalah pendiri sekaligus pengasuh Pondok pesantren Musthafawiyah

Pondok Pesantren Musthafawiyah yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Purba Baru didirikan pada tahun 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini berlokasi di kawasan jalan lintas Medan-Padang, desa Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal(MADINA)Sumut Sumatera Utara Indonesia.

Awalnya pesantren ini didirikan di Desa Tanobato, Kabupaten Mandailing Natal. KarenaTanobato dilanda banjir bandang pada tahun 1915, Musthafawiyah dipindahkan oleh pendiri ke Desa Purba Baru hingga kini.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Medan di antaranya:
Dodol Alame, Itak Poul-Poul, Toge Panyabungan, Sambal Kantori Joruk, Bandrek Madina, Keripik Sambal Jambur Kacang, Ikan Sale, Kue Pakkat


   
   
   
.
   .

 

 

 

 

 

 

 

Sekilas Sejarah

Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily adalah Ulama besar, bersahaja, dan ahli agama terkenal dari Sumatera Utara. Beliau pendiri dan pengasuh pesantren Musthofawiyah di Purba Baru, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Syekh Musthafa dilahirkan di Desa Tano Bato pada tahun 1886 masehi atau 1303 hijriah. Syekh Musthafa lahir di tengah keluarga beragama. Ayahnya, Husein bin Umar merupakan seorang saudagar yang shalih.

Sejak kecil, Syekh Musthafa pun mendapat pendidikan agama yang baik. Ia belajar agama dari Syekh Abdul Hamid Hutapungkut sebelum bertolak ke Makkah untuk mendalami syariat.

Syekh Mustafa pun berangkat ke tanah suci. Ia mengikuti majelis berbagai ulama ternama di Masjid Al-Haram. Ia juga terdaftar dalam Madrasah Ash-Shalatiyah Al-Hindiyah di Makkah, Beberapa ulama yang menjadi gurunya saat Makkah diantaranya Syekh Abdul Qodir al-Mandily, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Sholeh Bafadlil, Syekh Ali Maliki, Syekh Umar Bajuned, Syekh Ahmad Khothib Sambas dan Syekh Abdur Rahman.

Selama 13 tahun, Syekh Musthafa mendalami ilmu agama di Makkah. Ia sempat berkeinginan pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu disana. Namun ia menuruti nasihat teman-temannya agar belajar di Makkah saja. Setelah sekian lama, ia pun kembali ke kampung halaman.

Sepulang dari Makkah, syekh pun memulai dakwahnya. Bermula memberikan ceramah kepada masyarakat, ia pun kemudian mendirikan sebuah pondok pesantren pada tahun 1912. Pada mulanya, syekh mendirikan ponpes di tanah kelahirannya, Tana Batu. Namun banjir besar melanda kampungnya. Pesantren pun dipindahkan ke Desa Purba. Pesantren itupun kemudian dinamai Pondok pesantren Musthofawiyyah, sesuai nama sang pendiri, Syekh Musthafa.

Kiprah di Nahdlatul Ulama

Pada Tahun 1950, tiga tahun setelah berdiri di Tapanuli, NU mengadakan konferensi pertama pada 8-10 September 1950 di Padangsidimpuan diikuti oleh seluruh pengurus cabang NU Tapanuli dan perwakilan dari pengurus NU pusat dari Surabaya, adalah Kyai haji Masykur dan K.H. Saifuddin Zuhri. Dalam konferensi ini Syekh Musthafa Husein diangkat menjadi Ketua Majelis Syuriah NU Tapanuli .

Pada tahun 1952, Syekh Musthafa Husein terpilih menjadi utusan Ulama Sumatra Utara menghadiri konferensi Ulama-ulama se-Indonesia yang disponsori Kementerian (Departemen) Agama bertempat di Bandung. Konferensi ini adalah untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dan hari raya idhul fithri. Setelah Syekh Musthafa Husein kembali dari jawa (Jakarta) setelah mengamati situasi dan perkembangan agama selama melakukan perjalanan di Pulau Jawa, beliau melaksanakan konferensi seluruh muridnya di berbagai daerah.

Konferensi besar murid dan lulusan Madrasah Musthafawiyah ini berlangsung pada bulan februari 1952 di Madrasah Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing.

Pada malam rabu 5 November 1955, Syekh Musthafa Husein terkena serangan penyakit, saat itu usianya mencapai 70 tahun, hingga kemudian dibawa ke Padangsidimpuan untuk dirujuk ke rumah sakit

Di Padangsidimpuan, sebelum dibawa ke rumah sakit, beliau dibawa ke rumah menantunya, yakni Syekh Ja’far Abdul Wahhab yang dikenal sebagai "Ayah Mesir", dalam pengawasan dokter, darah tinggi dan diabetes adalah yang menjadi penyakitnya selama sekitar 1 (satu) minggu.

Ulama bersahaja tersebut menghembuskan napas yang terakhir pada hari Rabu 16 November 1955 / 1 Rabiulawal 1375 H, Pukul 16:15 WIB, di Padangsidimpuan, dan dimakamkan di pemakaman Pesantren Musthofawiyah di Purbabaru, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

 

Lokasi Makam