Termasuk People Pleaserkah Saya, Bagaimana Mengatasinya?

 
Termasuk People Pleaserkah Saya,  Bagaimana Mengatasinya?

Assalamu’alaikum wr wb.
Mbak Nur, kenalin namaku Rinta, saat ini sedang kuliah semester 2 di salah satu PTN di Semarang. Saya selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan walaupun harus menomorduakan keinginan saya sendiri. Saya tidak bisa menolak keinginan orang lain, baik itu orang tua, saudara atau teman. Terkadang saya merasa dirugikan, namun saya tidak kuasa menolaknya. Selain itu, saya sering  menyetujui usulan-usulan yang bertentangan dengan pemikiran saya. Apakah saya termasuk “people pleaser”? Sebaiknya apa yang harus saya lakukan agar bisa mengambil keputusan sesuai hati nurani dan pemikiran saya ?
Terima kasih atas saran yang diberikan.
Wassalamu’alaikum wr wb.

Rinta di Semarang

Tanggapan :
Wa’alaikumsalam wr wb.
Hai Rinta, senang sekali mendapat pertanyaan dari kamu. Mbak Nur yakin, banyak teman-teman di luar sana yang sepertimu namun tidak menyadari bahwa hal ini memberi dampak negatif terhadap perkembangan jati diri kamu. Beruntung, kamu cepat menyadarinya sehingga bisa mencari solusi yang terbaik karena menjadi “people pleaser” itu sungguh melelahkan lho. Sebelum kita bahas bagaimana cara agar tidak menjadi “people pleaser”, mbak Nur jelaskan dulu apa itu “people pleaser”. “People pleaser” adalah tipe orang yang cenderung lebih mengutamakan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Sepertinya positif ya ? Namun seorang “people pleaser” menjadikan orang lain adalah pusat dunianya, tentunya hal ini membuatnya kesulitan menemukan jati diri dan arah hidupnya. Buruknya lagi adalah seorang “people pleaser” bisa dengan mudah dimanfaatkan orang lain.
Saat kamu menyadari bahwa kamu termasuk “people pleaser”, saat itulah kamu harus mulai mengambil keputusan untuk berubah demi kebaikanmu sendiri. Berikut ini ada beberapa tips berhenti menjadi “people pleaser” :

1. Belajar asertif
    Bersikap asertif artinya mampu mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan, namun tetap menghargai hak – hak dan perasaan orang lain. Sikap asertif ini dapat kamu latih. Kamu bisa memulainya dengan mengatakan “tidak” terhadap sesuatu hal yang tidak ingin kamu lakukan, atau yang mungkin bisa merugikanmu. Ingat, menolak bukan berarti kamu jahat ya.

2. Jangan Terlalu Memikirkan
     Seorang “people pleaser” sering sekali memikirkan omongan orang lain, bahkan merasa bersalah hanya karena menolak untuk menemani pergi atau memberikan bantuan. Ingat, kita memiliki hak untuk menolak jika memang sedang berhalangan. Berhenti berpikir yang tidak – tidak, misalnya takut ia marah atau tersinggung. Pahami bahwa kamu memiliki pilihan dan prioritas sendiri.

3. Hargai Diri Sendiri
Menghargai diri sendiri penting dilakukan karena tidak ada orang yang memiliki martabat lebih tinggi dari orang lain. Jadi, berhentilah untuk merendahkan diri sendiri di hadapan orang lain. Menghargai diri sendiri membuat kita bisa menentukan dan mengambil sikap terbaik, tanpa merugikan orang lain.

4. Fokus Masa Depan
Lupakanlah masa lalu dan mulailah fokus pada masa depanmu. Biasanya, seorang “people pleaser” atau “orang yg tidak enakan”  mempunyai trauma masa lalu yang membuatnya takut jika tidak bisa diterima oleh lingkungan. Hal ini membuatnya merasa harus menyenangkan semua orang, tanpa mempertimbangkan perasaan pribadinya. Relakan masa lalumu dan terima dirimu saat ini, sehingga kamu bisa mulai menemukan jati dirimu dengan lebih baik.

Okay, segala perubahan berawal dari dirimu sendiri. Mulailah bulatkan tekad untuk memperbaiki sikap sehingga membuatmu menjadi lebih baik. Tetap semangat ya.

Wassalamu’alaikum wr wb.
Nur Chasanah, S. Psi
Pengampu Konsultasi Remaja siap Nikah Usia 25 Tahun
Follow IG:  @smu25tahun  dan Facebook: sukses menikah umur 25 Tahun