Pancasila

 
Pancasila

LADUNI.ID, Jakarta - Secara terbuka, khususnya melalui medsos ada tokoh a.l. Bung Rocky Gerung yang  menganggap Pancasila (PS) bukan ideologi karena dianggap tidak ilmiah dibandingkan dengan Marxisme (pikiran Marx) misalnya. Pendapat itu salah besar, karena PS digali dari khasanah budaya dan peradaban bangsa yang merupakan  laboratorium sosial-budaya -peradaban. Meskipun digagas oleh Bung Karno tetapi kemudian diperkaya oleh para pendiri bangsa lainnya dalam sidang BPUPKI dan PPKI. PS adalah ideologi bangsa dan negara, bukan ideolgi perorangan.

Banyak cendekiawan yang menelaah Pancasila secara ilmiah misalnya Prof Notonegoro mengkaji secara filsafati, Prof Jimly Assiddiqy dan Kelsen dari aspeh hukum, Drs Mohammad Hatta dari aspek ekonomi dllnya, Dr Alfian dari aspek politik. Tapi pada hemat saya itu belum cukup memadai.

Saya  pernah menjelaskan PS sebagai ideologi dalam buku Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa (LP3S, 2008) sebagai berikut:  menurut fungsinya PS merupakan dasar negara (dan bangsa), konsensus dasar, identitas kultural dan visi bangsa. Keempatnya dapat menjadi pijakan untuk memahami dan menjelaskan Pancasila sebagai ideologi.

Keyakinan kolektif  terhadap terhadap visi masa depan dapat ditransformasikan menjadi sebuah ideologi. Gagasan normatif yang terkandung dalam Pancasila dapat disistemasikan lebih rinci dan komprehensif agar dapat menjelaskan suatu realitas  bukan hanya dari prespektip Indonesia, tetapi juga pandangan universal.

Bila itu sudah dilakukan, PS bukan lagi sekedar visi karena sudah diterjemahkan menjadi teori/ jawaban konkret terhadap suatu realitas, program aksi dan lain-lainnya. Bukankah banyak negarawan luar negeri yang tertarik pada Pancasila?

Oleh karena itu Pancasila merupakan ideologi terbuka yang memerlukan kajian dari segi ontologi (filosofis), epistimelogi (teori), dan aksiologi (praktis) secara terus menerus. Kalau selama ini secara ekonomi belum ada pemerataan di negara kita, jangan menyalahkan Pancasila. Kita harus menyalahkan diri sendiri kenapa kita malas atau kenapa hanya sedikit cendekiawan kita yang menelaah Ekonomi PS  secara serius , seperti yang pernah dilakukan oleh Dr Mubyarto dan Dr Sri Edi Swasono. Kita terjebak  pada teori kapitalisme Barat yang hanya membuat segelintir orang menguasai ekonomi nasional.

Jelas yang merongrong Pancasila bukan hanya kelompok fundamentalis agama seperti dituduhkan selama ini, tetapi juga kelompok demokrat liberal dan demokrat sosial. Ayo kita hadapi bersama, kita yakin Pancasila adalah Ideologi. Ideologi lain kita perlakukan sebagai komparasi, aspek yang baik dan sesuai dengan budaya kita bisa ambil/ transformasi, kecuali komunisme, tabu.

(As'ad Said Ali)