Ketika Tangisan Rasulullah SAW Mengguncang ‘Arsy

 
Ketika Tangisan Rasulullah SAW Mengguncang ‘Arsy
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Suatu hari, Baginda Nabi Muhammad SAW duduk sendiri dalam keadaan menangis. Akibat tangisan itu, terguncanglah Arsy.

Ketika itu, Allah SWT memanggil Jibril dan mengatakan, "Wahai Jibril, turunlah dan temui Kekasih-Ku Muhammad, sampaikan salam-Ku dan tanyakan apa sebab gerangan yang menyebabkan dia menangis?"

Kenapa bukan Allah langsung yang menanyakan hal itu? Bukankah Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Tahu, yang pasti tahu perkara yang menyebabkan kekasih-Nya menangis, dan kenapa mesti melalui Jibril? Adakah hikmah yang dapat dipetik dari sini?

Ketahuilah bahwa Allah SWT hendak memberitahukan kepada Jibril, seluruh malaikat, jin dan manusia bahkan kepada seluruh makhluk-Nya, bahwa Muhammad itulah kekasih-Nya. Demikian itu adalah hikmah utama yang ada di balik peristiwa tersebut.

Maka turunlah Jibril menemui Nabi Muhammad SAW dan mengatakan, "Wahai kekasih Allah, sesungguhnya Allah, Tuhanmu mengirimkan salam kepadamu dan menanyakan apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis?"

Rasulullah SAW lalu menjawabnya, "Wahai Jibril, yang menyebabkan aku menangis adalah karena teringat ucapan terakhir saudaraku Isa Ibnu Maryam (Nabi Isa AS) sebelum diangkat oleh Allah SWT, sebagaimana yang ada di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 118:"

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

"Wahai Jibril, ucapan tersebut menandakan Isa berlepas tangan terhadap urusan umatnya, tidak mau bertanggung jawab lagi, semua urusan umatnya telah diserahkan secara bulat-bulat kepada Allah SWT. Apakah Allah mau menyiksa atau mengampuni. Tapi aku, waahai Jibril, tidak mau berpisah dengan umatku di dunia ini kalau tidak ada jaminan keselamatan buat umatku dari Allah SWT."

Akhirnya Jibril kembali melapor kepada Allah tentang pertemuannya dengan Nabi Muhammad SAW, padahal kita tahu bahwa Allah SWT lebih mengetahui akan itu semua.

Lalu kisah berlanjut, Jibril diperintahkan untuk turun kembali dan membawa satu surat dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Ad-Dhuha. Jibril membacakannya kepada Nabi SAW dan setelah selesai membaca surah tersebut, kemudian Jibril mengulang-ulang bagian ayat kelima yang berbunyi:

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ

"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi ridho."

Maka, ketika Baginda Nabi Muhammad SAW mendengar Jibril mengulang-ulang ayat tersebut, beliau kembali menangis dan tersungkur sujud syukur atas anugerah jaminan dari Allah SWT itu.

Lama sekali Baginda Nabi Muhammad SAW menangis dan tersungkur dalam sujudnya. Lalu saat terbangun dan berhadapan kembali dengan Jibril, beliau berkata, 

وَاللهِ لَا أَرْضَى وَوَاحِدٌ مِنْ أُمَّتِيْ فِي النَّارِ

"Demi Allah aku tidak akan pernah ridho, (apapun yang Allah akan berikan kepadaku) kalau nanti di akhirat masih ada umatku yang (disiksa) di neraka, walau hanya satu orang." 

Demikianlah kisah yang dinukil dari Tafsir Al-Qurthubi karya Imam Al-Qurthubi. Kisah di atas merupakan wujud nyata bentuk kecintaan dan kasih Baginda Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umatnya.

Pernyataan sumpah Baginda Nabi Muhammad SAW di atas merupakan hakikat dari tafsir Surat Al-Anbiya ayat 107 berikut ini:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Tidaklah Kami mengutus Engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam."

Lihatlah betapa Baginda Nabi Muhammad SAW mencintai dan menyayangi kita dengan tulus sejak dahulu, sejak sebelum kita ada. Dengan demikian, bukankah seyogyanya kita juga membalas ketulusan itu semua dengan bersungguh-sungguh mengikuti tuntunannya dan menjauhi segala larangannya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu agar dapat mencinta-Mu, mencintai kekasih-Mu Muhammad, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amalan-amalan yang mendekatkan kami untuk dapat mencintai dan tunduk kepada-Mu. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 17 April 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Muhammad Zuhud Rijal

Editor: Hakim