Terkuak, Puluhan Obat Ternyata Bisa Menghambat Infeksi Virus Corona

 
Terkuak, Puluhan Obat Ternyata Bisa Menghambat Infeksi Virus Corona

LADUNI.ID, Jakarta - Sebuah temuan penelitian baru-baru mengungkapkan sebuah fakta bahwa terdapat puluhan obat yang bisa menghentikan infeksi virus corona di tubuh manusia. Obat-obat tersebut bahkan dinilai lebih efektif dibanding dengan calon obat Covid-19 yakni Remdesivir dan Hydroxychloroquine.

Temuan ini terkait tidak lepas dari karakter virus corona yang mulai terkuak. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan AS dan Prancis yang kemudian dipublikasikan dalam Nature Journal  pada hari Kamis (30/4) lalu.

Dalam penelitian itulah, pakar kimia farmasi University of California San Francisco, Brian Shoichet, memetakan protein dalam sel apa saja yang diincar virus. Tanpa protein tertentu, virus tak bisa menggandakan diri dan menginfeksi tubuh seseorang.

“Virus itu seperti binatang buas, tetapi rapuh. Tanpa asupan tertentu, mereka akan kelaparan dan berhenti menginfeksi,” tutur Shoichet, sebagaimana dikutip Laduni.id dari laman Kompas yang dilansir dari laman New York Times, Sabtu (2/5).

Sebelumnya, pemerintah AS memang sedang membanggakan obat Remdesivir yang dikembangkan Gilead Sciences. Obat yang dulu gagal mengobati ebola tersebut kini diklaim bisa mengobati Covid-19.

Sementara itu, salah seorang peneliti dalam penelitian tersebut, Nevan Krogan, juga mengatakan bahwa obat-obat yang sedang diuji tersebut lebih manjur daripada Remdesivir itu.

“Beberapa obat yang kami uji bahkan lebih manjur daripada Remdesivir. Setidaknya, menurut hasil uji lab,” ungkap Krogan.

Mereka menguji senyawa obat yang dirasa bisa memblokir virus dalam menggunakan protein-protein tersebut.

Hasilnya, 47 senyawa dinyatakan memiliki efek yang diinginkan. Sepuluh di antaranya merupakan obat yang sudah punya izin edar atau sudah beberapa kali diuji untuk penyakit lain.

Misalnya, Clemastine dan Haloperidol. Obat-obat tersebut diklaim bisa dirancang kembali untuk mengobati pasien Covid-19.