Ini 4 Kelebihan Pondok Pesantren Salafiyyah (Tradisional)

 
Ini 4 Kelebihan Pondok Pesantren Salafiyyah (Tradisional)

LADUNI.ID, Jakarta - Pesantren merupakan salah satu warisan peradaban yang digagas Walisongo untuk bangsa ini. Istilah pesantren bukan berasal dari Arab. Namun uniknya yang dipelajari para santri justru teks-teks berbahasa Arab.

Seiring berkembangnya zaman, pesantren terkategorikan menjadi pesantren salaf (tradisional) dan pesantren modern. Keduanya memiliki cirri khas yang masing-masing yang saling melengkapi.

Tokoh-tokoh yang lahir dari kedua model pesantren itu pun sudah tidak dapat dihitung dengan jari. Nah, untuk edisi kali ini, saya menulis kelebihan pesantren salaf berdasarkan pengamatan pribadi.

Berikut ini adalah 4 poin yang setidaknya dapat mewakili repersentasi kelebihan pesantren salaf di mata pembaca.

1. Kuat Ilmu Alat

Pesantren salaf pada umumnya mengkhusukan diri mengkaji dan memperdalam ilmu alat dan kitab-kitab kuning. Ilmu alat itu kajian mengenai gramatikal bahasa Arab, Usul Fikih, Kaidah Fikih, Balaghah, Mantik, dan lain sebagainya.

Biasanya santri salaf diwajibkan menghafal ilmu-ilmu tersebut yang dikarang dalam bentuk nazam. Selain itu, mereka juga dibiasakan berdiskusi mengenai pelajaran-pelajaran yang telah disampaikan oleh ustaz maupun kiai.

2. Terbiasa Menghafal

Santri pesantren salaf sudah terbiasa menghafal nazam-nazam sejak mereka duduk di bangku tingkat ibtidaiah. Nazam yang dihafal mencakup hampir mencakup semua bidang ilmu, gramatikal Arab (nahwu dan sharaf), tajwid, tauhid, dan fikih.

Pada tingkat ibtidaiyah, mereka menghafal ‘Awamilul Jurjani dan Jurumiyah (nahwu), Hidayatus Shibyan (tajwid), ‘Aqidatul Awam (tauhid), dan seterusnya. Pada tingkat Sanawiah dan Aliah, mereka hanya fokus menghafal ilmu alat, seperti Al-Fiyah (nahwu dan sharaf), Jauharul Maknun, ‘Uqudul Juman (balaghah), dan seterusnya.

3. Menjawab Permasalahan Melalui Kitab Kuning

Tradisi bergumul dengan kitab kuning sangat erat kaitannya dengan para santri. Mereka tahu bahwa sumber ajaran Islam yang pokok itu Alquran dan Hadis. Namun menurut santri salaf terlalu sombong bagi mereka bila tidak merujuk pada pendapat ulama terlebih dahulu sebelum merujuk pada Alquran dan Hadis.

Memahami Alquran dan Hadis itu tidak cukup hanya membaca terjemahan. Perlu ilmu dan perangkat yang banyak untuk menjawab permasalahan agama, sosial, politik hanya dengan menggunakan Alquran dan Hadis. Karenanya, kita juga butuh ijma, qiyas, usul fikih, kaidah fikih, dan bahkan yang sedang booming itu Maqashid Syariah.

4. Memiliki Tradisi Diskusi yang Kuat

Setiap hari para santri salaf hampir diwajibkan diskusi atau musyawarah. Bila di pagi hari mereka mengaji, biasanya waktu malam digunakan untuk diskusi membahas pelajaran yang telah diajarkan pada pagi hari.

Pada tataran yang lebih tinggi, biasanya santri terbiasa berdiskusi melalui forum bathsul masail. Ini biasakan dilakukan santri salaf di hampir seluruh pesantren Jawa Timur, yang kemudian diadopsi pesantren-pesantren di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan lain sebagainya.

Jika poin sebelumnya berkaitan dengan intelektualisme, yang ini berkaitan dengan spiritualisme. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari santri salaf. Namun pada kenyataannya ada beberapa santri salaf yang tidak sreg tirakat atau mungkin malas.

Tirakat yang mereka lakukan variatif. Ini tergantung dengan selera masing-masing. Pada umumnya, tirakat yang dilakoni santri itu puasa.