Dahsyatnya Sedekah, Non-Muslim pun Allah Kasih Hidayah

 
Dahsyatnya Sedekah, Non-Muslim pun Allah Kasih Hidayah

LADUNI.ID, Jakarta - Ada ahli Al-Qur’an yang berpendapat bahwa Surat at-Taubah itu dari awal tidak disunnahkan membaca Bismillah. Pada ayat di pertengahan surat pun tidak sunah. Akan tetapi, mulai sepertiga terakhir, menurut ahli Al-Qur’an ini, malah mulai sunah. Ada ahli yang berpendapat demikian, karena mulai sepertiga terakhir itu, Tuhan itu sudah mulai lunak.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh KH Bahauddin Nur Salim bahwa diistilahkan, marahnya Tuhan mulai mereda, termasuk lunaknya Tuhan kalau ada orang yang salah tetapi ada kebaikannya. Sementara itu, ciri utama orang salah, Allah akan mengurangi dunianya. Jadi orang tersebut akan mau bersedekah, tidak hanya hanya membaca istighfar saja sambil nangis, tapi tidak mau sedekah.

Oleh sebab itulah menurut KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha, ciri utama Allah menobati orang yang bersalah adalah lewat sedekahnya orang yang bersalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an sebagai berikut.  

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (١٠٣)

Khudz min amwaalihim shadaqatan tuthahhiruhum watuzakkiihim bihaa washalli 'alayhim inna shalaataka sakanun lahum waallaahu samii'un 'aliimun

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah ayat 103).

Dalam sedekah tidak butuh niat (nawaytu). Jika kamu shalat itu masih butuh niat, butuh Islam. Berbeda dengan sedekah yang tidak membutuhkan niat. Bahkan sedekah orang kafir saja bisa diterima oleh Tuhan, bajingan pun juga diterima sedekahnya oleh Tuhan.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, sebagaimana diceritakan oleh Gus Baha, ada sebuah cerita dari Al-Ghazali yang sangat masyhur dan terkenal. Bahkan hampir semua ulama ijma’ kepada beliau, yakni, amal yang pasti diterima oleh Allah itu hanya satu, yakni sedekah.

Ciri utama tobat itu pasti dimulai dengan kafaroh, dan kafaroh itu mesti berbentuk sedekah. Saking ekstremnya, ada sebuah cerita dalam hadis shahih, ada seorang perempuan lonte. Setelah dia bekerja sebagai pezina, ketika di jalan, perempuan itu melihat seekor anjing yang menjilati pasir.

Si lonte ini kemudian tersadar, “paling anjing ini kehausan.” Karena dia seorang lonte dan tidak begitu priyayi, lantas dia berani turun ke sumur mengambilkan air menggunakan sepatunya. Kebetulan, sepatu perempuan itu adalah sepatu yang bisa mewadahi air, yaitu sepatu khuf, semacam sepatu kets.

Setelah diambil dari sumur, air itupun kemudian diminumkan ke anjing. Dengan itulah Allah berterima kasih karena ada seorang hamba-Nya menolong sesama hamba-Nya, yaitu menolong anjing. Nabi yang ada pada saat itu diberikan wahyu oleh Allah, bahwa perempuan tersebut diampuni karena barokahnya merawat anjing yang kehausan dan kemudian perempuan tersebut diberikan kesempatan tobat oleh Allah.

***

Lain dari cerita si lonte tadi, ada sebuah cerita yang lebih ekstrem. Cerita ini tertuang dalam Kitab Hikam. Diceritakan bahwa suatu hari ada ulama yang tertidur di masjidil haram. Kemudian ulama itu bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpi itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kamu datanglah ke desa ini, kemudian sampaikan salamku untuk orang ini.”

Orang yang dimaksud Rasulullah dalam mimpi itu ternyata adalah seorang penjahat, bahkan rajanya penjahat tetapi kaya. Saking jahatnya dia, anak perempuannya yang cantik bahkan dia nikahi sendiri.

Karena dia adalah orang kaya, raja, dan anaknya cantik, dia berkata. “Lha anakku cantik, yang merawat ya aku, kok dirasakan orang lain. ya goblok namanya!” sampai sebegitu perhitungannya dia. Walhasil anaknya pun ia dinikahi sendiri.

Tiba saat ketika hari bulan madu, pas malam pengantin, dia melihat janda yang membawa uplik (sebuah lampu kecil yang pakai botol) atau senthir. Tiap mau bersenggama, janda itu datang dengan membawa senthir, bahkan sampai berhadap-hadapan, tapi janda itu tiba-tiba pulang. Sekitar 10 menit, janda itu kembali lagi. Didatangi, pulang lagi. Sampai tiga kali.

Lama-lama si penjahat orang Majusi itu mengikuti mendatangi si janda, setelah dikejar didatangi kemudian ditanya, “kamu maksudnya bagaimana sih? Kok mengganggu saja.”

Si janda itu pun bercerita, “ya Majusi, aku punya anak-anak kecil, nangis kelaparan. Kalau ingat anak-anakku kelaparan, hatiku iba, ingin ngemis ke kamu. Tapi kalau ingat kamu itu adalah Majusi, saya seorang muslim, saya tidak jadi mengemis.”

Akhirnya si majusi ini berkata, “ya sudah kamu di rumah saja, jangan ke rumahku. Nanti saya antar sendiri.”

Orang Majusi itu pulang, mengambil gandum dan semua perlengkapan makanan, termasuk lauk dan lain-lain. Ia antar sendiri ke rumah. Hal itu dilakukan karena saking harunya orang Majusi itu terhadap orang miskin.

Seteialh itu orang majusi tersebut sangat bersyukur tidak terkira karena bisa beramal, juga tidak jadi menggauli anaknya. Dia bahkan tersadar kalau di dunia masih ada orang seperti itu.

Pagi hari dari kejadian itulah, seorang wali yang tadi tertidur dan bermimpi Rasulullah kemudian menaympaikan salam dari Rasulullah kepada seorang Majusi itu. “Saya diutus Nabi, menyampaikan salam pada Anda.”

Sang majusi itu pun kemudian menangis, kemudian masuk Islam. “Nabimu itu hebat benar, aku beramal baik sekali saja kok dia tahu”. Kemudian dia masuk islam.

***

Betapa dahsyatnya kekuatan dan barokah sedekah itu. Sampai-sampai, orang jahat dan kafir pun bisa mendapat syafaat dan  barokah karena melaksanakan sedekah. Dua kisah ini diambil dari ceramah Gus Baha tentang betapa dahsyatnya kekuatan sedekah. Semoga dua kisah ini membuat kita sadar betapa sedekah adalah hal penting yang harus kita tunaikan, apalagi sebagai seorang muslim. Wallahu a’lam bisshawab..