Panji Kesultanan Demak: Bukti Kebesaran dan Kekuatan Maritim Nusantara

 
Panji Kesultanan Demak: Bukti Kebesaran dan Kekuatan Maritim Nusantara

LADUNI.ID, Jakarta - Panji-panji (bendera, rayah) kebesaran Kesultanan Demak di era jayanya sebagai Kekuatan Maritim Nusantara:

Ini rekaman gambar salah satu junk (jong) raksasa Kesultanan Demak yang dilukis pelukis Belanda di perairan Laut Jawa di tahun 1590-an, lalu diterbitkan dalam buku van Lichosten, Itinerario, terbit pada tahun 1596. Kapal ini disebut berlayar hingga ke Cina.

Kapal raksasa seperti ini pernah dipakai dalam ekspedisi Demak menyerang Malaka yang waktu itu dikuasai Portugis. Menurut laporan sana, kapal-kapal Jawa bisa muat hinggga seribuan orang, lengkap dengan meriam-meriam raksasanya. Catatan Pires tentang kapal Demak di Malaka tahun 1512: bisa muat 1000-an pejuang di atas kapal.

Kapal-kapal ini pangkalannya ada di Pelabuhan Jepara dan Tuban.

Penulis hebat seperti Pram (Pramoedya Ananta Toer), menulis dalam novelnya, Arus Balik, bahwa sebuah ide besar dimulai dari kapal besar. Nusantara dulu bisa besar karena punya kapal besar, membawa ide-ide dan manusia-manusia Nusantara ke mana-mana.

Arus balik itulah yang dibuktikan orang Demak: bisa bikin kapal besar, idenya pun juga besar dan berpengaruh, karena punya kapal besar, maka mereka pun bisa berkarya untuk dunia. Membawa arus ke luar, bukan terseret arus dari luar.

Kalau Nusantara kapalnya makin kecil, itu berarti situasinya sedang terjajah. Ide pun jiplak orang lain, taqlid buta, gampang terbawa angin buruk negeri lain dan mudah masuk angin. Lalu hidup puas jadi kuli bangsa lain, seperti Omnibus Law kini, atau cukup hidup mapan dan stagnan jadi kuli pemerintah.

Perhatikan karakter bendera Kesultanan Demak itu: ada dua bendera berkibar. Satu berwarna biru bergambar simbol dua bulan sabit dan bintang, simbol Kesultanan Keislaman Nusantara (beda dengan bendera Kesultanan Turki Usmani) dan bendera berwarna merah.

Bukti karakter Jawi atau Ke-Nusantara-an (kemudian jadi Merah Putih, perpaduan abang dan putihan, Jawi dan Islam).

Barakah…

(Oleh: KH Ahmad Baso)