Tiga Gua yang Pernah Disinggahi Nabi Muhammad SAW

 
Tiga Gua yang Pernah Disinggahi Nabi Muhammad SAW

LADUNI.ID, Jakarta - Sahabat pembaca Laduni.id yang budiman, sebagai umat Islam kita pasti tahu atau pernah mendengar tentang gua-gua yang pernah disinggahi oleh Rasulullah SAW. Gua-gua tersebut pernah disinggahi Baginda Rasulullah SAW baik untuk menerima wahyu atau untuk mengobati luka saat Rasulullah SAW terluka akibat perang.

Penasaran gua-gua itu seperti apa? Yuk, simak penjelasan dan keterangan mengenai tiga gua yang pernah disinggahi oleh yang mulia Baginda Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1. GUA HIRA
Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum mengenal kepada Allah.

Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kuat.

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji bukan hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya).

Gunung ini terletak sekitar enam kilometer sebelah utara Masjidil Haram. Sekitar lima meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu pertamanya.

Sedangkan tinggi puncak Jabal Nur kira-kira dua ratus meter, di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit dengan ketinggian sekitar dua meter. Di bagian ujung kanan gua terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.

Bentuk Gua Hira agak memanjang, terletak di belakang 2 batu raksasa yang sangat dalam dan sempit, tidak dapat dilalui lebih dari satu orang. Di dalam gua hanya boleh memuatkan kira-kira 5 orang saja, dan sekadar cukup untuk tidur 3 orang secara berdampingan. Tinggi gua hanya setinggi orang berdiri, atau sekitar 2 meter. Seandainya tidak ada bangunan yang tinggi di Masjidil-Haram, dari mulut gua bahagian belakang dapat dilihat Ka’bah (Masjidil Haram). Meskipun dalam syarat berhaji tidak dimestikan untuk pergi ke Gua Hira, namun pada musim haji banyak jemaah haji mengambil kesempatan untuk naik ke Jabal Nur, menyaksikan Gua Hira. Di kawasan gunung ini tidak terdapat sedikit tanaman sekalipun. Gersang. Hanya terdiri dari batu-batu besar. Mendaki puncak Gua Hira memerlukan masa sekurang-kurangnya 2 jam. Keadaan di puncaknya sangat sunyi dan senyap.

Dengan kondisi seperti itu, Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Muhammad untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Muhammad telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempatnya ‘mencari’ Tuhan.

Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Di gua ini menjelang usia 40, Rasulullah yang selalu bertafakur, beribadah menurut agama Ibrahim selama berjam-jam bahkan berhari-hari hanya dengan membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Beliau pulang hanya untuk mengambil bekalan dan kembali lagi ke gua. Sepanjang bulan Ramadhan digunakan beliau untuk beribadah. Pada malam 17 Ramadhan 6 Agustus 610, beliau melihat “cahaya” terang benderang memenuhi ruangan gua. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul dihadapan beliau menyampaikan wahyu Allah SWT, yang pertama, Al ‘Alaq (1-5).

Setelah itu dengan perasaan takut dan gelisah, beliau bergegas pulang dan berkata pada Khadijah : “Selimutkanlah Aku, Selimutkanlah Aku.” Khadijah menyelimuti dan mendampingi beliau hingga hilang rasa takutnya. Setelah mendengar kisah yang sangat ganjil dialami suaminya di Gua Hira, Khadijah segera menemui Waraqah bin Naufal, anak saudara Khadijah, seorang pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Waraqah pandai menulis kitab Injil dengan bahasa Ibrani. Melalui dia, Muhammad SAW tahu bawa dirinya akan diangkat menjadi Nabi dan Rasul sebagaimana Nabi Musa, menerima wahyu Allah SWT melalui Jibril.

Hari itu, Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama. “Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

2. GUA TSUR
Jabal Tsur yang merupakan termasuk salah satu dalam 100 Istilah Kosa Kata dalam Haji dan Umroh, Hayyu Al-Hijrah adalah sebutan populer Jabal Tsur sekarang. Bukit Tsur terkait erat dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah Letaknya di tengah-tengah Makkah, sekitar 4 Km di selatan Masjidil Haram. Bukit Tsur berada di kawasan Kudai. Untuk naik ke puncaknya diperlukan waktu sekitar satu setengah jam. Di bukit ini terdapat gua, tingginya sekitar 1,25 meter dengan luas 3,5 meter persegi. Ada dua lubang masuk di sebelah barat dan timur. Lubang di sebelah barat merupakan pintu masuk yang digunakan Nabi Muhammad SAW bersembunyi.

Jabal Tsur adalah gunung setinggi 458 meter yang berada di sebelah selatan Kota Makkah. Gua Tsur terletak di puncak Gunung Tsur. Di gua itulah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar Shiddieq bersembunyi selama tiga hari dari kejaran kaum kafir Quraisy ketika hijrah ke Madinah Al-Munawwarah.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersembunyi di dalam gua Tsur dari kejaran kaum Quraisy yang ingin membunuh beliau. Disertai oleh sahabat Abu Bakar Shiddiq, Rasulullah SAW bersembunyi di gua Tsur hingga tiga hari lamanya. Abu Bakar sendiri sempat cemas, karena hanya sejengkal dari dalam gua kaki Rasulullah bisa terlihat di luar.

Berkat pertolongan Allah, di mulut gua bersarang laba-laba menutupinya dengan jaring- jaring tebal. Sementara di sebelah mulut gua bersarang pula merpati dan bertelur di sana. Seperti disebutkan dalam al-Qua’an Surat At-Taubat ayat 40, berbunyi Sedang di salah satu daripada dua orang ketika kedua-duanya berada di dalam gua.

Kaum Quraisy yang mengepung Rasulullah SAW akhirnya menyerah karena menganggap tidak mungkin gua itu dimasuki orang untuk bersembunyi. Rasulullah dan Abu Bakar kemudian keluar dari gua Tsur, lalu naik onta yang dibawakan oleh Abdullah bin Uraiqit atas pesan Abu Bakar. Abdullah sendiri ketika itu belum lagi memeluk Islam.

Dari Bukit Tsur, Rasulullah SAW ditemani Abu Bakar dan Amir bin Fuhairah, seorang penggembala kambing milik Abu Bakar, berangkat menunju Madinah dengan Abdullah bin Uraiqit sebagai penunjuk jalan. Peristiwa ini menandai awal hijrah Nabi Muhamamad SAW dari Makkah Al-Mukarraomah ke Madinah Al-Munawwaroh.

3. GUA UHUD
Gua Uhud di Gunung Uhud. Gua ini dikenal sebagai tempat Nabi Muhammad dirawat usai perang Uhud. Nabi Muhammad mendapatkan perawatan setelah mengalami luka dalam perang tersebut.

Sekitar gua sekarang dipagar agar tidak banyak orang masuk. Bahkan sebagian mulut gua juga sudah ditutup pakai semen agar orang tidak melakukan praktik syirik. Pagar-pagar itu tingginya sekitar 1,5 meter menggunakan kawat besi. Pagar begitu rapat dan tidak bisa dilintasi orang.

Jika dilihat dari bawah, jalan menuju gua terlihat licin. Harus ekstra hati-hati untuk mendaki ke lokasi tersebut. Terlihat juga coret-coretan di sekitar gua. Dulu akses menuju gua tersebut terbuka untuk umum, namun sekarang dibatasi.

Lokasi gua tidak jauh dari Masjid Uhud. Sekitar 500 meter. Jalan menuju ke sana harus lewat permukiman warga karena areal gunung sudah dipenuhi rumah-rumah penduduk.

Banyak orang bercerita, di dalam gua ada aroma wangi. "Memang ada aroma wangi,"

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, perah Uhud adalah pertempuran antara umat Islam dengan kaum kafir Quraisy. Perang terjadi pada 22 Maret 625 Masehi atau 7 Syawal 3 H. Kaum muslimin saat itu berjumlah 700 orang melawan tentara kafir 3.000 orang.

Dalam pertempuran itu, kaum muslimin langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad, sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Meski dari jumlah pasukan tidak imbang, awalnya pertempuran dimenangkan oleh umat Islam. Strategi yang diterapkan Rasulullah berjalan dengan baik. Termasuk menempatan 50 pemanah di Ainain (Jabal Rumat) di bawah pimpinan Abdullah bin Zubair.

Saat itu Rasul berpesan kepada 50 pemanah: "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami." begitu pesan Rasul.

Setelah pasukan kafir mampu dipukul mundur, pasukan pemanah turun dari jabal Rumat untuk mengambil harta rampasan. Padahal para sahabat sudah diingatkan oleh Abdullah bin Zubair agar tidak turun sesuai dengan pesan Rasulullah agar tidak turun apapun kondisinya.

Melihat kelengahan itu, pasukan kafir quraisy mampu mengalahkan pasukan kaum muslimin. Pasukan kafir di bawah pimpinan Khalid bin Walid kembali menyerang kaum muslimin. Akibatnya, 70 syuhada meninggal, termasuk paman Nabi Muhammad, Hamzah bin Abdul Muthalib. Kematian sang paman membuat Nabi Muhammad bersedih.

Dalam kondisi pasukan muslimin pecah belah, muncul rumor Nabi Muhammad meninggal. Saat itulah iman para pasukan kaum muslimin tergugah. Sahabat yang posisinya dekat langsung melindungi Rasulullah di tengah lemparan batu. wajah Rasulullah terluka. gigi gerahamnya tanggal. Batu yang mengenai Rasulullah itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash.

Dalam kondisi yang terdesak, sahabat bersama Rasulullah mundur dan mendaki Gunung Uhud untuk menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Ternyata di atas bukit sudah ada Khalid bin Walid dengan pasukan berkudanya. Melihat itu, Umar bin Al-Khathab dan beberapa sahabat Rasul mengusir pasukan Khalid. Mereka langsung kabur.

Rasul dan sahabat saat itu menuju Gua Uhud. Dan di situlah Nabi Muhammad dirawat karena luka di bagian wajah akibat serangan kaum kafir. Banyak orang bercerita, bau wangi dari Gua Uhud berasal dari bekas darah nabi yang menetes. Wallahu a’lam bish shawabi.

Shallahuu'alan Nabi Muhammad....