Syajaratul Ma’arif Bagian 5: Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin

 
Syajaratul Ma’arif Bagian 5: Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin

LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian 4: Hukum-Hukum yang Berhubungan dengan Hati dan Tubuh, karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Pada tulisan kali ini, membahas tentang “Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin” yang dijelaskan dalam beberapa tema, di antaranya:

Memperhatikan Dalam Mengenal Allah SWT

Allah SWT berfirman,

قُلِ انْظُرُوْا مَاذَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” {Yunus: 101).

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-Araf: 185).

Memperhatikan itu menjadi mulia karena mulianya yang diperhatikan. Memperhatikan demi mengenal Allah lebih utama dari semua bentuk perhatian karena dia akan mengantarkan pada sebaik-baik tujuan.

Melihat pada Kejujuran Rasulullah

Allah SWT berfirman,

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ (٢٣)

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur‘an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah: 23).

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Al-Israa‘: 88).

Melihat pada kejujuran Rasulullah SAW adalah sarana untuk mengikuti apa yang dibawa olehnya, dan mengikuti hal tersebut akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Merenungkan Kebangkitan

Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu.” (Al-Hajj: 5).

Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama.” (Yasin: 79).

Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (Maryam: 67).

Dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).” (Ar-Rum: 19).

Merenungkan tentang kebangkitan merupakan sarana untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengannya, dan berkemaskemas serta berhias untuk pertemuan dengan Allah.

Memperhatikan Hukum-hukum Syariat

Allah SWT berfirman, “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” (At-Taubah: 122).

Rasulullah bersabda, “Jika seorang hakim berijtihad kemudian dia benar, maka dia memperoleh dua pahala.” (HR. Al-Bukhari 7352, Muslim 1716 dari Amr bin Ash r.a.).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Dia pahamkan agamanya.” (HR. Al-Bukhari 7212, Muslim 1037 dari Muawiyah bin Abu Sufyan r.a.).(*)

***

________________________________
Sumber
: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.
Editor: Muhammad Mihrob