Nasihat Abu al-Wâfidîn Grand Syaikh Ahmad Thayyib kepada Para Santri

 
Nasihat Abu al-Wâfidîn Grand Syaikh Ahmad Thayyib kepada Para Santri

LADUNI.ID, Jakarta - Setelah wafatnya Imam Akbar Syaikh Azhar, Muhammad Sayyid Thanthawi di Riyadh dan dikebumikan di Baqi, Madinah Munawwarah tepatnya 24 Rabiul Awal 1431 H atau 10 Maret 2010. Presiden Republik Mesir, Husni Mubarak, mengeluarkan keputusan tentang pengangkatan Duktur Ahmad Thayyib sebagai syaikh Azhar yang ke 44 tepatnya 7 Rabiul Akhir 1431 H atau 23 Maret 2010.

Nama lengkap Duktur Thayyib adalah Ahmad Muhammad Thayyib. Lahir 6 Januari 1946 di Luxor, provinsi Qina. Nasab keluarga beliau bersambung ke Imam Hasan bin Abi Thalib Kw.

Syaikh Thayyib masuk Al-Azhar dan menyelesaikan Licence di Fakultas Ushuluddin jurusan Akidah dan Filsafat Islamiyah tahun 1969. Melanjutkan ke jenjang magister dan lulus pada tahun 1971. Kemudian Doktoral pada tahun 1977. 

Jabatan yang beliau emban: Dekan fakultas Dirasat Islamiyah Wa Al-Arabiyah khusus laki-laki di Qina. Kemudian Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah wa Al-Arabiyah khusus laki-laki di Aswan. Dekan Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Internasional di Pakistan. Juga mengemban jabatan di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah di Riyadh, Saudi kemudian Qatar dan Emirat.

Karya-karya beliau antara lain: Al-Janib al-Naqdi fi Falsafah Abi al-Barakat al-Baghdadi. Ta’liq ala Qism Ilahiyyat min Kitab Tadzhib al-Kalam karya Taftazani, Buhust fi Saqafat al-Islamiyah. Madkhal li Dirasat al-Mantiq al-Qadim, al-Mabahis al-Wujud wa al-Mahiyah Min Kitab al-Mawaqif, Mafhum al-Haraqah Baina Falsafah Islamiyah wa Falsafah Marksiyah. Ushul Nadhariyah al-Ilm Inda al-Asya’ari, Mabahis Kitab Ilal wa Ma’lul min Kitab al-Mawaqif. Tahqiq Risalah (Shahih Adillah al-Naql fi Mahiyah al-Aql karya Abu Barakat al-Baghdadi disertai pengantar dengan bahasa Perancis. Tarjumah al-Mukadimat al-Faransiyah li Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis Nabawi. Ibnu Arabi fi Arwiqah al-Jamiah al-Mishriyah, Nadharat fi Qadiyah Tahrif Alquran al-Mansubah Li Syiah al-Imamiyah, dan Dirasat al-Faransiyyin An Ibn Arabi.

Nasihat-nasihat beliau yang tertera di Shout Azhar tanggal 9 dan 23 Agustus 2017:

“Ketahuliah kalian berbeda dengan semua universitas yang berada di dunia. Karena punggung-pungung kalian telah bersandar di sebuah universitas klasik yang umurnya telah melebihi 1000 tahun! Ketahuliah bahwa pendahulu-pendahulu kalian, meski mereka berpegang teguh dengan turats yang agung, mereka juga adalah orang-orang yang pertama kali membuka pintu-pintu kultur budaya peradaban Barat dan menyerap ilmu dan pengetahuan setelah menyaring antara yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.

"Dan Azhar adalah rahim yang telah melahirkan syaikh Hasan ‘Athhar, Rifa’ah al-Thahtawi, Ayyad al-Thanthawi, Muhammad Abduh, Musthafa Abdu Raziq, Muhammad Abdullah al-Darraz, dan beberapa pendahulu dalam ushuluddin, syariah, lughah Arabiyah yang mempelajari itu semua di Barat.

“Nasihatku sebagai seorang ayah dan pengajar agar bersungguh-sungguh mempelajari bahasa asing yang kelak akan menjadi jendela untuk mengetahui umat-umat yang lain. Dan merupakan nikmat Allah, sekarang telah tersedia jalan untuk mempelajari bahasa Inggris, Perancis, Jerman kepada para ahlinya di pusat pembelajaran bahasa di Azhar.

“Anak-anakku! Aku mengucapkan selamat atas prestasi kalian dan kuucapkan juga selamat atas selesainya fase pertama dalam pendidikan kalian. Dan aku berharap kalian tidak mengira bahwa kesuksesan kalian yang luar biasa adalah akhir dari sebuah perjalanan. Mencari ilmu dan berupaya meraihnya selalu terbuka tanpa batas akhir. Aku berharap kalian melanjutkan ke magister sesuai kemampuan kalian. Serta melipat-gandakan usaha kalian dalam membahas sebuah ilmu di fase magister dan doktoral di tiap-tiap takhassus masing-masing. Dengan inilah, kalian telah mengokohkan harapan-harapan bangsa kalian dalam membangun peradaban baru yang berhubungan erat dengan sejarah dan perjalanan awal umat ini.

“Nasihatku kepada kalian –sebagaimana yang telah aku sampaikan kepada anak-anakku di Tsanawiyah Azhariyah-- agar selalu haus mengkaji turats, sabar memahaminya, berusaha menemukan harta karun yang berada di dalamnya serta berupaya menemukan hal baru dalam takhassus ilmu dan sastra.

“Ketahuilah, Barat adalah contoh yang perlu kita pahat jejaknya. Barat tidak akan bangkit, bebas, dan maju dengan perkumpulan kosong dan bermalas-malasan. Memutilasi waktu kosong dengan hiburan, dan duduk di warung kopi, serta begadang yang dipakai untuk ngobrol tak bermanfaat.

“Sesungguhnya kebangkitan Barat dan kemajuan Eropa dengan keringat dan rasa lelah, memikul derita dan rasa susah dalam membuat, menemukan ciptaan, kemajuan di berbagai bidang, pikiran yang diletihkan guna memanfaatkan kemampuan, dan berusaha menemukan hal-hal yang tersembunyi dan mengekploitasi yang telah Allah kasih berupa khidmah terhadap manusia. Bukan tidak mungkin kelak, jika kita bertekad kemajuan yang ditekadkan oleh Barat dan meneguhkan cita-cita dan harapan melainkan kalian harus bangkit para pemuda, bersungguh-sungguh, bertekad dengan perkara-perkara kalian, dan merasakan sebuah pernyataan dari diri sendiri bahwa kemauan, kehendak, dan kemampuan kalian lebih tinggi daripada pemuda-pemuda Eropa, Amerika, Jepang, yang telah membangun negaranya hingga melambung tinggi dan sampai di puncak langit.

“Bahkan, aku meyakini bahwa kalian lebih bisa dari mereka, karena kalian memiliki Agama, keyakinan, serta keterhubungan dengan turast klasik yang senantiasa diperbaharui dan kalian lebih spektakuler dari Barat, dan senantiasa dari sesuatu yang dilukiskan oleh ayah-ayah dan kakek-kakek kalian adalah sebuah sejarah yang tiada tandingannya hingga saat ini.”

Perhatian Syaikh Ahmad Thayyib terhadap santri-santrinya sangat tinggi. Tak heran beliau dijuluki “Abu al-Wafidin” (abahnya para pelajar asing). Di masa beliau, pengajian, talaqqi menyerbak. Masyaikh-masyaikh kibar turun gunung mengajar dan menjelaskan sisi-sisi tersembunyi dari sebuah ilmu. Semoga Allah menyehatkan beliau dan menggunungkan tekad beliau dalam mencetak Azhari yang sejati.

أبا البسطا إن القصيدةَ كلَّت ■ بمدحك في السمحاء بينَ البَرِيَّةِ 
وها هو ذا شيخ الأزاهرة الذي ■ تحمَّل في ترسيخِ علمٍ وخبرةِ

O, bapak orang-orang yang sederhana, sungguh kasidah telah lemah lantaran memuji toleransimu di antara manusia.
Dialah grand syaikh para Azhary yang telah berlelah menancapkan ilmu dan pengetahuan

هو الأشعَرِي صِرفًا وتابعُ مالكِ■ هو الحسنِي عترًا وفي النهجِ خَلوَتِي
وكان له الحُسَّادُ يطفئُ نورَه ■ أبى الله إلا أن يُتِمَّ بِبهجَةِ

Dia adalah Asyari, dan pengikut Imam Malik. Dia adalah Hasani serta mengikuti Thariqah Khalwati. Seseorang yang hasud berusaha memadamkan cahayanya. Namun Allah menolaknya! Sebelum Dia menyempurkan cahaya tersebut dengan cahaya!

أرادَ من الإنسان أن قمع القلا ■ فعاشوا تحابًا والمحبَّةُ لاحَتِ
إمامٌ حريصٌ ذو اصطبارٍ وقدوة ■ هو الطيب المحبوبِ صاحب طيبَةِ
كفى باسمه اسما والمسمى دليله ■ سريرتهُ خيرٌ له من جلية

Dia ingin memusnahkan kebencian di antara manusia. Hingga mereka hidup saling mencintai dan cinta mampu merekah.
Seorang Imam yang sungguh-sungguh, pemilik kesabaran yang maha dan keteladan. Dialah syaikh Thayyib yang dicintai, pemilik kebaikan.
Cukuplah dengan namanya sebagai nama dan sosok yang dinamai. Tandanya; batinnya lebih baik daripada dhahirnya!

Selamat ulang tahun Grand Syaikh Azhar, Syaikh Habib Ahmad Muhammad Thayyib al-Hasani yang ke 73. 06 Januari 1946. Rabbuna Yahfdzkum.(*)

***

Source: Al-Azhar Fī Alfi Ām. Shout Azhar
Editor: Muhammad Mihrob