Kisah Ketadziman KH. Mukhtar Syafa’at kepada KH. Abdul Hamid pasuruan

 
Kisah Ketadziman KH. Mukhtar Syafa’at kepada KH. Abdul Hamid pasuruan

LADUNI.ID, Jakarta – Pada suatu hari, dalam ada sebuah halaqoh yang mengundang Kiai-Kiai besar di Pasuruan. Termasuk yang hadir dalam perkumpulan itu adalah KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi dan KH. Abdul Hamid pasuruan.

Di tempat halaqoh tersebut, setelah banyak orang yang datang dan berkumpul, tibalah sosok kiai karismatik dari Pasuruan yang karib di panggil Kiai Hamid itu, langsung disambut dengan hormat oleh tuan rumah. Selang beberapa saat kemudian setelah Kiai Hamid menunggu di dalam, barulah menyusul sosok Kiai Blokagung yang oleh masyarakat dan santrinya karib dipanggil Mbah Yai, yakni KH. Muktar Syafa’at Abdul Ghofur.

Kedatangan Mbah Yai disambut sama dengan tamu-yang lain. Namun, ada satu tindakan yang tidak sama dilakukan oleh tamu-tamu yang lainnya, saat Mbah Yai ingin masuk dalam halaqoh tersebut, pandangannya tertuju pada sepasang sandal yang berada di antara ratusan sandal-sandal. Sepasang sandal itu terlihat menghadap lurus dengan tempat halaqoh yang berada di dalam. Mbah Yai tiba-tiba langsung mengambil sepasang sandal itu dan kemudian membaliknya dengan tujuan agar orang yang punya sandal tersebut bisa dengan mudah menggunakannya saat keluar. Dan Masya Allah, dari puluhan bahkan mungkin ratusan sandal yang ada disitu, ternyata yang diambil oleh Mbah Yai adalah sandal milik KH. Abdul Hamid Pasuruan.

“Kok mbah yai bisa tahu..! Padahal Mbah Yai datang sudah terlambat. Dan sandalnya Kiai Hamid sudah sangat sulit untuk ditentukan karena sudah bercampur dengan ratusan sandal yang lainnya. Secara nalar ndak mungkin bisa tahu ini sandal siapa. Kecuali mereka yang setiap hari bertemu langsung dan paham dengan sandal Kiai Hamid. Dan lagi Mbah Yai datangnya juga terlambat,” itulah kurang lebih bahasa yang disampaikan wali santri kepada saya seraya meyakinkan ketidak masuk akalan kejadian itu.

“Inilah kehebatan Mbah Yai, la ya’riful waali illal waali, tidak ada seseorang yang tahu kewalian seseorang, kecuali seorang wali,” tandasnya mantap.

Kemudian saat kedua sandal Kiai Hamid selesai diputar berbalik arah oleh Mbah Yai, tiba-tiba sepasang sandal itu bergerak memutar kembali dengan sendirinya Ke arah semula. Masya Allah. Melihat kejadian itu, Mbah Yai dengan cepat memutar sepasang sandal Kiai Hamid ke arah berlawanan dengan membaliknya kembali dengan tujuan yang sama.

Namun, kejadian serupa terjadi lagi, yakni sandal Kiai Hamid yang sudah di balik oleh Mbah Yai kembali berputar seperti semula. Dan hal itu terulang sampai 3 kali. Terakhir saat Mbah Yai ingin membalik untuk yang keempat kalinya, tiba-tiba keluar dengan bergegas dari dalam majlis sosok berwibawa yang sekarang dikenal waliyullah yakni KH. Abdul Hamid. Tidak ada yang memberi tahu apa yang dilakukan Mbah Yai di luar saat itu kepada Kiai Hamid, karena Beliau sudah ada di dalam bersama para tamu yang lain.

Tapi, Kiai Hamid tiba-tiba datang dan langsung mencegah Mbah Yai yang ingin membalikkan sandalnya seraya memegangi ke dua pundak Mbah Yai dan memeluknya sambil berkata “ampon ngooooten Kiai…ampon ngoooooten Kiai” seakan Kiai Hamid merasa malu menerima perlakuan Mbah Yai kepadanya. Dan selanjutnya Kiai Hamid sendirilah yang mengantarkan Mbah yai masuk ke dalam majlis itu.

Kejadian tersebut menjadi uswatun hasanah ketadziman dan ketawadhu’an Mbah Yai kepada sosok alim yang dikenal waliyyullah itu, yakni KH. Abdul Hamid Pasuruan. Dengan kewalian dan segudang ilmunya, Mbah Yai masih tetap mengutamakan akhlak kepada orang alim.

Namun di sisi lain, saat melihat kejadian sandal yang tiba-tiba bergerak berbalik seperti semula, seakan sosok Kiai Hamid pun tidak merasa pantas untuk diperlakukan seperti itu oleh sosok kiai dari Banyuwangi yang sekarang dikenal dengan laqob Imam Ghozalinya Tanah Jawa, itu. Terbukti saat Mbah Yai ingin membalikkan sandal Kiai Hamid untuk yang ke 4 kalinya, dengan bergegas Kiai Hamid mencegah sendiri Mbah Yai dengan memegang pundaknya dan merangkulnya sambil berucap “ampon ngooooten Kiai…ampon ngoooten Kiai (jangan seperti itu Kiai….jangan seperti itu Kiai)” sampai dua kali, kemudian mengantarkannya masuk ke dalam halaqoh tersebut.

Masya Allah, indah sekali kejadian itu. Mudah-mudahan kita semua selalu mendapatkan limpahan berkah dari ke dua Waliyyullah tersebut KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Mukhtar Syafa’at Abdul Ghofur Blokagung Banyuwangi.*)

Sumber: Asgandi Rofiq