Evaluasi Penggunaan Toa Masjid Saat Membangunkan Sahur

 
Evaluasi Penggunaan Toa Masjid Saat Membangunkan Sahur
Sumber Gambar: Foto (ist)

LADUNI.ID Jakarta – Kita kembali pada situasi yang sama. Pengulangan kejadian dari tahun-tahun sebelumnya. Ribut-ribut soal penggunaan toa masjid yang suaranya membuat sebagian masyarakat terganggu. Kejadian ini bermula saat artis Zaskia Adya Mecca melontarkan kritikannya karena merasa terganggu dengan suara toa saat akan membangunkan orang-orang untuk sahur.

Tentu saja kritik yang disampaikan Zaskia tersebut menjadi polemik. Terjadi pro dan kontra di masyarakat. Tidak sedikit yang mendukung atas kritik Zaskia tersebut. Namun juga yang mencibir tidak kalah jumlahnya. "Alah kok suara begitu saja diributkan, sejak kemarin ke mana aja."

Baca Juga: Toa Bersejarah, Rinto Amanahkan kepada Pengurus Baru

Saya mau katakan ini kan hanya kasus pengulangan saja, dari kejadian tahun-tahun sebelumnya. Ini menjadi agak ramai karena kebetulan publik figur yang melancarkan kritikannya. Bahkan kalau kita ikuti pemberitaan, hampir semua pejabat penting juga ikut berkomentar atas kejadian tersebut. Pun juga demikian dengan MUI.

Tradisi orang membangunkan sahur di Indonesia memang cukup beragam. Di kampung saya malah bukan hanya dengan toa, tapi dengan speaker yang cukup besar. Malahan di beberapa gang-gang para pemudanya mengitari gang dengan membawa speaker yang sebelumnya telah diletakkan di atas gerobak. Bukan main bisingnya.

Agak jauh dari kampung saya (beda kecamatan) tradisi membangunkan orang sahur di sana terbilang unik. Dan tradisi tersebut sudah bertahan cukup lama. Sepasang pria didandani menyerupai pasangan pengantin (ibarat seorang mempelai pria dan mempelai wanita). Yang kemudian agak diarak keliling kampung, sampai waktu imsak tiba. juga jangan ditanya bagaimana bisingnya.

Baca Juga: Ciri Khas Masjid NU dari Sisi Amaliah

Di daerah lain, Yogyakarta setiap jam 3 para pemuda di sana keliling kampung dengan membawa kentongan dan drumband. Di Gorontalo ada tradisi Koko'i sahur di mana warga berkeliling kampung dengan membawa kentongan dan alat dapur.

Menjadi masalah ketika ini coba diaplikasikan di perkotaan. Di mana memang masyarakatnya heterogen. Dan tradisi membangunkan sahur itu tidak menjadi suatu tradisi yang mengakar. Inilah yang kemudian membuat Zaskia melontarkan kritikannya.

Jika demikian sebenarnya tidak perlulah sampai harus menggunakan toa masjid untuk membangun orang untuk sahur. Karena tentu saja juga di wilayah itu persentase yang muslim tidak 100%. Pastilah ada yang sebagian terganggu akan kebisingan tersebut. Dan bisa saja yang terganggu tidak hanya non-muslim tapi juga yang muslim.

Dirasa ingin protes tapi rada sungkan menegur. Dibiarkan saja tetapi memang membuat nyaman. Cerita tersebut pernah saya dengar dari teman ketika dia bertangga dengan masjid. Yang memang suara masjid tersebut sangat menggangu. Untunglah kemudian dia akhirnya pindah di lokasi tersebut. Dugaan saya ada banyak cerita persis seperti yang dialami kawan saya itu.

Baca Juga: Apakah Amal Jariyah Terputus, Jika Masjid Dibongkar Total?

Itulah kemudian saya rasa memang perlu untuk mengevaluasi kembali tentang penggunaan toa masjid yang digunakan untuk membangunkan orang untuk sahur. Agar kemudian hari kita tidak lagi terjebak kedalam situasi pengulangan. Komentar Kyai Mahrus ( Sekretaris RMI-Kepri) perlu untuk dijadikan acuan bersama. "seharusnya toa masjid hanya digunakan untuk kegiatan sholat dan adzan saja, pengeras suara masjid bukan untuk membangunkan sahur."

Hal serupa juga pernah di serukan oleh Gusdur. Gusdur pernah mengkritik suara toa masjid lebih-lebih yang disuarakan hanya kaset belaka, sementara takmit masjid malah asyik tidur. Agaknya memang ini menjadi perhatian bersama agar seruan untuk beribadah bukan malam menimbulkan musibah.(*)