Sulung Yang Sering Kubentak

 
Sulung Yang Sering Kubentak
Sumber Gambar: grid.id

Laduni.ID, Jakarta – Terlalu banyak hutang pengasuhan yang belum kubayar untuk si sulung. Ketika aku berusaha secepatnya membayar lunas hutang uang pada siapapun, tidak begitu dengan hutang pengasuhanku pada si sulung.

Karena susu yang tidak sengaja ditumpahkan si sulung saja, aku bisa membentaknya. Tetapi tidak begitu dengan si sulung. Dia tidak pernah marah saat mamanya tidak sengaja menjatuhkan mainan yang sudah disusunnya menjadi hancur dan harus disusun ulang.

Dia otomatis memaafkan.

Ketika suara mainan si sulung berisik dan membangunkan tidur siang adik, aku bisa cepat kesal dan membentaknya, sedangkan si sulung komplain pun tidak saat adik rewel dan sudah membangunkan tidur si sulung di jam 3 pagi.

Dia otomatis memaafkan adik dan tidak menyalahkan siapa-siapa.

Si sulung selalu memaafkan jika sekarang mamanya lebih banyak waktu untuk adik, dan akhirnya ia lebih sering habiskan waktu dengan bermain sendiri.

Si sulung mengerti sekarang, jatah banyak hal harus ia bagi dengan adiknya.

Si sulung mengerti kerepotan mamanya sehari-hari, dan ia banyak berusaha menahan diri untuk tidak meminta tolong pada mamanya dan berusaha melakukan banyak hal sendiri.

Betapa selama ini si sulung yang sudah terlalu baik dan sabar dengan mamanya yang kurang ilmu ini, terlalu sering kubuat menangis dengan bentakan di sana sini.

Sudah terlalu menumpuk hutang pengasuhan mama padamu, nak.

Ketika sudah mama bayar sebisanya dengan pelukan, dengan kata maaf, dengan kasih sayang, seringkali mama membuat hutang pengasuhan padamu bertambah lagi.

Mamamu fakir ilmu.

Mamamu belajar sabar dari diri kecilmu.

Mamamu selalu menyayangimu, bagaimanapun, sampai kapanpun.

 

(Menulis saat si sulung sudah terlelap tidur, dan ingat betapa banyak kesalahan yang aku ulang dan ulang lagi)

Oleh: Devi Ariani