Ulama Besar Yang Sederhana

 
Ulama Besar Yang Sederhana
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Kiai Ahmad, atau lebih banyak yang menyebutnya Kiai Hamid Kendal adalah orang yang mula-mula menyusun kalimat penutup salam, Billahit Taufiq wal Hidayah (versi lain ada yang menambahkan, war-Ridla wal-Inayah), pada tahun 1960-an.

Awalnya para Kiai NU menggunakan kalimat ini. Ketika semakin populer dan banyak dipakai oleh para pejabat dalam berbagai pidatonya pada satu dasawarsa berikutnya hingga saat ini, beliau menyusun kalimat penutup salam lain, yang kemudian menjadi cirikhas kiai NU, yaitu Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq. Artinya, “Dan Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya”.

Hingga saat ini, kalimat ini menjadi cirikhas kalimat penutup salam ala nahdliyyin. Kiai Ahmad ini multi talenta. Beliau penggemar olahraga. Penyuka sepakbola dan maraton. Di masa mudanya, ketika nyantri di Pondok Kasingan Rembang yang diasuh oleh KH. Kholil Harun (guru sekaligus mertua Mbah Bisri ayah Gus Mus), beliau membentuk klub bal-balan. Posisinya striker.

Jejak ketrengginasannya dalam mencetak gol dibuktikan tatkala di Kendal, pada Hari Pahlawan 1979, diadakan pertandingan antara veteran versus tim pemda. Tim veteran menang telak 5-1. Empat gol diantaranya diceploskan Kiai Ahmad, ulama yang pernah bergabung dalam Barisan Sabilillah semasa revolusi kemerdekaan. Dahsyat!

Jangan heran jika di usia 72 tahun, Pengasuh Ponpes al-Hidayah Kendal itu masih sanggup lari jauh dan membawa obor PON XI di Jawa Tengah. Bahkan, fotonya ketika membawa obor dimuat di harian Wawasan, 9 Mei 1987, dan diberi ulasan dengan judul “KH. Achmad Abdul Hamid, Kiai yang Olahragawan.”

Karena pembawaannya yang supel, beliau banyak dekat dengan semua kalangan. Dari kiai, budayawan, para veteran perang kemerdekaan, hingga anggota klub jantung sehat, pecinta maraton, dan atlet sepakbola.

Karena dekat dengan kalangan olahragawan, beliau juga diberi posisi sebagai Wakil Ketua KONI Jawa Tengah, pada suatu era.

Kealiman dan reputasi pribadi beliau yang wara’ dan zuhud terpancar dari sikapnya yang ketika menjabat sebagai Ketua MUI Jawa Tengah enggan menggunakan mobil plat merah. Kiai Ahmad menggunakan mobil pribadi, tapi lebih sering naik bis umum. Sehingga pernah terlambat acara rapat gara-gara bis umumnya ditilang oleh polantas karena pelanggaran.

Selain pernah menjadi Ketua MUI Jawa Tengah, Kiai Ahmad juga menjadi Rais Syuriah PWNU di provinsi yang sama, setelah sebelumnya menjadi Rais Syuriah PCNU Kendal.

Ada banyak kitab yang telah ditulis oleh Kiai Ahmad. Baik dalam bahasa Indonesia, Jawa maupun Sunda. Mayoritas beraksara Arab Pegon. Hal ini membuktikan penguasaan beliau yang mendalam dalam berbagai cabang keilmuan, juga pemahaman yang mendalam terhadap beberapa bahasa tersebut.

Selain menjadi muallif, Kiai Achmad juga menerjemahkan kitab lain. Di antara penerbit yang telah menyebarkan karyanya adalah Pustaka Alawiyah, Maktabah al-Munawwar, Karya Toha Putra, ketiganya di Semarang; Menara Kudus, dan Maktabah Miftahul Ulum Kendal.

Berikut ini di antara karya Kiai Ahmad:

I’anatul Muhtaj fi Qisshati al-Isra’ wal Mi’raj. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Diterbitkan oleh Karya Thoha Putra, Semarang. Kitab ini berisi ulasan peristiwa Isra’ dan Mi’raj berdasarkan sabda Rasulullah di berbagai kitab hadits.

Risalatun Nisa’/ Risalah al-Huquq al-Zaujain. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Diterbitkan oleh al-Munawwar Semarang. Kitab ini berisi panduan berumah tangga dan tips menjadi keluarga sakinah.

Tashilut Thariq. Berbahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Kitab ini ditulis pada saat Kiai Ahmad bermukim di Makkah selama empat tahun. Kitab yang mengulas panduan beribadah haji ini diberi kata pengantar oleh Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Jalil al-Muqaddasi, dan Syekh Abdullah bin Uzair Ad-Dimaki.

Fasholatan Jawa. Kitab legendaris. Karena menurut Penerbit Karya Thoha Putra yang menerbitkannya, kitab ini telah terjual lebih dari 50 juta eksemplar sejak awal rilisnya pada 1953. KH. Raden Asnawi Kudus, yang juga memiliki karya Fasholatan, memberikan kata pengantar dalam buku ini dengan menggunakan syiir Jawa yang indah dan motivatif.

Fasholatan Sunda. Tidak berbeda dengan yang berbahasa Jawa yang mudah dipahami orang awam, Fasholatan atau kitab berisi tatacara shalat dan maknanya ini ditulis menggunakan bahasa Sunda.

Sabilul Munji Fi Tarjamati Maulid al-Barzanji. Diterbitkan Penerbit Menara Kudus, kitab beraksara Arab-Pegon ini merupakan terjemah bahasa Jawa atas Maulid al-Barzanji. Gaya bahasanya sangat mudah dipahami orang awam.

Risalatus Shiyam. Ditulis dengan menggunakan aksara Arab-Pegon berbahasa Jawa, ulasan dalam buku ini sangat renyah dan mudah dikunyah orang awam sekalipun. Kiai Ahmad membahas hukum puasa, penentuan awal Ramadan, persoalan yang terjadi di dalam Idul Fitri, zakat, juga ulasan mengenai transaksi perdagangan menggunakan uang kertas. Kitab yang selesai ditulis pada 1956 ini diterbitkan oleh al-Munawwar Semarang.

Tuntunan Puasa. Buku ini merupakan versi bahasa Indonesia kitab Risalatus Shiyam. Kali ini diterbitkan oleh Karya Thoha Putra pada 1987, jauh setelah karya versi Jawa diterbitkan pada 1956.

Terjemah Yasin, Waqi’ah dan al-Mulk. Sesuai judulnya, kitab ini merupakan terjemah berbahasa Jawa atas tiga surat al-Qur’an. Kiai Ahmad memulainya dengan menyertakan keteragangan hadits keutamaan membaca al-Qur’an dan ketiga surat tersebut.

Primbon Tahlil. Berisi Yasin dan fadhilahnya, tahlil, etika ziarah kubur, shalat mayyit, terjemah talqin, disertai dengan doa-doa dalam tradisi tahunan kaum muslimin (doa awal dan akhir tahun, nisfu sya’ban, doa asyura dan sebagainya).

Manarul Jum’ah. Berisi kumpulan materi khutbah Jum’at selama satu tahun. Ditulis menggunakan Aksara Arab-Pegon. Diterbitkan Pustaka Alawiyah Semarang.

Khutbah Jumat Pembangunan. Berisi kumpulan materi khutbah Jum’ah berbahasa Jawa. Ditulis menggunakan Aksara Arab-Pegon.

Miftahud Da’wah Wat-Ta’lim. 2 Jilid. Ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Diterbitkan oleh Menara Kudus. Ulasan dalam buku ini bertema materi pokok di dalam kehidupan kemasyarakatan. Juga disertai dengan beberapa tema pembelaan terhadap amaliah nahdliyyin, seperti tahlil, tawassul, ziarah kubur, talqin, dan sebagainya.

Surat Yasin dan Tahlil. Arab beserta terjemahan Indonesia. Terbit pada 1987. Disebarkan oleh Karya Thoha Putera Semarang.

‘Aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah. Kitab ini berisi terjemah Aqidatul Awam yang diberi judul Mursyidul Anam dengan ulasan utawi iki iku (makno gandul) dan dilanjutkan dengan menggunakan metode tanya jawab. Juga ulasan pengertian Ahlussunnah wal Jamaah menggunakan metode yang sama. Kitab ini juga berisi panduan Birul Walidain dan ‘Uququl Walidain berdasarkan hadits.

Manasikul Hajji wal Umrah. Panduan Umrah dan Haji Berbahasa Jawa. Versi lain dari Tashilut Thariq.

Tuntunan Shalat. Versi lain dari Fasholatan Jawa. Kali ini berbahasa Indonesia beraksara Arab-Pegon.

Tuntunan Menjadi Anak Soleh. Ulasan versi Indonesia kitab Birrul Walidain dan Uququl Walidain.

Tarikh Nabi. Sirah Nabawiyah yang dikemas dengan bahasa Jawa yang mudah dipahami.

Amalan Sehari-Hari.

Risalah An-Nahdliyyah.

Risalah Sapu Jagat

Semoga kita bisa meneladaninya al Fatihah.

 

Sumber: https://www.facebook.com/groups/1068514559936172/permalink/3979351988852400