Inspirasi dalam Membahagiakan Orang Lain

 
Inspirasi dalam Membahagiakan Orang Lain
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap orang memiliki pandangan berbeda tentang apa dan bagaimana itu bahagia. Pada dasarnya, bahagia adalah kumpulan dari perasaan senang, tenang, nyaman dan indah yang lahir dari hati dan pikiran.

Manusia sebagai makhluk perasa, bahagia bisa menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kondisi dan keadaan seorang manusia. Tak heran, bila semua orang ingin bahagia, seolah-olah kebahagiaan merupakan tujuan dari hidup mereka. Dan cara merasakan kebahagiaan masing-masing orang tentu berbeda, tergantung cara pandang menjalani hidupnya.

Kebahagiaan adalah bagian hidup yang penting dan memang layak untuk diraih dan dipertahankan oleh setiap orang. Lalu bagi orang yang beriman, muncullah kesadaran bahwa tak hanya bahagia di dunia semata, melainkan juga di kehidupan selanjutnya yang abadi, yaitu kebahagiaan di akhirat kelak.

Dalam menjalani kehidupan ini, seyogyanya kita tidak hanya berpikir bagaimana hidup kita bisa bahagia, tetapi juga termasuk bagaimana bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Sebab membahagiakan orang lain, manfaatnya adalah bisa meringankan beban yang ada dipikiran, atau setidaknya kita telah bersimpati. Hal itu, dikarenakan oleh energi positif yang lahir dari hati saat menyenangkan orang lain, dan hal tersebut akan ikut mempengaruhi pikiran kita, sehingga beban yang ada di dalam pikiran akan menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Orang yang membuat orang lain bahagia, tentunya akan mendapat pahala dari Allah SWT, karena telah melakukan perbuatan terpuji kepada sesamanya. Sebagaimana yang telah banyak dijelaskan, bahwa membuat orang lain bahagia merupakan akhlak terpuji yang dicintai oleh Allah SWT.

Dalam Kitab Mu'jamul Ausath karya Imam At-Thabrani rahimahullah dijelaskan bahwa ada Hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, menyatakan bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ

“Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah membahagiakan Muslim yang lain.”

Dalam keterangan lainnya, ada riwayat Hadis yang ke-21 dalam Kitab Al-Mawaidh Al-‘Ushfuriyah yang membahas tentang ganjaran membuat orang lain bahagia atau senang. Dalam kitab tersebut Imam Muhammad bin Abu Bakar menyebutkan bahwa Hadis ini diriwayatkan dari Sayyidina Ibnu Abbas r.a, dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَدْخَلَ عَلَى قَلْبِ أَخِيْهِ الْمُسْلِمُ فَرَحًا وَسُرُورًا فِي دَارِ الدُّنْيَا خَلَقَ اللَّهُ تَعَالَى مَلَكًا يَدْفَعُ عَنْهُ الْآفَاتِ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ جَاءَ مَعَهُ قَرِيْنًا فَإِذَا مَرَّ بِهِ هَوْلٌ يَفْزَعُهُ قَالَ لَا تَخَفْ فَيَقُوْلُ مَنْ أَنْتَ فَيَقُوْلُ أَنَا الْفَرَحُ وَالسُّرُوْرُ الَّذِي أَدْخَلْتَهُ عَلَى أَخِيْكَ الْمُسْلِمُ فِي دَارِ الدُّنْيَا

"Barangsiapa yang memberikan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hati saudaranya yang muslim saat di dunia, maka Allah SWT akan menciptakan malaikat yang akan menolak seluruh musibah darinya. Ketika Hari Kiamat sudah tiba, maka ia akan menjadi sahabat sejatinya. Ketika terjadi sesuatu yang mengerikan, maka ia akan berkata: 'jangan takut!' Lalu dia akan bertanya, siapakah engkau? Maka ia akan berkata lagi, 'aku adalah kebahagian dan kegembiraan, yang engkau berikan pada saudaramu yang Muslim, waktu di dunia.'"

Artinya, setiap kita membuat orang lain bahagia atau senang, maka Allah SWT akan memberikan dua balasan. Pertama, balasan akan diberikan di dunia, berupa doa malaikat. Kedua, balasan di akhirat, berupa anugerah sahabat sejati.

Balasan tersebut, bisa dirasakan mulai dari Alam Barzakh sampai Hari Kiamat dan akan selalu ada menjadi sahabat yang hadir menemani kita. Kita tidak akan sendirian di alam kubur kelak, apabila kita senang membuat orang lain bahagia. Semua kebahagian tersebut akan mengubah dirinya menjadi sosok teman sejati yang tiap hari membersamai kita.

Penegasan keutamaan tentang hal ini juga termaktub dalam Kitab Al-‘Athiyyatul Haniyyah wal Washiyyatul Mardliyyah wal Jadzwatul Mudhiyyah karya Imam Ali bin Hasan bin Abdullah bin Husein bin Quthbil Anfas Umar bin Abdurahman Al-Atthos rahimahullah, sebagaimana yang yang berbunyi berikut ini:

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Diriwayatkan, barang siapa yang membahagiakan orang Mukmin lain, Allah menciptakan 70.000 malaikat, yang ditugaskan memintakan ampunan baginya, sampai Hari Kiamat, sebab ia telah membahagiakan orang lain.”

Banyak cara untuk membuat orang lain bahagia atau merasa bergembira. Bisa dengan ucapan, tindakan, perhatian, dan pemberian (sedekah atau hadiah). Baik dengan ilmu, doa, nasehat, harta, tenaga dan lain sebagainya. Contoh, untuk anak kecil, berupa hadiah mobil-mobilan, atau mainan lainnya, walau hanya sekedar mainan, itu akan sangat berharga bagi anak kecil. Misalnya juga, ketika kita melakukan perjalanan jauh, setidaknya ketika sampai kembali di rumah, kita membawa oleh-oleh, walau hanya seharga 5000 ribu rupiah, untuk keluarga di rumah.

Saat bertemu dengan para sahabat, melakukan sesuatu perbuatan dan sikap dengan panggilan yang baik, ucapan salam, disertai senyuman. Karena salam, termasuk doa dan senyum termasuk bagian dari sedekah yang baik. Salam, sapa dan senyum adalah tindakan yang sangat berharga bagi teman-teman kita, sebagai bukti bahwa kita masih mengingatnya. Saat kita menyapa orang di pinggir jalan, sertai dengan senyuman atau muka berseri-seri. Ini sebagai pertanda, bahwa kita menyapa dengan perasaan ikhlas, senang dan gembira. Bukan formalitas atau semu belaka.

Semua ikhtiar atau usaha tersebut, yang kita lakukan untuk membahagiakan orang lain tersebut, yakinlah bahwa yang demikian itu adalah menjadi salah satu pintu turunnya malaikat yang akan mendoakan kita.

Selain dua ganjaran atau balasan tersebut di atas, ada satu lagi pahala yg membuat orang lain bahagia, yakni pahala yang lebih baik dari 60 tahun beribadah. Rasulullah SAW bersabda :

إِدْخَالُ السُّرُوْرِ فِي قَلْبِ مُؤْمِنٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّيْنَ سَنَةً

"Memberikan kegembiraan pada hati orang Mukmin lebih baik dari ibadah 60 tahun."

Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ganjaran membuat orang lain senang dan bahagia, minimal ada tiga macam. Mulai dari terciptanya malaikat yang mendoakan kita di kehidupan dunia ini, hadiah teman sejati di dalam kubur dan Hari Kiamat, dan mendapatkan pahala besar seperti orang yang beribadah selama 60 tahun.

Yang paling penting dan essensial terkait perilaku kita di dunia ini adalah menjadi "Manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT, yakni yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya". Hal ini tampaknya mudah dipelajari secara tekstual, tetapi sulit secara kontekstual dalam ruang kehidupan yang kita jalani.

Ada suatu Hadis masyhur yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabarani rahimahullah dalam Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, sebagaimana berikut ini:

أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى أَثْبَتَهَا لَهُ، أَثْبَتَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الأَقْدَامُ ".

"Bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, manusia apa yang paling dicintai oleh Allah? Dan amal apa yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla?” Rasulullah SAW menjawab: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada diri seorang Muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Dan sesungguhnya, (jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan satu hajat/keperluan, lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini, yaitu masjid Madinah selama sebulan. Dan barang siapa, yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barang siapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada Hari Kiamat. Barang siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan satu keperluan, hingga keperluan itu dapat ditunaikan baginya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengokohkan kakinya di atas jembatan (Shirath) pada hari di mana banyak kaki yang tergelincir.”

Selain keterangan di atas, masih banyak lagi sejumlah Hadis yang memerintahkan adanya kepedulian terhadap sesama, terutama yang sedang dilanda musibah. Adalah perbuatan yang sangat mulia dan dicintai oleh Allah SWT, dengan membantu kesulitan dan membuat perasaan senang dan bahagia sesama manusia, khususnya sesama Muslim lainnya.

Demikianlah inspirasi untuk membuat orang lain merasakan kebahagiaan, dengan kita peduli dan turut bersimpati. Semoga kita dapat kemudahan untuk mensosialisasikan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan kemauan dan ikhtiar semampu kita masing-masing. Semua itu dilakukan dengan ikhlas mengharapkan ridho Allah SWT di dunia dan di akhirat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ahmad Zaini Alawi (Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik)

Editor: Hakim