Wali Allah dan Ulama Besar di Masanya, ini Karomah KH Abdul Hamid Pasuruan

 
Wali Allah dan Ulama Besar di Masanya, ini Karomah KH Abdul Hamid Pasuruan
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Kemasyhuran KH Abdul Hamid Pasuruan sudah tersebar ke seluruh tanah Jawa, sejak muda Allah SWT telah memberikan KH Abdul Hamid keistimewaan dan karomah.

Lahir di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah pada tahun 1333 H, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah ini sejak kecil telah dipersiapkan untuk menjadi seorang kiai. Latar belakang keluarga yang religius dan mencintai ilmu membuat KH. Abdul Hamid kecil menimba ilmu di pesantren sang kakek (dari ibu), Kiai Shiddiq di Talangsari, Jember, Jawa Timur.

Sejak kecil KH. Abdul Hamid telah diberi keistimewaan oleh Allah SWT, yaitu ditunjukkannya tanda-tanda bahwa beliau akan menjadi wali dan ulama besar di kemudian hari. Misalnya, ketika KH. Abdul Hamid berusia enam tahun, beliau sudah bertemu dengan Rasulullah SAW.

Karomah pertama, serupa wujud di tempat lain

Karomah beliau yang sangat sering ditampakkan salah satunya ialah bisa berada di tempat lain dengan wujud yang serupa. Salah satu cerita datang dari Habib Baqir Mauladdawilah saat berkunjung ke pesantren KH. Abdul Hamid.

Habib Baqir yang pernah menjadi santri al-Ustadzul Imam Al-Habr al-Quthb al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih ini mempunyai ilmu yang bisa melihat sesuatu yang gaib, sehingga ketika bertemu dengan KH. Abdul Hamid, Habib Baqir melihat keanehan yang terjadi.

Ketika itu banyak tamu yang datang untuk meminta doa dan keperluan lainnya di tempat KH. Abdul Hamid, namun Habib Baqir merasa kaget, yang ia temui bukanlah KH. Abdul Hamid yang asli melainkan sosok ghaib yang menyerupai KH. Abdul Hamid.

Lalu Habib Baqir meminta kepada sosok ghaib yang menyerupai itu untuk menunjukkan dimana KH. Abdul Hamid yang asli berada. Setelah diberitahukan Habib Baqir lalu memastikannya sendiri dengan menggunakan ilmu kanuragan yang dimilikinya. Sungguh terkejut, ternyata KH. Abdul Hamid yang asli benar berada di tanah suci Mekkah sebagaimana seperti yang dikatakan oleh sosok ghaib tadi.

Karomah kedua, membantu saudara seiman yang sedang susah

Karomah lain yang pernah ditampakkan ialah mengubah daun menjadi uang. Suatu ketika, Asmawi, salah seorang santri beliau memiliki hutang kepada panitia pembangunan masjid dan harus segera dilunasi kare telah jatuh tempo. Hutang yang dimiliki Asmawi yaitu sebesar 300 ribu rupiah, nominal yang sangat besar pada tahun 1970-an.

Asmawi mengadu kepada sang guru, karena ia sudah bingung dan tidak tahu lagi harus mendapat uang sebanyak itu dengan cepat.

Setelah itu, dengan lembut KH. Abdul Hamid menyuruh Asmawi untuk menggoyangkan dua pohon kelengkeng yang ada di halaman rumah sang guru. “Kumpulkan daun-daun yang gugur itu dan bawa kemari,” kata Kiai Hamid.

KH. Abdul Hamid lalu menyuruh Asmawi untuk memasukkan daun kelengkeng itu ke dalam sakunya, ketika ditarik keluar didapati daun tadi sudah berubah menjadi uang. Dari daun itu telah terkumpul sebanyak 225 ribu rupiah, masih kurang 75 ribu rupiah. Tiba-tiba datang seorang tamu yang menyerahkan uang sebesar 75 ribu kepada KH. Abdul Hamid, lalu Kiai Hamid memberikan uang itu kepada Asmawi.

Karomah ketiga, membaca keinginan umat

Berbeda dengan Asmawi, Said Ahmad, santri lain KH. Abdul Hamid memang dengan sengaja ingin menguji kewalian gurunya tersebut. Said menguji kiainya, apakah sang kiai tahu bahwa dirinya ingin diberi makan oleh Kiai Hamid.

Said pergi ke pesantren sang kiai, dan ikut shalat isya berjamaah. Selesai shalat Said dengan sengaja tidak langsung pergi, ia menunggu seluruh jamaah pulang semua dan melihat lampu teras rumah sang kiai telah padam, pertanda jika pemilik rumah bersiap-siap untuk beristirahat.

Akhirnya, Said dengan perlahan keluar meninggalkan masjid karena merasa bahwa keinginannya untuk ditawari makan tidak diketahui oleh sang kiai. Baru beberapa ia melangkah, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya dan dan melambaikan tangan kepadanya seakan menyuruhnya untuk mampir sejenak. Dengan langkah ragu Said mendekati rumah Kiai Hamid, ternyata yang memanggil Said adalah sang tuan rumah sendiri, KH. Abdul Hamid.

Kiai Hamid mengajaknya untuk makan di rumahnya, “Makan di sini ya,” ajak Kiai Hamid dengan tersenyum. Setelah itu mengajaknya ke ruang tamu yang telah tersaji banyak makanan. “Maaf, lauknya sederhana. Sampean tidak bilang-bilang sih,” kata Kiai Hamid yang membuat Said tersindir. Dan setelah kejadian itu, Said percaya bahwa Kiai Hamid merupakan Wali Allah.

Semoga kita semua selalu diberikan rahmat, kenikmatan iman, dan keajaiban dunia akhirat, aamin Ya Allah.

Allahuma Shali Alaa Syayyidina Muhammadin Wa Alaa Alihii Wa Shobihi Ajma'in

Disadur dari berbagai sumber


Editor: Daniel Simatupang