Logika Ibn Sina

 
Logika Ibn Sina
Sumber Gambar: Wikimedia Commons

Laduni.ID – Pemikiran Ibn Sîna dalam bidang sains, sastra, dan filsafat mempunyai pengaruh yang nyata dan kuat baik di Timur maupun di Barat. Pengaruh pemikiran filsafatnya, yang menjadi perhatian bagi kita di sini, tampak dalam sejumlah besar komentar atas karya-karyanya dan dalam bentuk-bentuk karya lain mengenai berbagai gagasannya, baik yang merefleksikan ruh pemikirannya ataupun yang menolaknya.

Di antara komentar-komentar yang paling terkenal adalah komentar Ibn Kammunah, Fakhr Al-Dîn Al-Râzi dan Nashir Al-Dîn Al-Thusi atas Al-Ísyârât, dan Shadr Al-Dîn Al-Syirazi atas bagian-bagian dari Al-Syifā. Di antara para pemikir Timur terkemuka yang pemikiran mereka mencerminkan pemikiran Ibn Sina adalah Al-Thusi, Suhrawardi, Quthb A-Din Al-Syirazi, Mir Damad, Shadr Al-Din Al-Syirazi (Mulla Shadra) dan seorang Kristen Suryani Ibn Al-Ibri.

Teori-teori iluminasi Suhrawardî dan Al-Syirazi misalnya, berasal dari "filsafat Timur"-nya Ibn Sinâ. Begitu juga, uraian-uraian mereka mengenai wujud dan esensi yang diilhami oleh pandangan Ibn Sinâ tentang subjek ini. Ibn Al-'ibrî begitu setia dengan analisis Ibn Sina mengenai hubungan Tuhan dengan dunia, keberadaan keburukan (evil), dan hakikat dan kesatuan jiwa manusia, dan juga kemustahilan pra-eksistensi dan perpindahan jiwa reinkarnasi).

Akan tetapi, seperti telah disinggung, tidak semua orang yang merasakan dampak pemikiran Ibn Sîna menanggapinya secara positif. Ibn Sina juga mendapat kritik keras, seperti dari Al-Ghazali dan Al-Syahrastânî di Timur, dan William dari Auvergne dan Thomas Aquinas di Barat. Kritik-kritik ini terutama menolak gagasan tentang sifat dasar Tuhan, pengetahuan-Nya tentang hal-hal partikular dan hubungan-Nya dengan dunia dan kekekalan jiwa. Bahkan Mulla Shadra, pengikut Ibn Sinâ, juga menolak keras pandangan kekekalan alam semesta dan kemungkinan kebangkitan jasmani. Juga, Ibn Rusyd, dalam karya terkenalnya, yang Al-Taháfut, yang berusaha membela filsafat sebagaimana terkandung khususnya dalam karya-karva Ibn Sina, menuduh Ibn sina kadang-kadang menyalahpahami dan mendistorsi Aristoteles.

Namun, sanggahan-sanggahan terhadap gagasan Ibn Sina semacam itu tidak mencegah para pengkritik tersebut meminjam banyak hal darinya. Sebagian besar logika dan terminologi filosofis Al-Ghazâlî, hanya untuk memberikan dua contoh, adalah logika dan terminologi Ibn Sina. Begitu juga, upaya membedakan antara buruk dalam dirinya dan buruk bagi yang lain yang diperkenalkan oleh Ibn Sina dalam teodisi (theodicy) ternyata dipinjam Aquinas dan Suarez.

Namun, karena karya-karya Ibn Sina kurang dikenal di Barat, penghargaan terhadap upaya ini di Barat justru diberikan kepada Aquinas. Lebih jauh, dua argumen Aquinas yang sangat terkenal mengenai eksistensi Tuhan, dari sudut efisiensi maupun kontingensi, serta upayanya membedakan antara esensi dan eksistensi juga dipinjam dari Ibn Sina.

Banyaknya rujukan yang diambil oleh Aquinas dari Ibn Sina dalam Being and Essence-nya dan dalam karya-karya lainnya cukup untuk menunjukkan pengaruh Ibn Sina atas filosof dan teolog Kristen termasyhur ini, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran Barat dalam waktu yang demikian lama.

Gundissalinus, Albert Agung dan Roger Bacon juga termasuk di antara para pemikir Barat yang karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur pemikiran Ibn Sînā, khususnya yang berkaitan dengan sifat dasar jiwa manusia. Tidak diragukan lagi bahwa faktor-faktor berikut telah memudahkan pengaruh Ibn Sina pada kalangan filsafat Latin: peřtama, penerjemahan karya-karyanya ke dalam bahasa Latin, dan cepatnya peredaran banyak bagian terpenting dari Al-Syifa' pada awal abad ke-12 dan ke-13 Kristen di banyak universitas; dan kedua, upaya Ibn Sina melakukan sintesis antara pemikiran Yunani dan pemikiran Islam, suatu upaya yang di dalamnya Barat menemukan benih-benih sintesis antara filsafat Yunani dan ajaran Kristen.

Sumber foto: Dok. pribadi Gus Firmansyah Djibran El'Syirazi

Oleh: Gus Firmansyah Djibran El'Syirazi


Editor: Daniel Simatupang