Qashidah Al-Munfarijah karya Imam Ibn An-Nahwi

 
Qashidah Al-Munfarijah karya Imam Ibn An-Nahwi
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Fahrizal Fadhil

Laduni.ID, Jakarta – Dikisahkan, sebab Imam Ibn An-Nahwi (W. 513 H) menulis Qashidah ini karena suatu hari ada sekelompok orang yang merampok harta beliau. Kabar pun sampai ke telinga beliau yang saat itu sedang berada di luar kota. Setelah mendengar kabar, beliau segara menulis Qashidah ini.

Singkat cerita, usai ditulis, orang yang merampok bermimpi bertemu dengan seseorang yang membawa belati dan berkata, "jika kamu tidak segera mengembalikan harta yang kamu curi, aku aku bunuh kamu dengan belati ini!" Sang pencuri bangun dalam keadaan terkejut, dan akhirnya mengembalikan harta tersebut.

Sebagian ulama mengatakan bahwa dalam Qashidah ini terdapat al-Ism al-'Azham yang jika orang berdoa denganya pasti akan terkabulkan. Hal ini diamalkan oleh Al-Imam Taqiyuddin As-Subki tatkala beliau merasa kesulitan beliau biasa membaca Qashidah ini sebagaimana yang dikisahkan oleh anaknya Syekh Tajuddin As-Subki.

Syekh Tajuddin As-Subki menyebut Qashidah ini dengan Al-Faraj ba'da Al-Syiddah (kelapangan usai kesulitan).

Dalam Qasidah ini, Imam Ibn Nahwi menyinggung sunnatullah yang ada di muka bumi ini, yaitu ujian Allah yang diberikan kepada hambanya. Di sela-sela bait Qashidah, Ibn Nahwi menjelaskan tentang esensi ujian dan cobaan itu sendiri, seraya menegaskan pandangan yang seharusnya ada pada seorang muslim saat menerima ujian.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN