Tuduhan atas Sahabat Mulia Abu Hurairah

 
Tuduhan atas Sahabat Mulia Abu Hurairah
Sumber Gambar: Ilustrasi/Pexels

Laduni.ID, Jakarta – Guru hadis kami, Syekh Aiman Al-Hajjar dalam bukunya yang berjudul Difa' 'an Al-Shahihain menyelipkan sebuah pembahasan mengenai tuduhan-tuduhan kelompok sebelah terhadap Al-Sunnah Al-Nabawiyah.

Tuduhan tersebut menyerang Al-Sunnah dari berbagai sisi, menuduh Shahih Al-Bukharj dan Shahih Muslim terisi dengan banyak hadis yang dipalsukan dengan berlandaskan akal yang mereka buat tanpa menggunakan standar ilmiah. Menuduh bahwa ada berberapa hadis yang bertentangan dengan logika, menuduh pembukuan hadis tidak autentik. Bahkan juga menyerang sahabat Abu Hurairah dan para perawi yang banyak meriwayatkan hadis.

Tuduhan terhadap sahabat nabi yang banyak meriwayatkan Hadis dari segi periwayatan dilancarkan dengan tujuan menghilangkan kepercayaan umat terhadap para periwayat tersebut, sehingga hilang sebagian besar sumber periwayatan Hadis Nabi. Dituduh bahwa namanya tidak dikenal atau asal usulnya, dituduh juga dengan tidak mungkin nya meriwayatkan hadis yang banyak dalam waktu yang menurut mereka relatif singkat.

Mulailah mereka menuduh Abu Hurairah yang memiliki lebih dari 5000 riwayat hadis, menuduh Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang mana beliau salah satu orang yang diamanatkan untuk menulis wahyu. Tuduhan terhadap Abu Hurairah yang dilandasi iri dan dengki tersebut tujuannya untuk menghilangkan hadis Nabi dan melahirkan keraguan umat terhadap apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Padahal hafalan dan riwayat yang banyak dimiliki Abu Hurairah dinilai wajar jika kita melihat perjalanan hidup beliau bersama Rasulullah SAW.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadis saat Abu Hurairah menceritakan dirinya sendiri, “Saudaraku dari Muhajirin sibuk bekerja di pasar, dan saudaraku dari Anshar sibuk bekerja dengan harta mereka, adapun Aba Hurairah terus melazimi Rasulullah SAW untuk mengenyangkan perutnya, dia hadir saat orang lain tidak hadir, dan dia bisa menghafal apa yang tidak bisa orang lain hafal.”

Selain semangat yang luar biasa untuk mengambil cahaya dari sang Nabi, Abu Hurairah juga diberikan sebuah kekhususan, yaitu doa dari Rasulullah SAW agar mendapatkan hafalan yang kuat dan tidak mudah lupa. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Maqburi dari Abu Hurairah berkata, “Aku pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah aku banyak mendengar darimu hadis, tapi aku mudah lupa.’” Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan Abu Hurairah untuk membentangkan surbannya, Rasulullah SAW pun menengadahkan tangannya yang mulia ke atas lalu meletakkan di atas surban Abu Hurairah.

“Peluk surbannya!” perintah Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah.

Abu Hurairah langsung memeluknya. Abu Hurairah berkata, “Aku pun memeluknya, dan aku tidak pernah melupakan apapun semenjak kejadian itu.”

Waktu yang sangat banyak bersama Rasulullah SAW, ditambah dengan kemampuan khusus yang didapat dari keberkahan Rasulullah SAW menjadikan hafalan yang dimiliki oleh Abu Hurairah adalah hal yang wajar. Riwayat yang dikumpulkan oleh Abu Hurairah tidak semuanya didapatkan langsung dari Rasulullah SAW, ada sebagian hadis yang didapat dari sahabat yang lain, seperti Sayyiduna Abu Bakr, Sayyiduna 'Umar dan sahabat lainnya.

Kebiasaan saling memperdengarkan hadis merupakan kebiasaan yang dilakukan para sahabat saat berkumpul. Setiap mereka duduk-duduk dan berkumpul mereka akan saling menyampaikan hadis yang telah masing-masing dari mereka dapatkan langsung dari Rasulullah SAW dan semua sahabat adalah sosok yang amanat.

Diriwayatkan dari seorang Tabi'in, Humaid bin Abi Humaid Al-Thawil (w. 142 H), suatu hari Anas bin Malik sedang membacakan hadis Rasulullah SAW. Tiba-tiba ada seseorang yang berkata, “Kamu yakin mendengar hadis ini dari Rasulullah?” Anas bin Malik pun marah mendengar pertanyaan tersebut, dan berkata, “Demi Allah! Semua yang kami sampaikan asli dari Rasulullah, kami (para sahabat) saling menyampaikan hadis satu sama lain, dan kami tidak pernah menuduh siapapun di antara kami.” (Al-Jami' li Akhlaq Al-Rawi wa Adab Al-Sami' jilid 1 hal 52)

Misalnya saja sahabat Anas bin Malik, hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 1661 hadis. Dari jumlah keseluruhan, hadis yang beliau dengar langsung dari Rasulullah tidak lebih banyak dari hadis yang beliau dapatkan dari Sahabat yang lainnya. Para sahabat saat saling membagikan riwayat hadisnya tidak mungkin berbohong, karena mereka mengerti bahwa bohong adalah dosa besar, apalagi berbohong atas nama Rasulullah SAW.

Begitu juga dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, sebagian besar di antaranya juga beliau dapatkan dari sahabat. Diantara 5000 lebih hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, hanya 110 hadis yang hanya diriwayatkan oleh Abu Hurairah sendiri. Hadis-hadis sisanya, tidak hanya Abu Hurairah yang meriwayatkan, tapi sahabat lain juga ikut meriwayatkan. Hasil ini diteliti oleh seorang ulama hadis kontemporer yang bernama Muhammad Jamil Al-Mathari dalam jurnal yang berjudul 'Adad Ahadis Abi Hurairah Bahts wa Istiqra.

Perlu diketahui juga, bahwa 5000 lebih hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah itu terhitung dengan banyaknya jalur sanad, adapun matan hadis jika kita tidak melihat jalur sanad yang bercabang, maka jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah hanya seperempat dari total tersebut.

Dan masuk akal bagi seseorang yang memiliki waktu lebih banyak bersama Rasulullah bisa memiliki hadis yang hanya beliau yang meriwayatkannya, terlebih kesibukan Abu Hurairah hanya membersamai Rasulullah SAW saja.

Walhasil ilmu hadis bukanlah ilmu yang mudah digoyahkan dengan tuduhan yang tidak mendasar. Syekh Aiman pernah mengutip seorang orientalis Jerman, Alyos Sperenger yang mentahqiq kitab Al-Ishabah fi Tamyiz Al-Shahabah karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-'Asqalani saat mengungkapkan kekagumannya dengan para ulama hadis dalam berkhidmat terhadap ilmu hadis:

إن الدنيا لم تر و لن ترى أمة مثل المسلمين، فقد درس بفضل علم الرجال الذي أوجدوه حياة نصف مليون رجل.

“Sungguh, dunia ini tidak bisa melihat dan tidak akan melihat umat sehebat umat muslim. Mereka mengkaji setengah juta jiwa para periwayat ilmu hadis dengan menggunakan ilmu rijal (ilmu yang membahas para periwayat hadis) yang mereka susun konsepnya.”

Madinah Bu'uts Al-Islamiyyah, Kairo

Sabtu, 6 November 2021

Oleh: Gus Fahrizal Fadil Al-Jomblawi


Editor: Daniel Simatupang