Putus Asa Merupakan Akhlak Tercela, Berikut Dampak dan Cara Mengatasinya

 
Putus Asa Merupakan Akhlak Tercela, Berikut Dampak dan Cara Mengatasinya
Sumber Gambar: Nathan Cowley/Pexels (Ilustrasi Putus Asa)

Laduni.ID, Jakarta - Putus asa berarti habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang dikatakan putus asa apabila tidak lagi mempunyai harapan tentang sesuatu yang semula hendak dicapai. Kondisi kejiwaan yang merasa dan menganggap bahwa apa yang diinginkan tidak akan tercapai atau kondisi batiniah yang menganggap adanya kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang dialaminya.

Berikut penyebab timbulnya rasa putus asa. Di antara sebab-sebab yang dapat menimbulkan keputusasaan adalah:

Mengingat-ingat musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia tidak akan mampu bersabar

Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu mencucurkan air mata karena mengingatnya.”

Penyesalan dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah keputusasaannya.

ﻟِﻜَﻴْﻠَﺎ ﺗَﺄْﺳَﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﺎﺗَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻔْﺮَﺣُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺁﺗَﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺨْﺘَﺎﻝٍ ﻓَﺨُﻮﺭٍ

Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al Hadid: 23).

Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh Allah. Keputusasaan itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu berputus asa, karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.

Banyak mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (Al Ma’arij ayat 5) Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.

Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak dianggap sabar orang yang mendalam kesedihannya.”

Ka’ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”.

Dampak Negatif Putus Asa Dan Cara Mengatasi Putus Asa

Dalam sifat putus asa pada hakikatnya memiliki dampak negatif, seperti berkurangnya semangat dalam menjalankan kehidupan, Allah SWT melarang umatnya untuk mendekatkan diri dari sifat buruk itu, dengan cara mendekatkan diri kepada allah swt dan berikhtiar. Untuk lebih lanjutnya penulis akan menyebutkan poin-poin mengenai dampak negatif sifat buruk putus asa dan bagaimana cara untuk mengatasinya.

a. Dampak negatif sifat buruk putus asa

1. Berkurang atau hilangnya semangat menjalankan aktivitas
2. Menurunnya keaktifan dalam melakukan kegiatan
3. Menurunnya percaya diri
4. Menurunnya tingkat kepercayaan dari teman-teman sekitarnya
5. Selalu murung dan bersedih

b. Cara Mengatasi rasa putus asa sebagai berikut:

1. Mendekatkan diri kepada allah berdoa dan berikhtiar
2. Ketabahan, yaitu tegar serta kuat hati dalam menghadapi cobaan dan kesulitan
3. Meningkatkan kualitas diri
4. Mencoba mengurangi dan melupakan segala masalah
5. Jangan sering menyendiri
6. Hiburlah diri dengan aktivitas yang membuat kamu lupa masalah itu.

Kesimpulannya pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang diciptakan secara sempurna jika dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya, dengan diberi akal untuk berpikir, mana yang baik dan yang buruk. Dan manusia juga diberikan hawa nafsu sehingga manusia sama seperti hewan dalam pengertian filsafat sendiri manusia adalah hewan yang berfikir ( al hayawanu nathiq ), oleh karenanya manusia lebih mulia dari hewan. Dengan akal yang diberikan mnausia diharapkan bisa berpikir tentang mana yang baik dan yang buruk, begitu pula dalam menilai ahlak dan mengukurnya.

Bahwasanya kita sebagai manusia harus mempunyai akhlak yang baik agar kita dapat di terima oleh orang lain, jika manusia tidak mempunyai akhlak maka manusia tersebut tidak tahu bagaimana caranya menghargai diri sendiri. Akhlak sangat penting dan erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia.

Dalam berakhlak kita sebagai manusia jika di kaitkan dengan putus asa maka putus asa adalah akhlak yang tercela. Karena putus asa adalah sifat manusia yang tidak baik. Putus asa adalah perasaan hati yang tidak dapat menerima apa yang terjadi.

Tidak sanggup menjalani apa yang tidak mereka kehendaki, dan merasa tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, maka dari itu kita sebagai manusia yang berakhlak harus menghindarkan perbuatan tercela ini dengan cara mendekatkan diri kepada allah agar senantiasa di beri kesabaran dan ketenagan hati dalam menjalankan sesuatu apapun itu. Putus asa itu tekanan fikiran dan hati yang saling bertolak ukur.


Editor: Nasirudin Latif