Kisah Perempuan dan Dahsyatnya Shalawat

 
Kisah Perempuan dan Dahsyatnya Shalawat
Sumber Gambar: Ilustrasi/Suara Merdeka

Laduni.ID, Jakarta – Diceritakan ada seorang perempuan datang kepada al-Hasan, perempuan itu berkata kepadanya, “Anak perempuanku telah wafat, dan aku ingin melihatnya dalam tidur (bermimpi).”

Lalu Al-Hasan berkata kepada perempuan itu, “Shalatlah empat rekaat setelah Shalat Isya’, dan bacalah surat Alhakumu (al-Takatsur) satu kali setelah membaca al-Fatihah pada tiap-tiap rekaat. Kemudian berbaringlah, dan bacalah shalawat atas Nabi ﷺ sampai engkau tertidur.” Perempuan itu lantas melalukannya. Kemudian dia melihat putrinya dalam hukuman, dirantai dan dibelenggu.

Setelah itu, si perempuan datang kepada Al-Hasan dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Al-Hasan menjadi sedih dan berkata kepadaNya, “Bersedekahlah atas nama dia.” Perempuan itu lalu melaksanakannya.

Suatu malam Al-Hasan bermimpi, seakan dia berada di sebuah taman surga yang di dalamnya terdapat ranjang yang diduduki seorang perempuan cantik rupawan. Di atas kepalanya memakai mahkota cahaya. Perempuan itu bertanya kepada Al-Hasan, “Apakah engkau mengenaliku?” Al-Hasan menjawab, “Tidak”. Kemudian perempuan itu menjelaskan, “Aku adalah putri dari wanita tersebut.”

Al-Hasan berkata kepada perempuan itu, “Bukan seperti ini penjelasan ibumu tentang keadaanmu.”

Perempuan itu pun mengatakan, “Saya memang telah mengalami hal seperti (penjelasan ibuku) itu.”

Al-Hasan lalu bertanya, “Dengan apa kamu bisa sampai dalam keadaan seperti ini?”

Si perempuan menerangkan, “Kami sebanyak tujuh puluh ribu jiwa dalam hukuman Allah SWT, lalu lewat seorang lelaki sholeh di atas kubur kami dan membaca shalawat atas Nabi ﷺ satu kali yang pahalanya diperuntukkan kepada kami. Lalu Allah ta’ala memerdekakan kami dari hukuman tersebut, berkat pahala sholawat itu, dan sampailah pula bagianku sebagaimana engkau lihat.”

Sumber: Kitab Al-Tsimar al-Yani’ah fi al-Riyadl al-Badi’ah karya al-‘Allamah Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi al-Syafi’i, hal. 92.

Oleh: Gus Dewa


Editor: Daniel Simatupang