Khutbah Jumat: Konsistensi dan Konsep Diri Seorang Muslim

 
Khutbah Jumat: Konsistensi dan Konsep Diri Seorang Muslim
Sumber Gambar: Foto Ist

KHUTBAH 1

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ. أما بعد فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Islam sebagai agama langit memiliki konsep memadukan antara dimensi esoteric (aqidah) di satu sisi, dan dimensi eksoterik (syari’ah) di sisi yang lain. Dimensi esoterik ajaran Islam memuat ajaran paling fundamental yang menyangkut sistem keimanan dan kepercayaan terhadap Allah SWT, sebagai pencipta alam semesta. Oleh karena itu, pemaknaan atas iman secara benar dan konsisten bertujuan untuk mendorong rasa spiritualisme keagamaan paling dasar dalam wujud penghambaan dan pengabdian diri secara total kepada Allah SWT. Dalam tataran praksisnya, Islam mempunyai konsep keseimbangan antara pemahaman akidah dan Pelaksanaan syari’at. Pemahaman akidah menitikberatkan pada dimensi kepercayaan-imani, sedangkan pelaksanan syari’at mefokuskan pada dimensi operasional-amaliah.

Dari sini dipahami bahwa aqidah mengandung arti keyakinan atau kepercayaan. Dengan demikian akidah Islam berarti perangkat keimanan dan keyakinan akan adanya Allah SWT, Pencipta alam semesta dengan kekuasaan mutlak yang dimiliki-Nya. Tauhid merupakan keyakinan untuk mengesakan Allah yang diformalisasikan dalam kalimat: La ilaha Illa Allah, tiada Tuhan selain Allah. Dengan demikian, iman- tauhid adalah percaya kepada Allah dan mengesakan-Nya. Inilah aspek lahir dari akidah. Selanjutnya, untuk memperoleh kedalaman akidah tidak cukup hanya dengan percaya kepada Allah dan mengesakan-Nya. Namun dalam hal ini kita merefleksikan iman dan keyakinan tersebut dalam bentuk amal shalih yang memiliki dampak sosial. Pengertian inilah yang dimaksud sabda Nabi: “Iman itu bukanlah harapan dan bukan pula perhiasan, akan tetapi yang tertanam dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sedangkan syari’at secara terminologi merupakan garis-garis operasional ajaran agama; baik menyangkut hubungan manusia dengan Allah, hubungan sesama manusia, maupun hubungan dengan alam dan lingkungannya. Jika mengacu pada definisi ini, maka akan terlihat bahwa aqidah dan syari’at merupakan dua elemen dasar penting yang mempunyai hubungan saling melengkapi satu sama lain dalam kehidupan beragama. Bila akidah diproyeksikan sebagai totalitas keyakinan seorang Muslim terhadap ajaran Islam, maka syari’at lebih digambarkan sebagai aktualisasi dan pelaksanaan ajaran Islam pada tataran implementasinya. Sejatinya, Islam adalah relasi komplementer antara aqidah dan syari’at.

Aktualisasi keberagamaan akan terbentuk dalam diri seorang Muslim apabila ia memiliki kesadaran keagamaan (religious counsciousness) dan pengalaman keagamaan (religious experience). Kesadaran keagamaan akan hadir dalam hati dan pikiran atau aspek mental pelaku aktivitas agama. Pengalaman keagamaan merupakan kesadaran keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan amaliah.

Kesadaran dan pengalaman keagamaan seorang muslim dibentuk oleh pengetahuan akan norma-norma agama yang dimiliki dan diyakininya, dielaborasi dan diperkaya dengan latihan dan tidakan. Sederhananya, pemahaman terhadap norma-norma ajaran Islam dan keyakinan terhadap kebenaran nilai-nilainya yang akan membentuk kesadaran seorang muslim yang terrealisasi dalam sikap mental positif  dan perilaku yang baik dalam membina hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.

Berkaitan dengan konsistensi dan keimanan seseorang Rasulullah SAW bersabda: “Dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya ,dari Sufyan bin Abdullah al-tsaqafi r.a berkata: “aku berkata: “Wahai Rasulullah! Katakanlah satu perkataan padaku tentang islam yang aku tidak perlu menanyakannya kepada orang lain. “Sabda Rasulullah SAW: “Ucapkanlah aku beriman dengan Allah kemudian beristiqomahlah kamu.”(H.R. Muslim).

Hadis ini secara redaksional merupakan salah satu bentuk keindahan jawami’ al-kalam (ungkapan yang ringkas namun memiliki makna yang mendalam) yang menjadi keistimewaan sabda Rasulullah saw. Sekalipun susunan katanya singkat, namun ia mengumpulkan pokok-pokok Islam di dalam dua perkataan, yaitu iman dan istiqomah atau konsisten. Rasulullah menyuruh Abu ‘Amrah (baca: kaum Muslim) agar tetap beriman dan kemudian menyuruh beristiqomah, yakni konsisten dengan aturan-aturan yang Allah SWT telah tetapkan, sehingga dengan aturan tersebut seorang muslim tetap berada di jalan takwa. Artinya,  predikat muttaqin berarti telah melakukan istiqomah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Islam mengandung dua perkara penting untuk kesempurnaannya, yaitu: pertama, Tauhid dan kedua, Taat. Tauhid difahami dari sabda Rasulullah Amantu Billah. Taat dari perkataan Istiqamah. kedua aspek ini adalah unsur-unsur yang tidak mungkin dipisahkan  satu dengan lainnya. Keduanya harus menyatu dalam satu tujuan dan satu bentuk amalan. Ini berarti bahwa amalan dan ketaatan yang merupakan hasil dari istiqomah harus disesuaikan dengan keimanan dan keyakinan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diantara hakikat iman yang menjadi asas amal seorang muslim adalah mengakui Allah sebagai Pencipta alam semesta dan mengakui bahwa Allah yang menetapkan hukum-hukumnya melalui Rasul-Nya. Hakikat ini mudah dipahami oleh siapapun juga. Tetapi yang menjadi kesulitan adalah beramal secara jujur diatas satu sikap yang teguh, konsisten dalam mengerjakannya atau beristiqomah dalam membuktikan amal yang dijiwainya atas dasar keimanan.

Sikap Istiqomah adalah konsistensi, ketabahan, kemenangan, keperwiraan dan kejayaan di medan pertarungan antara ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Oleh karena itu mereka yang beristiqomah layak untuk mendapat penghormatan berupa penurunan malaikat kepada mereka dalam kehidupan di dunia untuk membuang perasaan takut dan sedih dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kenikmatan surga.  Firman Allah SWT dalam Surat Al Fushilat ayat 30:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Qs. Al Fushilat: 30).

Istoqomah atau konsistensi yang berarti berpegang teguh kepada Allah, jika ditinjau dari aspek psikologi dapat dikaitkan dengan term kosep diri (self concept). Di mana kosep diri itu sendiri erat kaitannya dengan bagaimana sesorang berperilaku agar dapat sesuai dengan konsep yang telah  disusun dan konsepkan di dalam diri seseorang

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Seorang muslim memiliki citra diri muslim yang harus diasah adalah aspek “the technical know-how, yakni bagaimana, metode, proses, dan tindakan-tindakan terencana untuk mengembangkan kualitas pribadi mendekati citra diri muslim yang ideal. Untuk itu dapat dimanfaatkan prinsip-prinsip pelatihan “pemahaman dan pengembangan pribadi”. Pelatihan ini pada dasarnya berupa rangkaian kegiatan untuk lebih menyadari keunggulan dan kelemahan pribadi, baik yang potensial maupun yang sudah teraktualisasi. Misalnya kemampuan, keterampilan, sikap, sifat, dambaan, lingkungan sekitar, untuk kemudian menumbuh-kembangkan hal-hal yang positif serta mengurangi dan menghambat hal-hal yang negatif

Seorang muslim yang melakukan istiqomah, maka ia telah melakukan sebuah usaha yang berkaitan dengan pengembangan pribadinya. Pengembangan pribadi adalah usaha terencana untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mencerminkan kedewasaan pribadi guna meraih kondisi yang lebih baik lagi dalam mewujudkan citra diri yang diidam-idamkan. Usaha ini dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling baik untuk dirinya dalam rangka mengubah nasibnya menjadi lebih baik.

Prinsip ini sesuai dengan prinsip mengubah nasib yang terungkap dalam firman Allah SWT Surat Ar Ra’d ayat 11:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Artinya: “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Qs. Ar Ra’d: 11)

Dalam hal ini Ibadah dapat diartikan usaha untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT dan mencegah diri dari apa yang dilarang-Nya. Ibadah yang khusyu’ sering mendatangkan perasaan yang tentram, mantap, dan tabah, serta tak jarang pula menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbimngan dan petunjuk-Nya dan menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Seorang muslim yang beriman dan beristiqomah akan memiliki konsep diri dan citra diri yang positif dalam melakukan hubungan yang harmoni dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Di samping itu, seorang muslim yang memiliki sikap istiqomah dan konsisten juga akan termotivasi untuk selalu menjadi seorang muslim yang baik dan mampu memposisikan dirinya secara tepat  dalam konteks sebagai hamba Allah (Abdullah) dan sebagai wakil Allah (Khalifah Allah) di muka bumi dalam menyemai kebenaran dan keadilan demi menggapai ridha Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

بارَكَ اللهُ لِي ولَكُمْ فِي الْقُرْءانِ الْعَظِيمِ  ونَفَعَنِي وإِيَّاكُمْ مِنَ الْآياتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ أَقُلُ قَوْلِي  هذا وَأَسْتَغفِرُ اللهَ لِيْ ولَكُمْ ولِجَمِيعِ الْمٌسلِمِين فاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه تعالى جَوادٌ كَرِيمٌ مَلِكُ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

KHUTBAH 2

سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ  ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ. ( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا  أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ  اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ

DOA KHUTBAH

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ.

_________________________
Oleh:  Ahmad Baedowi, M.Si.