Khutbah Jumat: Udhiyah, Sarana Simpati Terhadap Sesama

 
Khutbah Jumat: Udhiyah, Sarana Simpati Terhadap Sesama
Sumber Gambar: Ilustrasi

           اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْكِ الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosannya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur pada Allah swt atas segala anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dzulhijjah, merupakan salah satu bulan yang diharamkan untuk berdebat, bermusuhan, dan berperang. Untuk itu banyak kemuliaan dalam bulan tersebut sehingga umat muslim harus meningkatkan ibadah mereka. Kemuliaan di bulan tersebut di antaranya dengan adanya perintah haji dan menyalurkan hewan kurban untuk disembelih kemudian dibagikan kepada orang fakir dan miskin. Adapun hukum haji bersifat wajib bagi orang muslim yang mampu dan perintah kurban bersifat sunnah.

Idul Adha biasanya hari yang dinanti oleh umat muslim. Dimana pada hari tersebut dilaksanakan shalat Sunnah Idul Adha dan pemotongan hewan kurban. Pemotongan hewan kurban dalam bahasa Arab berarti Udhiyah. Secara istilah udhiyah yaitu pemotongan hewan ternak yang telah kupak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah pada hari ied (10 Dzulhijjah) tersebut atau tiga hari sesudahnya. Adapun tiga hari sesudah hari ied disebut hari tasyrik. Dimana umat muslim dilarang berpuasa di tiga hari tersebut. (Syekh Said bin Abdullah al-Tidi:1979:150)

Sebenarnya perintah qurban ada sejak zaman Nabi Adam AS. Hal tersebut ketika kedua anak Nabi Adam As, Qabil dan Habil bertikai tentang suatu perkara. Sehingga Allah menyuruh untuk keduanya untuk berkurban untuk membuktikan siapa yang benar dalam pertikaiannya tersebut. (Rahmat Taufik:1989:118). Sebagaimana kisahnya diabadikan di dalam al-Quran:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Maidah/5:27)

Melalui Ayat Al-Quran di atas bisa diambil kesimpulan bahwa kurban Habil yang diterima Allah karena ikhlas melaksanakan perintah Allah sedangkan Qabil berkurban dengan maksud untuk memenangkan pertikaian itu. Dalam kisah lain Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan kurban dengan menyembelih putra tercintanya yaitu Ismail. Kemudian Nabi Ismail bersedia disembelih oleh ayahnya sebagai bukti ketaataannya kepada perintah Allah. Setelah terbukti ketaatan keduanya, Allah melarang menyembelih Nabi Ismail dan untuk meneruskan kurban diharuskan menyembelih seekor kambing. Hal tersebut termaktub dalam Al-Quran:

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ *وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS As-Shafat/37:106-107)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Perlu diketahui bahwa seseorang yang berkurban pada 10 dzulhijah atau hari Tasyrik yaitu seorang muslim yang merdeka serta baliq, berakal dan juga mampu secara finansial. Kemampuan seorang yang berkurban, parameternya sudah mempunyai memiliki kemampuan untuk membeli hewan qurban pada hari Ied atau hari tasyrik. Disunnahkan pula bagi orang yang berqurban tidak memotong rambutnya, dan kukunya pada selama sepuluh hari di bulan Dzulhijah. Selain itu di sunnahkan pula ia memotong hewan qurban sendiri atau menghadiri di saat penyembelihan hewan qurban. (Syekh Said bin Abdullah al-Tidi:1979:150)

Adapun hewan yang di anjurkan untuk di sembelih pada hari idul adha atau hari tasyrik iaitu hewan ternak yang kupak berupa domba, sapi, kambing, unta. Di sisi lain domba, sapi, dan kambing yang telah mencapai umur 2-3 tahun, sedangkan unta telah mencapai umur 5-6 tahun. (Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri:1360:182). Tiap orang Islam yang mampu harus melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor kambing atau domba, dan untuk tujuh orang dapat berkerja sama menyembelih seekora sapi atau unta.

Sebagai mana hadist Nabi Muhammad SAW, “Wahai manusia! Atas tiap keluarga diperintahkan nmenyembelih kurban (udhhiyah) setiap tahun.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Sabda Rasulullah yang lain menyebutkan, “Barang siapa yang berada dalam kelapangan (mampu berkurban), lalu tidak menyembelih kurban, maka janganlah ia mendekati mushallahku!” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Penyembelihan hewan qurban dilakukan setelah selesai menjalankan sholat Idul  Adha(yang juga disebut yaum nahri atau hari penyembelihan qurban), yakni tiga hari setelah hari raya idul adha. Daging kurban itu harus dibagi-bagikan kepada fakir miskin, tetapi orang yang berkurban pun diperbolehkan mengambil sepertiga dagingnya untuk di makan. Sebagimana Allah berfirman dalam (QS Al-Hajj/22:36)

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

_______________________
Oleh: Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si
Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ