Hikmah Dialog Nabi Musa AS dengan Allah SWT

 
Hikmah Dialog Nabi Musa AS dengan Allah SWT
Sumber Gambar: McEachan/Pexels (foto ilustrasi)

Laduni.ID, Jakarta – Al-kisah, Nabi Musa AS bermunajat kepada Tuhan. Sang Maha suci bertanya, “Hai Musa, terlalu banyak ibadahmu, mana ibadah untuk-Ku? Musa terkejut, sebab selama ini ibadah yang ia lakukan untuk Tuhan-nya, lalu kenapa Dia pertanyakan itu?

Tuhan berkata, “semuanya untuk kamu, mana untuk-Ku? Musa bingung dan berkata: “Tunjukkan hambamu yang lemah ini, jika itu saya lakukan itu untuk-ku bukan untuk-Mu? Tuhan berkata: “Berkhidmatlah kepada hamba-hamba-Ku. Itulah ibadah untukku bukan untukmu.

Kisah ini memantik nalar berpikir kita, untuk merenungkan alur dialog Nabi Musa AS dengan Tuhan-Nya. Jika dipikirkan baik-baik, memang ibadah kita selama ini hanya untuk kita saja.

Bila melakukan shalat, kita mendapatkan pahala besar apalagi di bulan Ramadhan. Melakukan puasa di bulan Ramadhan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Melakukan amalan Lailatul Qadar itu lebih baik daripada ibadah seribu bulan. Membaca Al-Quran ’an di bulan Ramadhan setiap hurufnya dilipat gandakan oleh Allah SWT. Bersedekah di bulan Ramadhan pun Allah lipatgandakan.

Ibadah sholat, puasa, zakat (sedekah), membaca al-Qur’an, amalan lailatul qadar semuanya mendapatkan pahala, maka di dunia maupun di hari akhirat Allah SWT membalasnya dengan Syurga. Lagi-lagi, ibadah tersebut hanya untuk kepentingan kita saja.

Tuhan bertanya, “mana ibadah untuk-Ku? Bukan untukmu? Untung Nabi Musa AS meminta petunjuk kepada Tuhan-Nya, “tunjukkan ibadah jika dilakukan itu untuk-Mu bukan untukku. Dan Tuhan-Nya berkata, “berkhidmatlah kepada hamba-hamba-Ku.

Nabi Musa AS merupakan Nabi yang namanya sering disebut dalam Al-Qur’an, begitu pula kisah-kisah beliau. Tercatat dalam Al-Qur’an nama Nabi Musa AS disebut kurang lebih sebanyak 125 kali, sedangkan nama Nabi Isa AS disebut sebanyak 25 kali, dan Nabi Muhammad SAW sebanyak 4 kali.

Selain itu, Nabi Musa AS juga satu dari lima Nabi yang mempunyai sifat Ulul Azmi. Ulul Azmi sendiri merupakan golongan para Nabi pilihan yang mempunyai sifat ketabahan yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran agama. Nabi Musa AS juga Nabi yang bergelar  Kalimullah, karena menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa melalui Malaikat Jibril.

Imam Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub mengisahkan dialog Nabi Musa AS dengan Allah SWT tentang amalan apa yang disukai oleh-Nya. Nabi Musa AS pernah bertanya kepada Allah SWT, “Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah yang engkau perintahkan. Manakah di antara ibadahku yang engkau senangi, apakah shalatku?”

Allah SWT kemudian menjawab, “Shalatmu itu hanya untukmu sendiri. Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar”.

Kemudian Nabi Musa AS bertanya lagi kepada Allah SWT, “Apakah dzikirku?”

Lalu Allah SWT menjawab, “Dzikirmu itu untuk dirimu sendiri. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang”.

Nabi Musa AS masih penasaran, dan mengatakan, “Apakah puasaku?”

Kemudian Allah SWT menjawab, “Puasamu itu hanya untukmu saja. Karena puasa melatih diri dan mengekang hawa nafsumu?”

Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah? Ucap Nabi Musa AS.

Kemudian Allah SWT menjawab, “Sedekah. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya aku berada di sampingnya”.

Dialog antara Nabi Musa AS dan Allah SWT menunjukkan pada kita semua bahwa ibadah-ibadah seperti shalat, puasa, dzikir belum tentu membuat Allah SWT senang kepada kita, walaupun ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya.

Mengapa demikian? Karena ibadah-ibadah tersebut hanya berdampak kepada diri manusia sendiri, tidak berdampak kepada orang lain. Sedangkan sedekah merupakan ibadah atau amal perbuatan yang bukan hanya berpahala tinggi bagi diri sendiri, tetapi juga dapat membuat bahagia orang lain yang sedang kesulitan dan membutuhkan uluran tangan dari kita. Amal perbuatan seperti inilah yang disenangi oleh Allah SWT.

Bahkan Abdul Aziz bin Umair pernah berkata: “Shalat" hanya mengantarkanmu sampai "Setengah perjalanan surga”. Sedangkan "Puasa" hanya mengantarkanmu hingga ke "Depan pintu surge”, akan tetapi “Sedekah” memasukkanmu ke "Dalam surge”.

Seseorang yang hanya tekun shalat dan puasa, akan tetapi tidak mau bersedekah. Maka dia belum memenuhi syarat untuk masuk syurga, karena orang-orang seperti ini hanya layak berada di pintu Syurga saja. Maka adanya sedekah menjadi penyempurna amal ibadah seseorang untuk mengantarkannya masuk ke syurga.

Para ulama besar Islam juga sering mengingatkan akan pentingnya sedekah. Karena bila seseorang hanya sibuk dengan ibadah ritual saja, seperti shalat, dzikir, puasa, haji dan lainnya. Maka jangan merasa puas bahwa telah menjadi dekat dengan Allah SWT, dan Allah SWT senang dengan kita. Karena ibadah tersebut belum sepenuhnya sebagai upaya untuk mencintai Allah SWT.

Jadi ada manusia yang ahli ibadah minus khidmat, ada manusia ahli ibadah plus khidmat. Yang mana ibadah untuk Allah, apakah yang pertama atau yang kedua? Tentu saja yang kedua, ibadah yang disertai khidmat kepada makhluk yang lain.

Tidak ada “keterpisahan” Allah SWT dengan hamba-Nya. Menyakiti hamba-Nya sama halnya menyakiti Allah SWT, berbuat baik kepada hamba-Nya sama halnya berbuat baik kepada Allah SWT.

Kesimpulan dialog Nabi Musa AS dengan Tuhan-Nya hanya ingin menegaskan bahwa Tuhan menghendaki ibadah yang dilakukan bukan hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi ibadah yang dilakukan hendaknya memberi manfaat kepada orang lain atau berkhidmatlah kepada hamba-hamba-Ku, berilah pelayanan kepada sesama manusia. Wallahu’alam Bishshawwab.


Editor: Nasirudin Latif