Memahami Amalan Membaca Surat Yasin di Malam Nishfu Sya'ban

 
Memahami Amalan Membaca Surat Yasin di Malam Nishfu Sya'ban
Sumber Gambar: Shutterstock, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari dalam Kitab Husnul Bayan fi Lailatin Nishfi min Sya'ban mencantumkan satu bab untuk membantah apa yang dilakukan kebanyakan orang, yaitu membaca Surat Yasin tiga kali pada saat Malam Nishfu Sya'ban.

Pada bab yang dimaksud, Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari menuliskan, bahwa apa yang dilakukan masyarakat setelah shalat Maghrib pada Malam Nishfu Sya'ban, mulai dari membaca Surat Yasin tiga kali dengan niat tertentu, -semisal untuk menunaikan hajat duniawi-, atau shalat khusus dengan niat tertentu, semua hal ini tidak memiliki landasan dari syariat. Menurut beliau, shalat atau membaca Surat Yasin itu tidak sah jika diniati untuk hal-hal yang seperti itu, layaknya pada ibadah, niatnya harus tulus totalitas untuk Allah SWT.

Selanjutnya, beliau mengomentari Hadis yang masyhur di kalangan masyarakat, “Surat Yasin tergantung niat orang yang membacanya.” Beliau mengatakan bahwa yang orang pahami, Hadis ini memberikan artian siapapun yang membaca Surat Yasin dengan niat tertentu, -semisal untuk mempercepat mencari jodoh-, maka dengan berkah Surat Yasin, dia akan dipermudah oleh Allah, sebenarnya Hadis tersebut adalah palsu, dan sayangnya banyak orang yang tertipu.

Kemudian Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari menyarankan agar menjauhi segala Hadis palsu dan wajib bagi orang yang mengerti untuk menyebarkan ilmu ini agar orang lain tidak salah dalam memahaminya. Lagi pula masih ada Hadis yang lain, meski Hadis dhaif, tapi itu jauh lebih baik daripada menggunakan hadis palsu. Demikianlah menurut Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari.

Lalu bagaimana tanggapan ulama yang lain?

Tentang membaca Surat Yasin tiga kali pada saat Malam Nishfu Sya'ban dengan niat tertentu, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki juga ikut memberikan tanggapan atas kegiatan ini dalam kitabnya yang berjudul Ma Dza fi Sya'ban. Beliau mengatakan berikut ini:

لَكِنْ لَا مَانِعَ أَنْ يُضِيْفَ الْإِنْسَانُ إِلَى عَمَلِهِ مَعَ إِخْلَاصِهِ مُطَالَبَهُ وَحَاجَاتِهِ الدِّيْنِيَّةِ وَالدُّنْيَاوِيَّةِ، اَلْحِسِّيَّةِ وَالْمَعْنَوِيَّةِ، الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ، وَمَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ يَس أَوْ غَيْرَهَا مِنَ الْقُرْآنِ للهِ تَعَالَى طَالِبًا اَلْبَرَكَةَ فِي الْعُمْرِ، وَالْبَرَكَةَ فِي الْمَالِ، وَالْبَرَكَةَ فِي الصِّحَّةِ فَإِنَّهُ لَا حَرَجَ عَلَيْهِ

“Tidak ada larangan bagi seseorang yang melakukan amal sholeh untuk menambahkan keinginan duniawi dan akhirat yang dibarengi dengan ikhlas, baik keinginan itu materialistik atau yang lain. Dan orang yang membaca Yasin atau surat yang lainnya karena Allah dengan niat mencari keberkahan pada umur dan harta, dan berkah pada kesehatan, maka hal yang demikian tidaklah salah.”

Menurut Sayyid Muhammad, tidak ada salahnya seorang hamba memohon perkara duniawi pada saat melakukan amalan sholeh. Seperti orang yang membaca Surat Al-Waqi'ah agar rezekinya lancar. Meskipun permohonan yang diminta hal yang dinilai remeh seperti sandal ataupun garam dapur, jangan malu untuk meminta kepada Allah. Justru ini semakin memperlihatkan kebutuhan seorang hamba kepada Allah, dan mengukuhkan sifat kehambaannya yang tidak bisa hidup kecuali memohon kepada Allah SWT.

Pada dasarnya, jika dicermati lebih dalam sebenarnya Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari juga satu pemahaman soal ini. Beliau membantah orang yang hanya meniatkan ibadah untuk duniawi saja tanpa diiringi dengan keikhlasan. Ibarat Sayyid Muhammad pun begitu, beliau mengatakan hal yang demikian itu legal, jika memang niat duniawinya dibarengi dengan ikhlas. Jadi keinginan duniawi tidak kontradiktif dengan ikhlas.

Maksudnya bagaimana hal itu bisa tidak kontradiktif?

Salah satu konsep yang sering diajarkan oleh Al-Habib Ali Al-Jufri pada beberapa majelis beliau, adalah agar selalu menaruh harap besar pada apa yang dijanjikan oleh Allah SWT. Jika Allah SWT menjanjikan akan diberikan kemudahan dengan membaca Al-Quran kita harus sepenuh hati mengharapkan itu, jika di dalam Hadis dijelaskan seseorang tidak akan tertimpa kefakiran jika membaca surat tertentu, kita harus mengharapkan hal tersebut juga dengan penuh keyakinan.

Demikian pula halnya, misalnya jika ada ayat atau Hadis yang menakuti orang yang beriman dengan adanya siksa neraka, maka demikian itu harus membuatnya takut dengan neraka. Jangan karena merasa sudah sangat dalam spiritualitasnya dan merasa layaknya seorang sufi, lalu berani bilang tidak lagi takut neraka dan tidak lagi ingin surga. Menurut Habib Ali, orang yang tidak ingin terhadap apa yang dijanjikan Allah dan tidak takut terhadap apa yang seharusnya juga ia takuti, maka hal itu mengindikasikan bahwa imannya ada yang tidak beres. Begitulah keterangan yang harus dipahami secara benar dan proporsional sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Adapun Hadis yang menyatakan bahwa “Surat Yasin tergantung niat orang yang membacanya” yang dinilai oleh Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari sebagai Hadis palsu, sebenarnya bukan beliau yang pertama kali menilai status kepalsuannya. Sebelumnya sudah ada ulama besar yang menilainnya demikian, yakni Al-Hafidz As-Sakhawi dalam Kitab Al-Maqashid Al-Hasanah. Dinilainya Hadis tersebut dengan status tidak ditemukan sanadnya alias bisa dianggap palsu. Begitu pula Syaikh Zakariya Al-Anshari dalam salah satu kitabnya, beliau juga menilai Hadis tersebut dengan status palsu.

Lalu bagaimana sebaiknya bersikap, sedangkan banyak orang masih membaca Yasin dengan niat tertentu?

Hal itu bisa dijawab, bahwa seharusnya kita tidak boleh lagi menyebarkan Hadis palsu tersebut. Adapun yang terlanjur niat khusus untuk membaca Yasin, maka bisa kita katakan bahwa itu hanya sebatas kebiasaan para ulama (tajribah) dan terbukti manjur bahwa Surat Yasin dapat menyebabkan diperolehnya keberkahan bagi orang yang membacanya, seperti dipermudah dalam segala urusan, dll.

Keterangan tersebut harus dipahami dengan benar, sebagaimana penjelasan yang dikutip oleh Ibnu Katsir di dalam Tafsirnya berikut ini:

 قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ، أَنَّ مِنْ خَصَائِصِ هَذِهِ السُّوْرَةِ أَنَّهَا لَا تُقْرَأُ عِنْدَ أَمْرٍ عَسِيْرٍ إِلَّا يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى

“Sebagian ulama mengatakan, bahwa salah satu kekhususan Surat Yasin ini jika dibaca untuk masalah yang sulit, maka masalah tersebut akan dipermudah oleh Allah SWT.”

Jadi, dari sini bisa dipahami bahwa dalam mengamalkan Surat Yasin yang sangat Istimewa di Malam Nishfu Sya'ban itu tidak perlu harus menggunakan dasar Hadis palsu yang menjelaskan tentang keutamaan membaca Surat Yasin. Tapi, cukup meyakini bahwa memang Surat Yasin itu sangat istimewa dan sudah terbukti bahwa jika diamalkan dengan membacanya saat momen tertentu dengan suatu hajat tertentu, hal itu bisa menjadikan urusan ataupun hajat seseorang dipermudah oleh Allah SWT, apalagi dibaca ketika momen istimewa di Malam Nishfu Sya'ban. Wallahu 'Alam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Maret 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Fahrizal Fadil

Editor: Hakim