Tidak Diterima Puasa Ramadhan Sebelum Meminta Maaf, Benarkah?

 
Tidak Diterima Puasa Ramadhan Sebelum Meminta Maaf, Benarkah?
Sumber Gambar: id.pngtree.com (ilustrasi poto)

Laduni.ID, Jakarta – Menjelang puasa Ramadhan pasti Anda pernah menerima pesan permintaan maaf oleh teman, saudara, dan keluarga (bagi yang jauh)?, Ya pasti, tradisi bermaafan sebelum Ramadhan sebenarnya hampir mirip dengan saat hari lebaran. Maka di kedua momen itu pasti kita bakal menerima pesan permohonan maaf melalui media sosial maupun disampaikan secara langsung.

Tradisi maaf-maafan ini sudah menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat. Entah sejak kapan awal mulanya ini, tetapi yang jelas ungkapan dan ucapan permohonan maaf itu adalah perbuatan yang baik.

Namun belakangan, ada keyakinan bahwa di sebagian kalangan bahwa jika tidak meminta maaf sebelum bulan suci Ramadhan, maka puasanya tidak akan diterima, lantas apakah benar seperti demikian?

Dalil yang Keliru Tentang Bermaafan Sebelum Ramadhan

Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jumat (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin.

Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan doa ku ini,” jawab Rasullullah.

Do’a Malaikat Jibril itu adalah:

“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal berikut:

1. Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
2. Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri
3. Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Namun faktanya, hadis di atas tidak memiliki perawi yang jelas. Bahkan, dalam kitab-kitab hadis pun tidak ditemukan. Dengan begitu, hadis tersebut tidak bisa dijadikan dalil atau pegangan.

Dalil yang Benar tentang Bermaafan sebelum Ramadhan

Dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin. Beliau menjawab, ”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Amiin.

Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Amiin. 

Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Amiin. (HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi)

Hadis ini menjelaskan tentang doa malaikat Jibril terkait tiga amalan buruk yang balasannya diaminkan langsung oleh Rasulullah SAW. 

Ungkapan “Celakalah seorang hamba” setidaknya memiliki dua makna, yaitu: ungkapan kebencian terhadap orang yang lalai memanfaatkan peluang meraih kebaikan berlimpah dan buruknya etika seorang muslim terhadap sosok atau sesuatu yang dimuliakan Allah SWT. 

Obyek percakapan Malaikat Jibril AS dengan Rasulullah SAW dalam hadis ini adalah bulan Ramadan, kedua orang tua, dan Rasulullah SAW yang memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT.

Melalui ulasan di atas, jelas sudah bahwa bermaaf-maafan sebelum puasa merupakan bukan merupakan syarat agar puasa Ramadhan diterima. Meskipun demikian, meminta maaf dan pemberi maaf menjelang puasa juga merupakan hal yang buruk.

Dalam agama islam, kita dianjurkan untuk segera meminta maaf ketika melakukan kesalahan kepada orang lain dan tidak harus menunggu momen seperti menjelang puasa Ramadhan dan hari raya lebaran. Minta maaf fapat dilakukan kapan saja dan segera mungkin.

Hanya saja, mungkin ada sebagian dari kita yang merasa belum menemukan momentum hari yang tepat untuk meminta maaf. Kemudian pada akhirnya kita beranggapan bahwa waktu menjelang Ramadhan dan hari lebaran adalah waktu yang tepat, maka tidak ada larangan juga meminta maaf dengan tulus pada waktu kedua itu.

Keutamaan Bagi Orang yang Pemaaf

Adapun bagi mereka yang memberi maaf, diberi ganjaran yang sangat besar oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:133-134). Wallahu ‘Alam Bishowab.


Source: kemenag.go.id