Syair Doa Saaltu Kiai Muslih Mranggen

 
Syair Doa Saaltu Kiai Muslih Mranggen
Sumber Gambar: Janson K. dari Pexels (ilustrasi foto)

Laduni.ID, Jakarta - Nama KH. Muslih bin Abdurrahman Mranggen, Demak, telah santer diketahui sebagai ulama sufi yang menyebarkan ajaran thariqah Qodiriyyah wa Naqsyabandiyah di Jawa. Melalui thariqah ini Kiai Muslih membimbing para salik yang baiat ajaran thariqah kepadanya.

Kiai Muslih juga tercatat sebagai pendiri dan Rais 'Amm Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN). Kiai Muslih dikenal cekatan dan telaten dalam menggerakkan roda organisasi. Termasuk jasa beliau perkembangan JATMAN hingga kini sebagai induk organisasi dari thariqah-thariqah mu'tabar (diakui) yang ada di Indonesia.

Selain thariqah, Kiai Muslih juga mengasuh pesantren Futuhiyyah yang menempa santri mulai dari umur anak-anak, remaja, hingga umur dewasa. Hingga kini Futuhiyyah adalah pesantren yang menaungi pesantren-pesantren di Mranggen dan pada umumnya di Kabupaten Demak, yang tak lain sebagian adalah pesantren yang didirikan oleh murid-murid Kiai Muslih.

Kegiatan yang padat mengabdi pada pesantren dan thariqah tak menghambat produktifitas Kiai Muslih, beberapa karya telah lahir dari tangan dingin Kiai Muslih, antara lain adalah kitab Nurul Burhany fi syarh Lujjain ad-Daniy (biografi Syaikh Abdul Qadir Jailani), Umdatus Salik dan al-Futuhat ar-Rabbaniyyah (Tasawuf), Nashru al-Fajr, al-Munajat, dan Tsamrotul Qulub (kumpulan doa/wirid), Inarotu Dzolam (Tauhid), Hidayatul Wildan (Nahwu), dan yang lainnya.

Lewat karya-karya Kiai Muslih bisa diketahui bahwa Kiai Muslih banyak menguasai bidang keilmuan keagamaan Islam. Dari ilmu Tauhid, seperangkat ilmu Tata Bahasa Arab, hingga ilmu Tasawuf. Ada yang menarik dari kegemaran Kiai Muslih dalam menulis, selain kitab-kitab, Kiai Muslih juga menulis dalam bentuk syair.

Ada salah satu syairnya yang berjumlah sembilan bait yang cukup legendaris hingga banyak dibaca di mana-mana. Di pesantren, sekolah, dan majlis-majlis keilmuan sebelum memulai pelajaran. Orang-orang biasa menyebut syair doa ini doa Saaltu, sebutan ini mengambil dari kalimat awal syair: 'Saaltuka'.

Syair ini termaktub dalam kitab wirid saku Tsamrotul Qulub, kitab pegangan santri pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak. Kitab ini berisi wirid, shalawat, syair, serta doa-doa yang dibaca setiap hari bakda salat maktubah. Berikut ini adalah teks syair Saaltu dan artinya:

سَأَلْتُكَ رَبِّ صِحَّةَ القَلْبِ وَالجَسَدْ * وَعَـافِيَةَ الأَبْدَانِ وَالأَهْلِ وَالوَلَدْ

Aku memohon Kepada-Mu wahai Tuhanku, kesehatan lahir dan batin, serta ketentraman diri, anak dan keluarga.

وَطُوْلَ حَياَةٍ فِي كَمَالِ اسْـتِقَامَةِ * وَحِفْظًا مِنَ الإِعْجَابِ وَالكِبْرِ والَحَسَدْ

Dan panjang umur dalam keistiqamahan yang sempurna serta terjaga dari sifat ujub, sombong dan dengki.

وَرِزْقاً حَلاَلاً وَاسِعاً غَـيْرَ نَاقِصِ * يَكُوْنُ لَناَ عَوْناَ عَلَى مَنْهَجِ الرَّشَدْ

Dan rizqi yang halal, lapang tanpa kurang, yang menjadi penolong kami dalam (menempuh) jalan petunjuk-Mu

وَعِـلْمًا مُبَارَكاً فِيْهِ أَفْهَمُ الكُتُبْ * وَرأْياً سَدِيْدًا يَنْفَعُ الَاَهلَ وَالوَلَدْ

Dan ilmu yang berkah yang dengannya akan kupahami kitab-kitab, serta pengetahuan yang berguna bagi anak dan keluarga.

وَأَمْناً مِنَ البَلاَءِ وَالهَوْلِ وَالفِتَنْ * ِلاَوْطَانِنَا وَعِصْمَةً مِنْ ذَوِي الحَسَدْ

Dan berilah keamanan bagi negeri kami dari bala’, marabahaya, dan fitnah dari para pendengki.

وَحُسْنَ أَدَاءٍ لِلْحُقُوْقِ جَمِيْعِهَا * عَلَى مَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ يَا صَمَدْ

Dan kemampuan menunaikan segala hak dengan sebaik-baiknya, di atas (jalan) yang Kau sukai dan Kau ridhai, wahai al-Shamad (tempat bergantung segala sesuatu).

وَأَكْثِرْ لَنَا تَوَابِعَ الحَقِّ وَالهُدَى * مِنَ الأَقْرِباَءِ وَالبَعِيْدِيْنَ وَالأَبْعَدْ

Perbanyaklah (kemauan dan kemampuan) bagi kami untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk yang berasal dari kerabat, baik yang dekat maupun jauh.

بِفَضْلِكَ يَارَحْمَنُ ياَمُحْسِنَ الوَرَى * وَجَاهِ النَّبِي المُصْطَفَى خَيْرِ مَنْ سَجَدْ

Dengan keutamaan-Mu, Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi kebaikan pada makhluk-Nya, serta dengan (kemuliaan) nabi pilihan yaitu sebaik-baik orang yang bersujud (pada-Mu).

عَلَيْهِ صَـلاَةُ اللهِ ثُمَّ سـَلاَمُهُ * وَالٍ وَ اَصْحَاب وَ مَنْ لِلْعُلَى قَصَدْ

Semoga kasih sayang dan kesejahteraan dari Allah senantiasa tercurah bagi beliau, beserta keluarga dan sahabat beliau, juga orang-orang yang mengharapkan keutamaan.

Muatan pada syair ini adalah poin-pon yang menurut Kiai Muslih dan ulama pada umumnya dirasa penting dalam kehidupan. Misalnya Kiai Muslih memohon sehat dan afiyat (kesentosaan) yang mencakup dimensi lahir dan batin. Keduanya diketahui diperlukan agar dalam menjalani aktifitas sehari-hari dapat seimbang.

Dalam hal kesehatan, Kiai Muslih memerhatikan kesehatan jiwa dan raga.

Secara gamblang Kiai Muslih memohon agar diberi panjang umur dalam keistiqamahan yang sempurna, serta terjaga dari penyakit hati seperti ujub, sombong dan dengki. Tak heran Kiai Muslih menulis ini karena tasawuf (kebersihan hati) menjadi perhatian besar selama Kiai Muslih masih sugeng hingga akhir hayat.

Dalam syair ini Kiai Muslih memohon kelapangan rizqi yang halal, maksudnya jelas menuju kepada aspek ekonomi karena aspek lainnya telah disebut dengan jelas pula pada bait lain. Lalu dalam mencari ilmu, keberkahan menjadi hal utama dalam konteks memahami pelajaran dari kitab-kitab.

Syair doa ini selain mendoakan diri, sang pembaca, juga ditujukan kepada sanak keluarga. Tak ketinggalan pula, sebagai tanda seorang kiai yang mengayomi umat dan sadar nasionalisme, dalam syair Kiai Muslih bermunajat agar negara diberi keamanan dari bala’, marabahaya, dan fitnah.

Sebelum diakhiri dengan puja-puji kepada Gusti Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya, Kiai Muslih dalam syair doa ini memohon agar diberi kemampuan menunaikan segala hak dengan sebaik-baiknya, mengikuti kebenaran dan petunjuk yang diridhai oleh Gusti Allah Ta'ala.

Sebagai catatan, tidak semua orang yang bisa dengan mudah menulis syair bahasa Arab yang indah dan sarat makna seperti ini. Selain harus menguasai ilmu alat (Nahwu, Sharaf), penulis juga penting menguasai ilmu tata bahasa Arab lain seperti Balaghah (ilmu Bayan, Ma'ani, Badi'), dan tentu saja ilmu 'Arudh, ilmu yang memelajari tentang penyusunan dan kesahihan redaksi kalimat sebuah syair.

Kiai Muslih adalah paket komplit. Menguasai banyak ilmu, mengasuh santri dan murid thariqah ditambah aktif di berbagai organisasi. Seperti para 'alim yang lain, dari berbagai sisi, Kiai Muslih tak habis untuk dikupas perangainya. Semoga kita 'keluberan' barakah ilmu dan laku beliau. Amiin.