Allah Memuji Seorang Sahabat yang Menyiapkan Hidangan Buka Puasa untuk Orang Lain

 
Allah Memuji Seorang Sahabat yang Menyiapkan Hidangan Buka Puasa untuk Orang Lain
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Bulan Ramadhan identik dengan berbagi kepada sesama, seperti berbagi makanan saat menjelang buka kepada mereka yang sedang berpuasa. Selain untuk menambah keberkahan, berbagi makanan saat menjelang buka juga merupakan bentuk mempererat silaturrahim sesama umat Muslim.

Dalam Kitab Ad-Dur Al-Mantsur fi At-Tafsir Al-Ma'tsur, Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti meriwayatkan sebuah kisah menarik tentang seorang sahabat yang mendapatkan pujian dari Allah SWT sebab menyediakan makanan berbuka puasa untuk tamunya, padahal dirinya dan istrinya juga sangat membutuhkan makanan tersebut.

Alkisah, sesaat sebelum waktu Maghrib tiba, rumah salah satu sahabat Rasulullah Muhammad SAW, Tsabit Al-Anshari r.a kedatangan tamu. Ada seorang musafir mampir tanpa sedikit pun bekal yang bisa dimakan guna berbuka puasa. Ketika itu Tsabit r.a merasa bingung. Di satu sisi, ia teringat pesan-pesan Nabi SAW tentang kesunnahan dalam memuliakan tamu, tapi ada persoalan berikutnya, kondisi ekonomi yang terbatas benar-benar tengah melanda rumah tangganya.

Selepas mempersilakan masuk orang yang bertandang ke rumahnya itu, Tsabit r.a berbisik kepada sang istri, "Apakah ada makanan untuk petang ini?"

Sang istri turut gundah. Lalu dijawabnya, "Demi Allah, wahai suamiku. Tidak ada lagi makanan yang kusimpan, terkecuali sedikit"

Tsabit r.a terdiam sejenak, memutar otak. Akhirnya ia sampaikan sebuah siasat kepada sang istri agar mematikan lampu saat waktu berbuka tiba.

"Aku membawa seorang tamu. Jika kami mulai makan, padamkanlah lampu dan berpura-puralah memperbaikinya. Selama perut tamu kita belum kenyang, jangan makan sedikit pun dari makanan itu," bisik Tsabit r.a dan dibalas anggukan istrinya.

Waktu yang dinanti tiba. Sang tamu dipersilakan menyantap hidangan yang serba pas-pasan itu. Namun, Tsabit r.a dan istrinya cuma berkecap-kecap seolah turut bersantap makan bersama, padahal ujung tangan keduanya sama sekali tak menyentuh hidangan.

Keesokan harinya, sang tamu pamit untuk melanjutkan perjalanan. Tsabit Al-Anshari r.a pun kembali menghadiri majelis untuk mendapatkan berkah dan pencerahan dari Nabi SAW.

Lalu ketika keduanya berjumpa, tiba-tiba Rasulullah SAW tersenyum dan bersabda: "Wahai Tsabit, Allah SWT menghargai pelayananmu terhadap tamumu semalam."

Tsabit r.a merasa tersentak. Rasa gembira, malu, sekaligus haru, bercampur di dadanya. Sungguh besar keutamaan memberi makan untuk berbuka puasa kepada mereka yang berpuasa. Dalam sebuah Hadis dinyatakan, bahwa orang yang memberi makan untuk berbuka saat waktunya tiba kepada orang-orang yang sedang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, dan nilainya tidak dikurangi sama sekali.    

ﻋَﻦْ ﺯَﻳْﺪِ ﺑْﻦِ ﺧَﺎﻟِﺪٍ اﻟْﺠُﻬَﻨِﻲ ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: مَنْ ﻓَﻄَّﺮَ ﺻَﺎﺋِﻤًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺟْﺮِﻫِﻢْ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ

"Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Barang siapa memberi makan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa maka ia mendapat seperti pahala orang-orang yang puasa tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun." (HR. At-Tirmidzi)

Kisah sahabat yang dipuji oleh Allah SWT di atas menyiratkan makna penting tentang menghormati dan memuliakan tamu. Selain itu, juga mengandung keutamaan dalam memberi makan berbuka bagi orang lain. Karenanya, perbuatan mulia itu sangat dianjurkan untuk ditiru. Apalagi bagi seseorang yang mempunyai harta lebih, tentu sangat dianjurkan untuk berbagai dengan sesama. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 08 April 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim